tag:blogger.com,1999:blog-49094128404097963702023-11-16T08:13:33.258-08:00Informasi Salon Plus PlusSegala Informasi Salon Plus Plus Terlengkap, temukan alamat salon plus, no hp salon plus, penghuni salon plus plus disiniGareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.comBlogger40125tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-56781685448627196362012-10-17T18:09:00.000-07:002012-10-17T18:15:19.327-07:00Salon Plus Plus Tante Montok Informasi mengenai: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> Tante Montok<br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus tante Montok</a><br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Training Nikmat</b></span><br />
<br />
<br />
Kisah ini berawal ketika aku sering ditugaskan kantorku ke luar kota untuk mengikuti training, melakukan negosiasi dan maintain pelanggan yang umumnya adalah perusahaan asing. Oh ya, saya John, 32 tahun, berkeluarga dan tinggal di wilayah timurnya Jakarta. Bekasi kali ye. Sebetulnya sejauh ini tidak ada yang kurang dengan keluarga dan profesiku sebagai orang marketing. Sebagai tenaga penjual dengan berbagai training yang pernah kuikuti aku tidak pernah kekurangan teman, pria maupun wanita. Di mata istriku aku adalah seorang ayah yang baik, penuh perhatian dan selalu pulang cepat ke rumah. Namun di balik itu, sebuah kebiasaan, yang entah ini sudah kebablasan, aku masih suka iseng. Iseng dalam arti awalnya cuma ingin memastikan bahwa ilmu marketing ternyata bisa diterapkan dalam mencari aPapaun termasuk teman cewek, hehehe.. Marketing menurutku bersaudara dengan rayu merayu customer, yah si cewek tadi juga bisa tergolong customer. Anyway, Anne adalah orang kesekian yang masuk perangkap ilmu marketing versi 02 (versi 01 adalah customer beneran). Anne gadis berkulit putih berusia 23 tahun, lulusan universitas ternama, tinggi 167, berat 50, (buset, kapan gue ngukurnya ya). Ukuran bra gak hapal, karena sebetulnya aku lebih terkonsentrasi dengan yang di balik bra itu. Mojang Bandung ini kukenal dalam sebuah training di Puncak, Bogor. Dia dari sebuah perusahaan Periklanan di seputaran Sudirman Jakarta dan aku dari perusahaan konsultan Manajemen di sekitar Casablanca, juga di Jakarta. “Hai Anne, tadi kulihat kamu ngantuk ya?” kataku ketika rehat kopi sore itu di sebuah training yang kuikuti. “Iya nih, gue ngejar deadline 2 hari dan boss langsung nyuruh ke training ini” katanya. “Kemari dengan siapa?” kataku menyelidik “Sendiri.., napa, elo diantar ama bini ya?” Buset dah ketahuan nih gue udah punya bini. “Ah, enggak, gue sama Andre.. tuh..” kataku sambil menunjuk Andre yang sedang asyik ngobrol dengan peserta lain. “Lo sendiri kok gak ngantuk sih?” “Gimana bisa ngantuk sebelah gue ada cewe cakep, hehehe..” “Ah, masa? Siapa?” Ye, pura pura dia, pikirku. “Itu tuh, yang tadi ngantuk..” “Ah, sialan lo..” sambil tangannya mencubit lenganku. Usai sesi yang melelahkan sore itu, kami kembali ke kamar masing masing. Aku antar dia sampai pintu kamarnya dan janjian ngobrol lagi sambil makan malam. “Hmm..elo kok nggak bawa jaket An?” kataku ketika dia kulihat agak meringkuk kedinginan di meja makan. “Iya nih, buru buru.. kelupaan” “Aku masih punya satu di kamar, biar aku ambilkan” “Oh, gak usah John.. toh cuma sebentar..” Tapi aku keburu pergi dan mengambilkan baju hangatku untuknya. “Thanks, John.. elo emang temen yang baik” katanya sambil mengenakan sweater. Aku membayangkan seandainya aku jadi sweater, heheheh.. Usai makan nampaknya dia buru buru ingin masuk ke kamar. Anne tidak menolak ketika aku menawarkan mengantarkannya. Di depan pintu kamar dia malah menawarkan aku masuk, pengen ngobrol katanya. Alamak, pucuk dicinta ulam tiba. Aku pura pura lihat jam. Masih jam besar 20.15. “Lain kali aja deh, gak enak kan ntar apa kata teman teman” kataku agak nervous tapi dalam hati aku berdoa, mudah mudahan dia tidak basa basi. “Cuek aja John, kita kan ada tugas bikin outline..” Memang kebetulan aku dan Anne satu group dengan 3 orang lainnya, tetapi tugas itu sebetulnya bisa dikerjakan besok siang. Akhirnya aku masuk, duduk di kursi. Anne menyetel TV lalu naik ke ranjang dan dengan santai duduk bersila. “Gimana An, kamu udah punya gambaran tentang tugas besok?” kataku basa basi. “Belum tuh, males ah ngomongin tugas, mending ngobrol yang lain saja” Horee.. aku bersorak, pasti dia mau curhat nih. Bener juga. “John, gue jadi inget cowok gue yang perhatian kayak elo..sama bini elo juga begitu ya?” “Yah, Anne.. biasa sajalah, sama siapa siapa juga orang marketing harus baik dong, apa lagi sama cewe kayak elo.. hehehe..” “Tapi gue akhirnya mengerti kalau cowo perhatian itu gak hanya punya satu cewe, tul gak sih?” “Tergantung dong An, buktinya gue punya bini satu, hahaha..” “Tapi kayaknya elo juga punya cewe lain.. ya kan?” “Kok tau sih?” kataku pelan. Aku jadi ingat Vina mahasiswi yang minta bantuanku menyelesaikan skripsinya dan akhirnya bisa tidur dengannya. Tapi sungguh, aku tidak merusaknya karena aku mengenalnya dengan cara baik baik dan dia tetap virgin sampai akhirnya menikah. “Stereotip saja, berbanding lurus dengan keramahan dan perhatiannya” katanya lagi dengan senyum yang genit. “Kenapa emang An, elo lagi ada masalah dengan cowo lo yang ramah itu?” “Justru itu John, gue lagi mikir mau putus sama dia. Eh, sori kok malah curhat..” “Santai aja An, setiap orang punya masalah dan banyak cara menghadapinya” kataku seolah psikolog kawakan. “Gue melihat dia jalan ama temen gue, dan kepergok di kosan temen gue itu” “Trus?” “Gue gak bisa maafin dia..” “Ya, sudah mungkin kamu masih emosi saja, santai saja dulu masih banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dia pasti pulang ke pangkuanmu..” kataku. “Kadang gue pengen balas aja, selingkuh sama yang lain, biar impas..” “Hmm.. tapi itu kan gak menyelesaikan?” “Biar puas aja..” Tiba tiba dia menangis. Wah gawat nih, pikirku. Aku mendekat dan berusaha membujuknya. Lalu entah bagaimana ceritanya aku sudah memeluknya. “An, jangan nangis, entar orang orang pada dengar” Bukannya mereda, tangisnya malah makin keras. Kudekap dia sehingga tangisnya teredam di dadaku. Jantungku berdebar tak karuan. Telunjukku menyeka air matanya. Kupandangi wajahnya. Bodoh amat nih cowoknya, cewe cakep begini kok disia siakan pikirku. Dan tanpa sadar aku mencium pipinya, dia melihatku dengan mata sayu lalu tiba tiba Anne membalas dengan kecupan di bibir. Wah, seperti keinginan gue nih, pikirku dalam hati. Dan seperti kehilangan kontrol akupun membalas menghisap bibir mungil yang harum dan merekah itu. Anne membalas tidak kalah hotnya. Napasnya terengah engah tanda napsunya mulai naik. Dengan lembut kutidurkan dia. Dan dengan lembut pula tanpa kata kata, dari balik sweater aku sentuh kedua bukit kembar menantang itu. Anne mendesis desis. “Terus John, perhatian elo bikin gue jadi wanita..” “Tenang sayang, wanita seperti kamu memang pantas diperhatikan.. hmm?” Seperti minta persetujuannya, perlahan aku angkat sweater dan tshirtnya. Sekarang kedua bukit kembarnya terbuka. Buset dah, putingnya sudah menonjol keras dan tak ada waktu lagi untuk tidak menyedotnya. Aku memang paling hobby menetek dan menghisap benda terindah di dunia ini. Anne terus mendesis desis. Tangannya juga sudah menggenggam senjataku yang mulai mengeras. “Uh.. ahh.. uh..” “Anne.. tubuhmu indah sekali..” Kataku memuji seperti halnya memberi pujian kepada customer perusahaanku. “Ayo, John.. jangan dilihat saja, aku rela kamu apakah saja..” “Iya, sayang..” kataku, sambil tanganku merogoh bagian depan celana jinnya. Tangannya membantu membuka retsileting dan dengan cepat Anne sudah terlihat dengan CD warna kremnya. Hmm, seksi sekali anak ini, pikirku. Hmm..dari balik CD-nya terlihat bulu bulu halus dan hitam legam. Uh, aku sudah tidak sabar lagi namun dengan tenang aku mengelusnya dari luar. Anne menggelijang, matanya terlihat saya menahan gejolak. Perlahan kuturunkan CD-nya. Uh, sodara sodara, tercium aroma yang sangat kukenal, dia pasti merawat benda yang paling dicari semua laki laki ini dengan baik. “Anne.. boleh aku cium?” bisikku pelan. Anne mengangguk lemah dan tersenyum. Perlahan Anne merenggangkan kedua kakinya. Pasrah. Dengan kedua jariku, kubuka vaginanya dan terlihat klitorisnya yang merah merekah. Basah. Sungguh indah dan harum. Kujulurkan lidahku di sekitar pahanya sebelum mencapai klitorisnya. Anne mendesis desis dan mulai meracau dan terlihat seksi sekali. “Ayo, John.. jangan buat gue tersiksa.. terus ke tengah sayang..” Aku malah menjilat bagian pusernya membuat dia uringan uringan dan makin bernafsu. Bermain sex memang perlu teknik dan kesabaran tinggi yang membuat wanita merasa di awang awang. “Johnn.. gila lo, ke bawah sayang.. please..” “Hmm.. iya nih, gue emang udah gila melihat memek yang indah ini sayang” kataku terengah engah. Akhirnya lidahku hinggap di labia mayoranya. Kusibak dengan lembut rimbunan hutan yang sudah becek itu. Kuhurip cairan yang meleleh di sela selanya. Kelentitnya kuhisap seperti menghisap permen karet. Akibatnya pantatnya terangkat tinggi dan Anne menjerit nikmat. Lidahku terus merojok sampai ke dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan kupandangi, lalu kusedot lagi. Anne berteriak teriak nikmat. Aku jadi kuatir kalau suaranya sampai keluar. Kupindahkan bibirku ke bibirnya. “Tenang sayang, perang baru dimulai..” Kataku berbisik. Ia mengangguk dan perlahan aku putar posisi menjadi 69. Posisi yang paling aku sukai karena dengan demikian seluruh isi memeknya terlihat indah. Batangku juga sudah terbenam di bibirnya yang mungil dan terasa hangat serta nikmat sekali. Kutahan agar aku tidak meletus duluan. “Punya kamu enak John..” Pujinya layaknya memuji Customer. “Iya, sayang punya kamu lebih enak dan baguss sekali..” kataku terengah engah. “Uh, becek sayang..” Aku lanjutkan menjilat seluruh permukaan memeknya dari bawah. Uh, benar pemirsa, siapa tahan melihat barang bagus dan cantik ini. Yang luar biasa, aku yakin dia masih perawan. Bentuk kemaluannya menggelembung dan benar benar seperti belum pernah tersentuh benda tumpul lain. “Anne.. kamu masih perawan sayang..” “Iya, John.. gue belum pernah..” “Iya, kamu harus jaga sampai kamu menikah..” “Gue gak tahan John, cepetan sayang..” Sungguh, meski banyak kesempatan aku belum pernah berpikir memerawani cewek baik seperti Anne ini, kecuali istriku. Wanita yang kutahu sedang stress dan sedang mencari pelarian sesaat ini harus ditenangkan. Akan buruk akibatnya ketika dia sadar bahwa keperawanannya diberikan kepada orang lain yang bukan suaminya. Aku percaya jika sudah mencapai orgasme dia justru akan berterima kasih dan menginginkannya lagi. Kembali kujelajahi kemaluannya. Cepat cepat aku jilat berulang ulang klitorisnya. Dan sodara pemirsa, apa kataku, pantatnya tiba tiba menekan keras wajahku dan mengejang beberapa kali..lalu mengendur. “Uuhh.. gue nyampe Johnn.. aahh.. uhh.. uhh..” Masih dalam posisi 69, Anne terdiam sesaat, kulihat kemaluannya masih merekah merah. Perlahan ia mulai bangkit dan mngecup bibirku. “Sorry sayang, gue duluan..” “No problem Anne.. kamu merasa mendingan?” Ia mengangguk, memelukku dan mencium bibirku. “Terima kasih John, elo emang hebat..” “Iya nih, Ann, gue minta maaf jadi telanjur begini..” “Gak Papa kok, gue juga senang..” Kami mengobrol sebentar namun tangannya masih menyentuh nyentuh batangku. Ia mengambilkanku minuman dan menyorongkan gelas ke bibirku. Ketika tegukan terakhir habis, bibirku perlahan mengulum bibirnya. Putingnya mulai mengeras dan aku mulai aksi sedot menyedot seperti bayi. Anne kembali menggelijang. Aku bisikkan perlahan, “Anne.. gue pengen menggendong kamu sayang”. “Hmm..mulai nakal ya..” katanya dan merentangkan tangannya. Aku peluk dan angkat dia lalu kusenderkan ke dinding dekat meja rias. Dari balik cermin kulihat pantatnya yang montok dan mulus itu, membuat gairahku meledak ledak. Dengan posisi berdiri, tubuhnya sungguh seksi. Aku perhatikan dari atas ke bawah, sungguh proporsional tubuhnya. Segera kusedot putingnya dan jariku sebelah kiri segera mengelus rimbunan hutan lebatnya. Basah, hmm..dia mulai naik lagi. Klentitnya kupilin pilin pelan dan Anne mendesis seperti ular. Making love sambil berdiri adalah posisi favoritku selain 69. Perlahan sebelah kakinya kuangkat ke kursi pendek meja rias dan terlihatlah belahan memeknya yang merah merekah, indah dan seksi sekali Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusuri paha bawahnya dengan lidahku. Dari bawah aku lihat wajahnya mendongak ke atas menahankan nikmat. Sungguh saat itu Anne kelihatan sangat seksi. Sebelum lidahku mencapai kelentitnya, aku sibakkan labia mayoranya dengan kedua Ibu jari. Hmm.. sungguh harum. “Cepat John.. gue udah gak tahan.. jilat sayang.. jilat..” Benar benar nikmat melihatnya tersiksa, namun sebetulnya aku lebih tersiksa lagi karena batangku sudah mengeras bagaikan batu. Aku nyaris tak bisa menahan klimaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua kalinya. Benar saja, begitu lidahku menyedot klitorisnya, Anne langsung mengejang dan berteriak pertanda orgasme. Kusedot habis cairannya. Luar biasa, aku menikmati ekspresinya ketika mencapai orgasme dan itu jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdiri dan aku tekan batangku ke sela sela pahanya dan seketika muncratlah semua. crott.. crott..! Wuahh.. “Oh John, kita keluar bersamaan sayang..” “Iya, enak banget An.. elo membuat gue gila..” “Sama.., gue berterima kasih elo menjaga gue..” “Gue sayang kamu An..” ***** Pemirsa, begitulah ceritanya. Tak selamanya seks harus membobol gawang. Setelah kejadian itu Anne makin ketagihan. Dia sangat terkesan bisa mencapai orgasme tanpa merusak keperawanannya. Dia juga menyukai posisi 69 dan posisi berdiri yang bisa mirip 69. Kadang kadang aku datang ke kantornya dan hanya dengan mengangkat roknya aku menjelajahi area area sensitifnya secara cepat dan efisien. Dan pada saat yang sama aku juga mencapai orgasme. Masih ada Vina dan Dina yang ketagihan seperti Anne. Aku selalu bilang pada wanita wanita berpendidikan itu bahwa suatu saat mereka akan menikah dan aku berjanji tidak akan memerawaninya. Cukuplah 69!<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-4542736390814371732012-10-17T18:07:00.000-07:002012-10-17T18:37:54.841-07:0010 Foto Cewek Salon Plus Plus Informasi mengenai: 10 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul :10 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Tante Ani Guru ku</b></span><br />
<br />
Umurku sekarang sudah 30 tahun. Sampai sekarang aku masih hidup membujang, meskipun sebenarnya aku sudah sangat siap kalau mau menikah. Meskipun aku belum tergolong orang yang berpenghasilan wah, namun aku tergolong orang yang sudah cukup mapan, punya posisi menengah di tempat kerjaku sekarang. Aku sampai sekarang masih malas untuk menikah, dan memilih menikmati hidup sebagai petualang, dari satu wanita ke wanita yang lain. Kisahku sebagai petualang ini, dimulai dari sebuah kejadian kira-kira 12 tahun yang lalu.<br />
<br />
Waktu itu aku masih kelas 3 SMU. Hari itu aku ada janji dengan Agus, sahabatku di sekolah. Rencananya dia mau mengajakku jalan-jalan ke Mall ‘X’ sekedar menghilangkan kepenatan setelah seminggu penuh digojlok latihan sepak bola habis-habisan. Sejam lebih aku menunggu di warung depan gang rumah pamanku (aku tinggal numpang di rumah paman, karena aku sekolah di kota yang jauh dari tempat tinggal orangtuaku yang di desa). Jalan ke Mall ‘X’ dari rumah Agus melewati tempat tinggal pamanku itu, jadi janjinya aku disuruh menunggu di warung pinggir jalan seperti biasa. Aku mulai gelisah, karena biasanya Agus selalu tepat janji. Akhirnya aku menuju ke telepon umum yang ada di dekat situ, pengin nelpon ke rumah Agus, memastikan dia sudah berangkat atau belum (waktu itu HP belum musim bro, paling juga pager yang sudah ada, tapi itupun kami tidak punya).<br />
<br />
“Sialan.. telkom ini, barang rongsokan di pasang di sini!,” gerutuku karena telpon koin yang kumasukkan keluar terus dan keluar terus. Setelah uring-uringan sebentar, akhirnya kuputuskan untuk ke rumah Agus. Keputusan ini sebenarnya agak konyol, karena itu berarti aku berbalik arah dan menjauh dari Mall ‘X’ tujuan kami, belum lagi kemungkinan bersimpang jalan dengan Agus. Tapi, kegelisahanku mengalahkan pertimbangan itu. Akhirnya, setelah titip pesan pada penjual di warung kalau-kalau Agus datang, aku langsung menyetop angkot dan menuju ke rumah Agus.<br />
<br />
Sesampai di rumah Agus, kulihat suasananya sepi. Padahal sore-sore begitu biasanya anggota keluarga Agus (Papa, Mama dan adik-adik Agus, serta kadang pembantunya) pada ngobrol di teras rumah atau main badminton di gang depan rumah. Setelah celingak-celinguk beberapa saat, kulihat pembantu di rumah Agus keluar dari pintu samping.<br />
<br />
“Bi.. Bibi.. kok sepi.. pada kemana yah?” tanyaku. Aku terbilang sering main ke rumah Agus, begitu juga sebaliknya Agus sering main ke rumah pamanku, tempatku tinggal. Jadi aku sudah kenal baik dengan semua penghuni rumah Agus, termasuk pembantu dan sopir papanya.<br />
<br />
“Eh, mas Didik.. pada pergi mas, pada ikut ndoro kakung (juragan laki-laki). Yang ada di rumah cuman ndoro putri (juragan wanita),” jawabnya dengan ramah.<br />
<br />
“Oh.. jadi Agus ikut pergi juga ya Bi. Ya sudah kalau begitu, lain waktu saja saya ke sini lagi,” jawabku sambil mau pergi.<br />
<br />
“Lho, nggak mampir dulu mas Didik. Mbok ya minum-minum dulu, biar capeknya hilang.”<br />
<br />
“Makasih Bi, sudah sore ini,” jawabku.<br />
<br />
Baru aku mau beranjak pulang, pintu depan tiba-tiba terbuka. Ternyata Tante Ani, mama Agus yang membuka pintu.<br />
<br />
“Bibi ini gimana sih, ada tamu kok nggak disuruh masuk?”, katanya sambil sedikit mendelik pada si pembantu.<br />
<br />
“Udah ndoro, sudah saya suruh duduk dulu, tapi mas Didik nggak mau,” jawabnya.<br />
<br />
“Eh, nak Didik. Kenapa di luaran aja. Ayo masuk dulu,” kata Tante Ani lagi.<br />
<br />
“Makasih tante. Lain waktu aja saya main lagi tante,” jawabku.<br />
<br />
“Ah, kamu ini kayak sama orang lain saja. Ayo masuk sebentar lah, udah datang jauh-jauh kok ya balik lagi. Ayo masuk, biar dibikin minum sama bibi dulu,” kata Tante Ani lagi sambil melambai ke arahku.<br />
<br />
Aku tidak bisa lagi menolak, takut membuat Tante Ani tersinggung. Kemudian aku melangkah masuk dan duduk di teras, sementara Tante Ani masih berdiri di depan pintu.<br />
<br />
“Nak Didik, duduk di dalem saja. Tante lagi kurang enak badan, tante nanti nggak bisa nemenin kamu kalau duduk di luar.”<br />
<br />
“Ya tante,” jawabku sambil masuk ke rumah dengan perasaan setengah sungkan.<br />
<br />
“Agus ikut Om pergi kemana sih tante?” tanyaku basa-basi setelah duduk di sofa di ruang tamu.<br />
<br />
“Pada ke *kota X*, ke rumah kakek. Mendadak sih tadi pagi. Soalnya om-mu itu kan jarang sekali libur. Sekali boleh cuti, langsung mau nengok kakek.”<br />
<br />
“Ehm.. tante nggak ikut?”<br />
<br />
“Besuk pagi rencananya tante nyusul. Soalnya hari ini tadi tante nggak bisa ninggalin kantor, masih ada yang mesti diselesaiin,” jawab Tante Ani. “Emangnya Agus nggak ngasih tahu kamu kalau dia pergi?”<br />
<br />
“Nggak tante,” jawabku sambil sedikit terheran-heran. Tidak biasanya Tante Ani menyebutku dengan “kamu”. Biasanya dia menyebutku dengan “nak Didik”.<br />
<br />
“Kok bengong!” Tanya Tante Ani membuatku kaget.<br />
<br />
“Eh.. anu.. eh..,” aku tergugup-gugup.<br />
<br />
“Ona-anu, ona-anu. Emang anunya siapa?” Tante Ani meledek kegugupanku yang membuatku makin jengah. Untung Bibi segera datang membawa secangkir teh hangat, sehingga rasa jengahku tidak berkepanjangan.<br />
<br />
“Mas Didik, silakan tehnya dicicipin, keburu dingin nggak enak,” kata bibi sambil menghidangkan teh di depanku.<br />
<br />
“Makasih Bi,” jawabku pelan.<br />
<br />
“Itu tehnya diminum ya, tante mau mandi dulu.. bau,” kata Tante Ani sambil tersenyum. Setelah itu Tante Ani dan pembantunya masuk ke ruang tengah. Sementara aku mulai membaca-baca koran yang ada di meja untuk.<br />
<br />
Hampir setengah jam aku sendirian membaca koran di ruang tamu, sampai akhirnya Tante Ani nampak keluar dari ruang tengah. Dia memakai T-shirt warna putih dipadu dengan celana ketat di bawah lutut. Harus kuakui, meskipun umurnya sudah 40-an namun badannya masih bagus. Kulitnya putih bersih, dan wajahnya meskipun sudah mulai ada kerut di sana-sini, tapi masih jelas menampakkan sisa-sisa kecantikannya.<br />
<br />
“Eh, ngapain kamu ngliatin tante kayak gitu. Heran ya liat nenek-nenek.”<br />
<br />
“Mati aku!” kataku dalam hati. Ternyata Tante Ani tahu sedang aku perhatikan. Aku hanya bisa menunduk malu, mungkin wajahku saat itu sudah seperti udang rebus.<br />
<br />
“Heh, malah bengong lagi,” katanya lagi. Kali ini aku sempat melihat Tante Ani tersenyum yang membuatku sedikit lega tahu kalau dia tidak marah.<br />
<br />
“Maaf tante, nggak sengaja,” jawabku sekenanya.<br />
<br />
“Mana ada nggak sengaja. Kalau sebentar itu nggak sengaja, lha ini lama gitu ngeliatnya,” kata Tante Ani lagi. Meskipun masih merasa malu, namun aku agak tenang karena kata-kata Tante Ani sama sekali tidak menunjukkan sedang marah.<br />
<br />
“Kata Agus, kamu mau pertandingan sepakbola di sekolah ya?” Tanya Tante Ani.<br />
<br />
“Eh, iya tante. Pertandingan antar SMU se-kota. Tapi masih dua minggu lagi kok tante, sekarang-sekarang ini baru tahap penggojlokan,” Aku sudah mulai tenang kembali.<br />
<br />
“Pelajaran kamu terganggu nggak?”<br />
<br />
“Ya sebenarnya lumayan menggangu tante, habisnya latihannya belakangan ini berat banget, soalnya sekolah sengaja mendatangkan pelatih sepakbola beneran. Tapi, sekolah juga ngasih dispensasi kok tante. Jadi kalau capeknya nggak ketulungan, kami dikasih kesempatan untuk nggak ikut pelajaran. Kalau nggak begitu, nggak tahu lah tante. Soalnya kalau badan udah pegel-pegel, ikut pelajaranpun nggak konsen.”<br />
<br />
“Kalau pegel-pegel kan tinggal dipijit saja,” kata Tante Ani.<br />
<br />
“Masalahnya siapa yang mau mijit tante?”<br />
<br />
“Tante mau kok,” jawab Tante Ani tiba-tiba.<br />
<br />
“Ah, tante ini becanda aja,” kataku.<br />
<br />
“Eh, ini beneran. Tante mau mijitin kalau memang kamu pegel-pegel. Kalau nggak percaya, sini tante pijit,” katanya lagi.<br />
<br />
“Enggak ah tante. Ya, saya nggak berani tante. Nggak sopan,” jawabku sambil menunduk setelah melihat Tante Ani nampak sungguh-sungguh dengan kata-katanya.<br />
<br />
“Lho, kan tante sendiri yang nawarin, jadi nggak ada lagi kata nggak sopan. Ayo sini tante pijit,” katanya sambil memberi isyarat agar aku duduk di sofa di sebelahnya. Penyakit gugupku kambuh lagi. Aku hanya diam menunduk sambil mempermainkan jari-jariku.<br />
<br />
“Ya udah, kalau kamu sungkan biar tante ke situ,” katanya sambil berjalan ke arahku. Sebentar kemudian sambil berdiri di samping sofa, Tante Ani memijat kedua belah pundakku. Aku hanya terdiam, tidak tahu persis seperti apa perasaanku saat itu.<br />
<br />
Setelah beberapa menit, Tante Ani menghentikan pijitannya. Kemudian dia masuk ke ruang tengah sambil memberi isyarat padaku agar menunggu. Aku tidak tahu persis apa yang dilakukan Tante Ani setelah itu. Yang aku tahu, aku sempat melihat bibi pembantu keluar rumah melalui pintu samping, yang tidak lama kemudian disusul Tante Ani yang keluar lagi dari ruang tengah.<br />
<br />
“Bibi tante suruh beli kue. Kue di rumah sudah habis,” katanya seolah menjawab pertanyaan yang tidak sempat kuucapkan. “Ayo sini tante lanjutin mijitnya. Pindah ke sini aja biar lebih enak,” kali itu aku hanya menurut saja pindah ke sofa panjang seperti yang disuruh Tante Ani. Kemudian aku disuruh duduk menyamping dan Tante Ani duduk di belakangku sambil mulai memijit lagi.<br />
<br />
“Gimana, enak nggak dipijit tante?” Tanya Tante Ani sambil tangannya terus memijitku. Aku hanya mengangguk pelan.<br />
<br />
“Biar lebih enak, kaosnya dibuka aja,” kata Tante Ani kemudian. Aku diam saja. Bagaimana mungkin aku berani membuka kaosku, apalagi perasaanku saat itu sudah tidak karuan.<br />
<br />
“Ya sudah. Kalau gitu, biar tante bantu bukain,” katanya sambil menaikkan bagian bawah kaosku. Seperti kena sihir aku menurut saja dan mengangkat kedua tanganku saat Tante Ani membuka kaosku.<br />
<br />
Setelah itu Tante Ani kembali memijitku. Sekarang tidak lagi hanya pundakku, tapi mulai memijit punggung dan kadang pinggangku. Perasaanku kembali tidak karuan, bukan hanya pijitannya kini, tapi sepasang benda empuk sering menyentuh bahkan kadang menekan punggungku. Meski seumur-umur aku belum pernah menyentuh payudara, tapi aku bisa tahu bahwa benda empuk yang menekan punggungku itu adalah sepasang payudara Tante Ani.<br />
<br />
Beberapa lama aku berada dalam situasi antara merasa nyaman, malu dan gugup sekaligus, sampai akhirnya aku merasakan ada benda halus menelusup bagian depan celanaku. Aku terbelalak begitu mengetahui yang menelusup itu adalah tangan Tante Ani.<br />
<br />
“Tante.. ” kataku lirih tanpa aku sendiri tahu maksud kataku itu. Tante Ani seperti tidak mempedulikanku, dia malah sudah bergeser ke sampingku dan mulai membuka kancing serta retsluiting celanaku. Sementara itu aku hanya terdiam tanpa tahu harus berbuat apa. Sampai akhirnya aku mulai bisa melihat dan merasakan Tante Ani mengelus penisku dari luar CD-ku.<br />
<br />
Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Sesuatu yang baru pertama kali itu aku rasakan. Belum lagi aku sadar sepenuhnya apa yang terjadi, aku mendapati penisku sudah menyembul keluar dan Tante Ani sudah menggenggamnya sambil sesekali membelai-belainya. Setelah itu aku lebih sering memejamkan mata sambil sekali-kali melirik ke arah penisku yang sudah jadi mainan Tante Ani.<br />
<br />
Tak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan yang jauh lebih mencengangkan. Kepala penisku seperti masuk ke satu lubang yang hangat. Ketika aku melirik lagi, kudapati kepala penisku sudah masuk ke mulut Tante Ani, sementara tangannya naik turun mengocok batang penisku. Aku hanya bisa terpejam sambil mendesis-desis keenakan. Beberapa menit kemudian aku merasakan seluruh tubuhku mulai mengejang. Aku merasakan Tante Ani melepaskan penisku dari mulutnya, tapi mempercepat kocokan pada batang penisku.<br />
<br />
“Sssshhhh.. creettt… creett… ” Sambil mendesis menikmati sensasi rasa yang luar biasa aku merasakan cairan hangat menyemprot sampai ke dadaku, cairan air mani ku sendiri.<br />
<br />
“Ah, dasar anak muda, baru segitu aja udah keluar,” Tante Ani berbisik di dekat telingaku. Aku hanya menatap kosong ke wajah Tante Ani, yang aku tahu tangannya tidak berhenti mengelus-elus penisku. “Tapi ini juga kelebihan anak muda. Udah keluarpun, masih kenceng begini,” bisik Tante Ani lagi.<br />
<br />
Setelah itu aku lihat Tante Ani melepas T-Shirtnya, kemudian berturut-turut, BH, celana dan CD-nya. Aku terus terbelalak melihat pemandangan seperti itu. Dan Tante Ani seperti tidak peduli kemudian meluruskan posisi ku, kemudian dia mengangkang duduk di atasku. Selanjutnya aku merasakan penisku digenggam lagi, kali ini di arahkan ke selangkangan Tante Ani.<br />
<br />
“Sleppp…. Aaaaahhhhh… ” suara penisku menembus vagina Tante Ani diiringi desahan panjangnya. Kemudian Tante Ani bergerak turun naik dengan cepat sambil mendesah-desah. Mulutnya terkadang menciumi dada, leher dan bibirku.<br />
<br />
Ada beberapa menit Tante Ani bergerak naik turun, sampai akhirnya dia mempercepat gerakannya dan mulai menjerit-jerit kecil dengan liarnya. Akupun kembali merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tak lama kemudian…<br />
<br />
“Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh…….. ,” Tante Ani melenguh panjang, bersamaan dengan teriakanku yang kembali merasakan puncak yang kedua kali. Setelah itu Tante Ani terkulai, merebahkan kepalanya di dadaku sambil memeluk pundakku.<br />
<br />
“Terima kasih Dik…,” bisiknya lirih diteruskan kecupan ke bibirku.<br />
<br />
Sejak kejadian itu, aku mengalami syok. Rasa takut dan bersalah mulai menghantui aku. Sulit membayangkan seandainya Agus mengetahui kejadian itu. Perubahan besar mulai terjadi pada diriku, aku mulai sering menyendiri dan melamun.<br />
<br />
Namun selain rasa takut dan bersalah, ada perasaan lain yang menghinggapi aku. Aku sering terbayang-bayang Tante Ani dia telanjang bulat di depanku, terutama waktu malam hari, sehingga aku tiap malam susah tidur. Selain seperti ada dorongan keinginan untuk mengulangi lagi apa yang telah Tante Ani lakukan padaku.<br />
<br />
Perubahan pada diriku ternyata dirasakan juga oleh paman dan bibiku dan juga teman-temanku, termasuk Agus. Tentu saja aku tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya. Situasi seperti itu berlangsung sampai seminggu lebih yang membuat kesehatanku mulai drop akibat tiap malam susah tidur, dan paginya tetap kupaksakan masuk sekolah. Akibat dari itu pula, akhirnya aku memilih mundur dari tim sepakbola sekolahku, karena kondisiku tidak memungkinkan lagi untuk mengikuti latihan-latihan berat.<br />
<br />
Kira-kira seminggu setelah kejadian itu, aku berjalan sendirian di trotoar sepulang sekolah. Aku menuju halte yang jaraknya sekitar 300 meter dari sekolahku. Sebenarnya persis di depan sekolahku juga ada halte untuk bus kota, namun aku memilih halte yang lebih sepi agar tidak perlu menunggu bus bareng teman-teman sekolahku.<br />
<br />
Saat asyik berjalan sambil menunduk, aku dikejutkan mobil yang tiba-tiba merapat dan berhenti agak di depanku. Lebih terkejut lagi saat tahu itu mobil itu mobil papanya Agus. Setelah memperhatikan isi dalam mobil, jantungku berdesir. Tante Ani yang mengendari mobil itu, dan sendirian.<br />
<br />
“Dik, cepetan masuk, ntar keburu ketahuan yang lain,” panggil Tante Ani sambil membuka pintu depan sebelah kiri. Sementara aku hanya berdiri tanpa bereaksi apa-apa.<br />
<br />
“Cepetan sini!” kali ini suara Tante Ani lebih keras dan wajahnya menyiratkan kecemasan.<br />
<br />
“I.. Iya.. tante,” akhirnya aku menuruti panggilan Tante Ani, dan bergegas masuk mobil.<br />
<br />
“Nah, gitu. Keburu ketahuan temen-temenmu, repot.” kata Tante Ani sambil langsung menjalankan mobilnya.<br />
<br />
Di dalam mobil aku hanya diam saja, meskipun aku bisa sedikit melihat Tante Ani beberapa kali menengok padaku.<br />
<br />
“Tumben kamu nggak bareng Agus,” Tanya Tante Ani tiba-tiba.<br />
<br />
“Enn.. Enggak tante. Saya lagi pengin sendirian saja. Tante nggak sekalian jemput Agus?” aku sudah mulai menguasai diriku.<br />
<br />
“Kan, emang Agus nggak pernah dijemput,” jawab Tante Ani.<br />
<br />
“Eh, iya ya,” jawabku seperti orang bloon.<br />
<br />
Setelah itu kami lebih banyak diam. Tante Ani mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah sampai di sebuah komplek pertokoan Tante Ani melambatkan mobilnya sambil melihat-lihat mungkin mencari tempat parkir yang kosong. Setelah memarkirkan mobilnya, yang sepertinya mencari tempat yang agak jauh dari pusat pertokoan, Tante Ani mengajak aku turun.<br />
<br />
Setelah turun, Tante Ani langsung menyetop taksi yang kebetulan sedang melintas. Terlihat dia bercakap-cakap dengan sopir taksi sebentar, kemudian langsung memanggilku supaya ikut naik taksi. Setelah masuk taksi, Tante Ani memberi isyarat padaku yang terbengong-bengong supaya diam, kemudian dia menyandarkan kepalanya pada jok taksi dan memejamkan matanya, entah kecapaian atau apa. Kira-kira 20 menit kemudian taksi memasuki pelataran sebuah hotel di pinggiran kota.<br />
<br />
“Dik, kamu masuk duluan, kamu langsung aja. Ada kamar nganggur yang habis dipakai tamu kantor tante. Nanti tante nyusul,” kata Tante Ani memberikan kunci kamar hotel sambil setengah mendorongku agar keluar.<br />
<br />
Kemudian aku masuk ke hotel, aku memilih langsung mencari petunjuk yang ada di hotel itu daripada tanya ke resepsionis. Dan memang tidak sulit untuk mencari kamar dengan nomor seperti yang tertera di kunci. Singkat cerita aku sudah masuk ke kamar, namun hanya duduk-duduk saja di situ.<br />
<br />
Kira-kira 15 menit kemudian terdengar ketukan di pintu kamar, ternyata Tante Ani. Dia langsung masuk dan duduk di pinggir ranjang.<br />
<br />
“Agus bilang kamu keluar dari tim sepakbola ya?!” tanyanya tanpa ba-bi-bu dengan nada agak tinggi.<br />
<br />
“I.. iya tante,” jawabku pelan.<br />
<br />
“Kamu juga nggak pernah lagi kumpul sama temen-temen kamu, nggak pernah main lagi sama Agus,” Tante Ani menyemprotku yang hanya bisa diam tertunduk.<br />
<br />
“Kamu tahu, itu bahaya. Orang-orang dan keluargaku bisa tahu apa yang sudah terjadi.. ,” kata-kata Tante Ani terputus dan terdengar mulai sedikit sesenggukan.<br />
<br />
“Tapi.. saya nggak pernah ngasih tahu siapa-siapa,” kataku.<br />
<br />
“Memang kamu belum ngasih tahu, tapi kalau ditanyain terus-terusan bisa-bisa kamu cerita juga,” katanya lagi sambil sesenggukan. “Apa yang terjadi dengan keluarga tante jika semuanya tahu!”<br />
<br />
“Tante memang salah, tante yang membuat kamu jadi begitu,” kata Tante Ani, kali ini agak lirih sambil menahan tangisnya. “Tapi kalau kamu merasakan seperti yang tante rasakan..” terputus lagi.<br />
<br />
“Merasakan apa tante?”<br />
<br />
Akhirnya Tante Ani cerita panjang lebar tentang rumah tangganya. Tentang suaminya yang sibuk mengejar karir, sehingga hampir tiap hari pulang malam, dan jarang libur. Tentang kehidupan seksualnya sebagai akibat dari kesibukan suaminya, serta beratnya menahan hasrat biologisnya akibat dari semua itu.<br />
<br />
“Kalau kamu mau marah, marahlah. Entah kenapa, tante nggak sanggup lagi menahan dorongan birahi waktu kamu ke rumah minggu kemarin. Terserah kamu mau menganggap tante kayak apa, yang penting kamu sudah tahu masalah tante. Sekarang kalau mau pulang, pulanglah, tante yang ngongkosin taksinya,” kata Tante Ani lirih sambil membuka tasnya, mungkin mau mengeluarkan dompet.<br />
<br />
“Nggak.. nggak usah tante.. ” aku mencegah. “Saya belum mau pulang, saya nggak mau membiarkan tante dalam kesedihan.” Entah pengaruh apa yang bisa membuatku seketika bisa bersikap gagah seperti itu. Aku hampiri Tante Ani, aku elus-elus kepalanya. Hilang sudah perasaan sungkanku padanya. Tante Ani kemudian memeluk pinggangku dan membenamkan kepalanya dalam pelukanku.<br />
<br />
Setelah beberapa lama, aku duduk di samping Tante Ani. Kuusap-usap dan sibakkan rambutnya. Kusap pipinya dari airmata yang masih mengalir. Pelahan kucium keningnya. Kemudian, entah siapa yang mulai tiba-tiba bibir kami sudah saling bertemu. Ternyata, kalau tidak sedang merasa sungkan atau takut, aku cukup lancar juga mengikuti naluri kelelakianku.<br />
<br />
Cukup lama kami berciuman bibir, dan makin lama makin liar. Aku mulai mengusap punggung Tante Ani yang masih memakai baju lengkap, dan kadang turun untuk meremas pantatnya. Tante Ani pun melakukan hal yang sama padaku.<br />
<br />
Tante Ani sepertinya kurang puas bercumbu dengan pakaian lengkap. Tangannya mulai membuka kancing baju seragam SMU-ku, kemudian dilepasnya berikut kaos dalam ku. Kemudian dia melepaskan pelukanku dan berdiri. Pelan-pelan dia membuka pakain luarnya, sampai hanya memakai CD dan BH. Meskipun aku sudah melihat Tante Ani telanjang, tapi pemandangan yang sekarang ada di depanku jauh membuat nafsuku bergejolak, meskipun masih tertutup CD dan BH. Aku langsung berdiri, kupeluk dan kudorong ke arah dinding, sampai kepala Tante Ani membentur dinding, meski tidak begitu keras.<br />
<br />
“Ah, pelan-pelan doonnng,” kata Tante Ani manja diiringi desahannya desahannya.<br />
<br />
Aku semakin liar saja. Kupagut lagi bibir Tante Ani, sambil tanganku meremas-remas buah dadanya yang masih memakai BH. Tante Ani tidak mau kalah, bahkan tangannya sudah mulai melepaskan melorotkan celana luar dan dalamku. Kemudian, diteruskannya dengan menginjaknya agar bisa melorot sempurna. Aku bantu upaya Tante Ani itu dengan mengangkat kakiku bergantian, sehingga akhirnya aku sudah telanjang bulat.<br />
<br />
Setelah itu Tante Ani membantuku membuka pengait BH-nya yang ada di belakang. Rupanya dia tahu aku kesulitan untuk membuka BH-nya. Sekarang aku leluasa meremas-remas kedua buah dada Tante Ani yang cukup besar itu, sedang Tante Ani mulai mengelus dan kadang mengocok penisku yang sudah sangat tegang.<br />
<br />
Kemudian tante setengah menjambak Tante Ani mendorong kepalaku di arahkan ke buah dadanya yang sebelah kiri. Kini puting susu itu sudah ada di dalam mulutku, kuisap-isap dan jilati mengikuti naluriku.<br />
<br />
“Aaaaahh….. oooouhghhh… ” desahan Tante Ani makin keras sambil tangannya tak berhenti mempermainkan penisku.<br />
<br />
Beberapa kali aku isap puting susu Tante Ani bergantian, mengikuti sebelah mana yang dia maui. Setelah puas buah dadanya aku mainkan, Tante Ani mendorong tubuhku pelan ke belakang. Kemudian dia berputar, berjalan mundur sambil menarikku ke arah ranjang. Sampai di pinggir ranjang, Tante Ani sengaja menjatuhkan dirinya sehingga sekarang dia telentang dengan aku menindih di atasnya, sementara kakinya dan kakiku masih menginjak lantai. Setelah itu, dia berusaha melorotkan CD-nya, yang kemudian aku bantu sehinggap Tante Ani kini untuk kedua kalinya telanjang bulat di depanku.<br />
<br />
Usai melepas CD-nya aku masih berdiri memelototi pemandangan di depanku. Tante Ani yang telentang dengan nafas memburu dan mata agak saya menatapku. Gundukan di selangkangannya yang ditumbuhi bulu tidak begitu lebat nampak benar menantang, seperti menyembul didukung oleh kakinya yang masih menjuntai ke lantai. Bibir vaginanya nampak mengkilap terkena cairan dari dalamnya. (Waktu itu aku belum bisa menilai dan membanding-bandingkan buah dada, mana yang kencang, bagus dan sebagainya. Paling hanya besar-kecilnya saja yang bisa aku perhatikan).<br />
<br />
“Sini sayaangg.. ,” panggil Tante Ani yang melihat aku berdiri memandangi tiap jengkal tubuhnya. Aku menghampirinya, menindih dan mencoba memasukkan penisku ke lubang vaginanya. Tapi, Tante Ani menahanku. Nampak dia menggeleng sambil memandangku. Kemudian tiba-tiba kepalaku didorong kebawah. Terus didorong cukup kuat sampai mulutku persis berada di depan lubang vaginanya. Setelah itu Tante Ani berusaha agar mulutku menempel ke vaginanya. Awalnya aku ikuti, tapi setelah mencium bau yang aneh dan sangat asing bagiku, aku agak melawan.<br />
<br />
Mengetahui aku tidak mau mengikuti kemauannya, dia bangun. Ditariknya kedua tanganku agar aku naik ke ranjang, ditelentangkannya tubuhku. Sempat aku melihat bibirnya tersenyum, sebelum di mengangkang tepat di atas mulutku.<br />
<br />
“Bleepp… ” aku agak gelagapan saat vagina Tante Ani ditempel dan ditekankan di mulutku. Tante Ani memberi isyarat agar aku tidak melawan, kemudian pelan-pelan vaginanya digesek-gesekkan ke mulutku, sambil mulutnya mendesis-desis tidak karuan. Aku yang awalnya rada-rada jijik dengan cairan dari vagina Tante Ani, sudah mulai familiar dan bisa menikmatinya. Bahkan, secara naluriah, kemudian ku keluarkan lidahku sehingga masuk ke lubang vagina Tante Ani.<br />
<br />
“Oooohhh… sssshhh… pinter kamu sayang… oh… ” gerakan Tante Ani makin cepat sambil meracau. Tiba-tiba, dia memutar badannya. Kagetku hanya sejenak, berganti kenikmatan yang luar biasa setelah penisku masuk ke mulut Tante Ani. Aku merasakan kepala penisku dikulum dan dijilatinya, sambil tangannya mengocok batang penisku. Sementara itu, vaginanya masih menempel dimulutku, meskipun gesekannya sudah mulai berkurang. Sambil menikmati aku mengelus kedua pantat Tante Ani yang persis berada di depan mataku.<br />
<br />
Setelah puas dengan permainan seperti itu, Tante Ani mulai berputar dan bergeser. Masih mengangkang, tapi tidak lagi di atas mulutku, kali ini tepat di atas ujung penisku yang tegak.<br />
<br />
“Sleep.. blesss… ooooooooooooohhhhhh,” penisku menancap sempurna di dalam vagina Tante Ani diikuti desahan panjangnya, yang malah lebih mirip dengan lolongan.<br />
<br />
Tante Ani bergerak naik turun sambil mulutnya meracau tidak karuan. Tidak seperti yang pertama waktu di rumah Tante Ani, kali ini aku tidak pasif. Aku meremas kedua buah dada Tante Ani yang semakin menambah tidak karuan racauannya. Rupanya, aksi Tante Ani itu tidak lama, karena kulihat tubuhnya mulai mengejang. Setengah menyentak dia luruskan kakinya dan menjatuhkan badannya ke badanku.<br />
<br />
“Ooooooooohhh…. Aaaaaaaaahhh….. ” Tante Ani ambruk, terkulai lemas setelah mencapai puncak.<br />
<br />
Beberapa saat dia menikmati kepuasannya sambil terkulai di atasku, sampai kemudian dia berguling ke samping tanpa melepas vaginanya dari penisku, dan menarik tubuhku agar gantian menindihnya.<br />
<br />
Sekaraang gantian aku mendorong keluar-masuk penisku dari posisi atas. Tante Ani terus membelai rambut dan wajahku, tanpa berhenti tersenyum. Beberapa waktu kemudian aku mempercepat sodokanku, karena terasa ada bendungan yang mau pecah.<br />
<br />
“Tanteeeeee……. Oooooohhh……. ” gantian aku yang melenguk panjang sambil membenamkan penisku dalam-dalam. Tante Ani menarik tubuhku menempel ketat ke dadanya, saat aku mencapai puncak.<br />
<br />
Setelah sama-sama mencapai puncak kenikmatan, aku dan Tante Ani terus ngobrol sambil tetap berpelukan yang diselingi dengan ciuman. Waktu ngobrol itu pula Tante Ani banyak memberi tahu tentang seks, terutama bagian-bagian sensitif wanita serta bagaimana meng-eksplor bagian-bagian sensitif itu.<br />
<br />
Setelah jam 4 sore, Tante Ani mengajak pulang. Aku sebenarnya belum mau pulang, aku mau bersetubuh sekali lagi. Tapi Tante Ani berkeras menolak.<br />
<br />
“Tante janji, kamu masih terus bisa menikmati tubuh tante ini. Tapi ingat, kamu harus kembali bersikap seperti biasa, terutama pada Agus. Dan kamu harus kembali ke tim sepakbola. Janji?”<br />
<br />
“He-em,” aku menganggukkan kepala.<br />
<br />
“Ingat, kalau kamu tepat janji, tante juga tepat janji. Tapi kalau kamu ingkar janji, lupakan semuanya. Oke?” Aku sekali mengangguk.<br />
<br />
Sebelum aku dan Tante Ani memakai pakaian masing-masing, aku sempatkan mencium bibir Tante Ani dan tak lupa bibir bawahnya. Setelah selesai berpakaian, Tante Ani memberiku ongkos taksi dan menyuruhku pulang duluan.<br />
<br />
Sejak itu perasaanku mulai ringan kembali, dan aku sudah normal kembali. Aku juga bergabung kembali ke tim sepakbola sekolahku, yang untungnya masih diterima. Dari sepakbola itulah yang kemudian memuluskan langkahku mencari kerja kelak. Dan Tante Ani menepati janjinya. Dia benar-benar telah menjadi pasangan kencanku, dan guru sex-ku sekaligus. Paling sedikit seminggu sekali kami melakukannya berpindah-pindah tempat, dari hotel satu ke hotel yang lain, bahkan kadang-kadang keluar kota. Tentu saja kami melakukannya memakai strategi yang matang dan hati-hati, agar tidak diketahui orang lain, terutama keluarga Tante Ani.<br />
<br />
Sejak itu pula aku mengalami perubahan yang cukup drastis, terutama dalam pergaulanku dengan teman-teman cewek. Aku yang awalnya dikenal pemalu dan jarang bergaul dengan teman cewek, mulai dikenal sebagai play boy. Sampai lulus SMU, beberapa cewek baik dari sekolahku maupun dari sekolah lain sempat aku pacari, dan beberapa di antaranya berhasil kuajak ke tempat tidur. (Lain waktu, kalau sempat saya ceritakan petualangan saya tersebut).<br />
<br />
Begitulah kisah awalku dengan Tante Ani, yang akhirnya merubah secara drastis perjalanan hidupku ke depannya. Sampai saat ini, aku masih berhubungan dengan Tante Ani, meskipun paling-paling sebulan atau dua bulan sekali. Meskipun dari segi daya tarik seksual Tante Ani sudah jauh menurun, namun aku tidak mau melupakannya begitu saja. Apalagi, Tante Ani tidak pernah berhubungan dengan pria lain, karena dianggapnya resikonya terlalu besar.<br />
<br />
Begitulah, Tante Ani yang terjepit antara hasrat seksual menggebu yang tak terpenuhi dengan status sosial yang harus selalu dijaga.<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-57193279110704866262012-10-17T18:06:00.001-07:002012-10-17T18:38:50.911-07:00Salon Plus Plus Tante Seksi Untuk sementara waktu artikel tentang:<a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/"> Salon Plus Plus</a> Tante Seksi<br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus Tante Seksi</a><br />
trims sebelumnya<br />
<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Suami Yang Perhatian</b></span> <br />
<br />
Keadaan di rumah jadi berubah setelah sebuah pertanyaan terlontar darinya di malam itu. Aku dan Riri telah menikah selama 21 tahun, kami mempunyai seorang anak lelaki, Angga. Riri adalah seorang ibu rumah tangga dan sejauh yang kutahu dia selalu setia. Waktu itu kami sedang membaca di atas tempat tidur untuk menghabiskan malam, saat dia menanyakan pertanyaan yang tak terpikirkan itu. "Apa kamu pernah menyetubuhi ibu kandungmu?" "Pernah apa?" aku bereaksi dengan terkejut. "Kamu mendengarnya." lanjutnya. "Waktu kamu muda dan masih ikut orang tua, pernahkah kamu bersetubuh dengan ibu kandungmu?" "Pertanyaan seperti apa itu?" tanyaku. "Ini bukan pertanyaan mengada-ada.. Kenyataannya itu hal yang kerap terjadi, cuma orang-orang tak mau membicarakannya. Saat kamu muda aku dapat mengerti jika kamu menyimpan rahasia seperti itu, jadi ayahmu tak mengetahuinya, tapi itu sudah berlalu dan kupikir kamu dapat menceritakannya pada isterimu sekarang, kan?" tanyanya. "Tidak, aku tak pernah melakukannya dengan ibuku. Dan aku yakin itu hal yang tabu dan melanggar hukum." aku menegaskan. Isteriku terdiam. "Yah, jadi itu tak layak dan kemarin aku dengar 90% orang yang menikah mengakui pernah melakukannya." jawabnya. "Jadi, aku harap perkawinan kita salah satu dari yang 1% itu." kataku. Riri memejamkan matanya dan tersenyum. "Jadi kamu setidaknya mempunyai fantasi untuk melakukannya kan?" tanyanya. "Tidak, aku tak pernah membayangkannya, demi Tuhan dia adalah ibu kandungku!" aku berteriak. Isteriku menggelengkan kepalanya. "Pembohong." katanya. "Sebagian besar remaja berfantasi untuk menyetubuhi ibunya, ini kenyataan yang umum. Kamu berfantasi untuk menyetubuhi ibumu seperti halnya Angga yang berfantasi untuk menyetubuhiku." "Riri, itu gila, bagaimana kamu dapat beranggapan seperti itu terhadap anakmu sendiri?" tanyaku. "Karena itulah kenyataannya.. Angga tak berbeda dengan remaja lain seumurannya yang bermimpi tentang apa yang ada di antara paha ibu mereka saat ayah mereka pergi kerja. Itu benar-benar alami." katanya. "Kamu tak tahu tentang hal itu." kataku. "Sayang, percayalah padaku, aku adalah ibunya dan seorang ibu tahu hal-hal seperti itu." katanya. "Oh, ayolah Ri, kamu bertingkah sepertinya kamu tahu apa yang anak-anak pikirkan." kataku. "Seorang ibu biasanya tahu lebih dari apa yang kamu kira." katanya. "Oh, benarkah, jadi apa yang kamu tahu tentang Angga yang tak kumengerti?" tanyaku jengkel. "Aku tahu kalau dia bermasturbasi tiga kali sehari, kadang empat kali. Dia berfantasi sedang menggesekkan penisnya di antara pahaku. Dia mengambil keranjang cucianku saat aku dan kamu sedang pergi dan senang menghirup dan menghisapi celana dalamku yang kotor. Dia juga senang dengan wanita yang berdada besar, terutama yang sedang hamil.. Apa kamu mau tahu lebih banyak lagi?" tanyanya. Aku terdiam oleh perkataannya. "Bagaimana kamu tahu semua itu?" tanyaku. Riri tersenyum puas. "Seorang ibu mempunyai caranya sendiri." jawabnya "Yakin kamu tak membicarakan dengannya tentang hal ini?" tanyaku. "Sayang, segera setelah kamu pergi kerja dan melakukan pekerjaan hingga tak begitu memperhatikan Angga dan aku, seorang ibu dan anak mempunyai dunianya sendiri di sini di rumah, yang tak harus diperhatikan oleh seorang anak." katanya. "Riri, kamu dan Angga tidak.." aku tak dapat menyelesaikan. "Bersetubuh?" dia berkata dengan tersenyum. "Jika aku menyetubuhi anakku sendiri, artinya aku sangat menarik baginya. Itu bukan topik yang akan dibicarakan seorang isteri pada suaminya." Aku mulai merasakan darahku bergolak. "Riri, tolong katakan padaku, ya atau tidak. Apa kamu dan Angga telah melakukannya?" aku mendesaknya. Seiring wajahku memerah, isteriku tertawa dan menjulurkan jarinya ke wajahku dengan lembut. "Sayang, kamu membuat hal ini jadi rumit. Ini sangat mengganggumu ya?" dia bertanya sambil menahan tawanya. "Aku hanya berpikir kalau aku berhak untuk tahu!" kataku. "Tidak, kamu tidak perlu mengetahuinya. Sayang, aku mencintaimu, sebagai ayah dan suami, tapi tidak ada tempat di antara hubungan antara seorang ibu dan anaknya. Apa yang terjadi di rumah ini saat kamu pergi bukanlah urusanmu dan tak perlu perhatianmu. Kalau seorang ibu dan anaknya di rumah ini bersetubuh, maka kamu tak berbeda dengan ayah yang lainnya dan tak akan pernah tahu tentang itu." katanya. Dia memberiku sebuah senyuman hangat. "Kamu sudah capek dan kamu punya hari yang sibuk besok. Tidurlah sekarang." katanya. Malam itu aku tak benar-benar bisa tertidur. Pagi harinya, aku bangun seperti biasa dan Riri menyiapkan sarapan untukku dan mengantarku sampai pintu depan. Dia memakai baju terusan yang membuat payudaranya begitu terlihat indah menantang. Aku lihat Angga turun dari tangga dengan mengenakan celana pendek. "Dia bangun lebih awal." kataku. "Ya, aku bilang padanya dia bisa bantu ibunya mengecat kuku dan mencuci baju yang kotor." dia berkata sambil meringis. Perutku melilit. "Jadi apalagi yang kalian kerjakan hari ini?" tanyaku curiga. "Oh, aku yakin kami akan menemukan sesuatu yang bisa mempererat hubungan kami." jawabnya sambil tersenyum lebar. "Lebih baik kamu segera berangkat, sayang. Kamu nanti bisa terlambat lho." Aku berjalan keluar dengan membanting pintu. Waktu aku berjalan ke mobil, aku dengar isteriku mengunci pintu di belakangku dan berpikir dunia macam apa yang telah dibuat isteriku bersama Angga saat aku tak ada. Tanpa sadar, penisku terasa mengeras dari balik celanaku. Sial, seharusnya aku lebih dekat dengan ibuku! Seharian itu aku tak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan. Otakku dibakar oleh beribu pertanyaan. Apakah isteriku dan anakku yang berumur 18 tahun berbuat gila? Akhirnya, siangnya aku ambil telepon dan memutar nomor rumahku agar aku bisa tahu dengan jelas apa yang mereka kerjakan di dunianya. Setelah cukup lama tak ada yang mengangkat, akhirnya terdengar suara isteriku di sana. "Hh.. Halo.." Dia berkata. Aku dapat mendengarnya bernafas dengan susah. "Halo sayang, ini aku." jawabku. Terdengar suara ganjil berulang-ulang di belakang, seperti suara kulit yang beradu dengan kulit. "Sayang, a.. aku tak bis.." dia mencoba bernafas dengan susah. "Aku tak bisa bicara sekarang, telepon aku lagi saja nanti." lanjutnya. KLIK!! Dia tutup teeponnya. Perutku tiba-tiba saja jadi terasa mulas. Aku tak pernah membayangkan isteriku akan berselingkuh, apalagi dengan anak kami yang masih remaja. Mungkinkah itu? Aku pulang kerja lebih awal hari itu. Aku ingin mengadakan penyelidikan. Aku harus yakin. Aku lalui jalan hanya untuk melihat isteri dan anakku yang keluar dari jalan dengan minivan isteriku. Aku ikuti mereka ke mall pada sisi lain kota ini. Dengan mengendap, aku masuki mall itu dan mengikuti mereka dari belakang. Aku terkejut saat melihat mereka berjalan bergandengan tangan dengan mesra, layaknya sepasang kekasih yang sedang belanja. Tingkah laku isteriku seperti seorang gadis remaja saja. Aku mengikuti isteri dan anakku yang berkeliling di seluruh mall ini, bergandengan tangan seperti remaja yang sedang kasmaran. Paling tidak, dia sudak tak muda lagi, umurnya sudah 38 tahun dan sudah menikah dan yang satunya anak muda yang baru berumur 18 tahun. Walaupun begitu, isteriku dapat mengimbanginya. Dia tak pernah semesra itu denganku, tapi benar-benar lain dengan anakku. Aku jadi lebih terkejut lagi saat mereka duduk berdua di bangku itu. Lengan isteriku melingkar di pundaknya, membelai mesra rambutnya. Bibirnya mendekat, membisikkan padanya sesuatu yang dapat kukira hanyalah cumbuan tentang seks. Aku tak mahir dalam hal membaca gerak bibir, tapi sungguh jelas sekali kalau yang keluar kebanyakan hanyalah 'bersetubuh, penis dan vagina' dari mulut isteriku. Kalau itu belumlah cukup, isteriku melepaskan sandalnya dan menggerakkan kakinya pada betis anakku. Setiap sekali gerakan disertai dengan tiupan dan ciuman ringan di leher anakku. Mereka meninggalkan mall dan aku memastikan kalau aku akan mengikuti mereka pulang, tapi mereka tidak pulang. Isteriku mengendarai mobilnya membawa mereka keluar kota sampai ke hutan. Dia berhenti di jalanan yang sedikit berlumpur dan itu membuatku terperanjat saat mengetahui kemana dia akan membawanya. Mereka akan pergi ke bagian rahasia di hutan ini, tempat dimana aku dan isteriku biasanya berkencan dulu. Tahu tepatnya tempat itu, aku parkirkan mobilku dan melanjutkan membuntuti mereka dengan berjalan kaki. Lima belas menit kemudian aku menemukan van isteriku terparkir di bawah semak-semak. Aku juga melihat mereka tak mau menyia-nyiakan waktu sedikit pun. Jendela mobil tertutup rapat dan van itu terlihat bergoncang-goncang. Aku mendekat dan segera saja telingaku menangkap erangan-erangan mesum mereka. "Oh, ya.. Lebih keras, sayang, setubuhi ibumu dengan benar!" isteriku merajuk. "Oh Tuhan, tekan!! Kerjai vaginaku, sayang!!" dia berteriak. "Hahh, dorong penis besarmu lebih dalam lagi.. Oouuhh!!" lanjutnya. Dan bila kata-kata tak senonoh itu belumlah cukup, selang beberapa menit kemudian, "Oh, rasanya sungguh nikmat dikerjai oleh pria jantan. Ya, begitu, lebih keras lagi.. Leb.. Bih dallaam!! Oh Tuhan aku keluar!! Aku keluar!!" Aku tak mampu menerimanya lagi. Yang dapat kulakukan hanya berbalik kemudian lari. Aku lari secepat yang kubisa menuju ke mobilku. Aku masih dapat mendengar isteriku menjerit dan mengerang, suaranya bergema dalam kepalaku. Aku nyalakan mobilku, hatiku mendidih, air mataku keluar. Aku menyetir dengan gila.. Dalam perjalanan pulangku, bayangan tentang anakku yang berada di antara paha isteriku menghantui aku. Apa yang harus kuperbuat? Malam itu aku dan isteriku berbaring berdampingan di ranjang perkawinan kami. Dia memegang sebuah majalah dan berpura-pura membacanya. Tak lama kemudian dia meletakkan majalah itu dan menatapku. "Sayang, ada sesuatu yang harus kuceritakan padamu." katanya. "Apa?" tanyaku, bersiap untuk hal terburuk, setidaknya dalam hal ini tak ada yang akan mengejutkanku. "Aku hamil." dia berkata dengan senyuman mengembang. Tak sekali pun dalam setahun belakangan ini aku menggauli istriku tanpa kondom. Dia tahu itu, aku tahu itu, dan dia pasti juga tahu bahwa aku mengetahuinya. "Ini bukan bayiku, kan?" tanyaku. Senyumnya hampir menyerupai seringai. "Tidak." jawabnya. "Angga?" kejarku. Istriku menjadi serius. "Sebelum kamu pergi, biarkan aku mengingatkanmu kalau ayahku adalah seorang pengacara dan jika kamu menceraikanku, kamu tahu bahwa Angga dan aku akan mendapatkan ini semua, segalanya, dan kamu tak mendapatkan apa pun." ancamnya "Sudah berapa lama kalian berdua melakukan ini?" aku bertanya. "Kamu tidak perlu tahu itu. Yang harus kamu ketahui sekarang adalah bahwa Angga dan aku telah memutuskan ada hal-hal yang perlu diubah." katanya. "Seperti apa?" tanyaku dengan marah. "Yah, pertama, kami akan mempertahankan bayi ini dan ya, ini memang bayiku dengan Angga." jelasnya. "Yang kedua, Angga akan pindah ke kamar ini dan berbagi tempat tidur denganku, dan sebaliknya mulai sekarang kamu tidur di tempat tidurnya Angga." lanjutnya. Aku hanya bisa menahan amarah. "Dan yang ketiga, kalau kamu menolak, aku dan Angga akan pindah dan mengontrak sebuah rumah bersama dan menuntut uang cerai darimu." katanya memojokkanku. "Ini gila, kamu adalah istriku.." "Ya, dan kamu suamiku, dan akan tetap seperti itu, tapi suami sebenarnya dan kekasihku sekarang adalah Angga. Dan kami memutuskan bahwa kamu harus tetap bekerja seperti biasanya sedangkan Angga dan aku akan tinggal di rumah membuat bayi, kami juga sudah memutuskan ingin mempunyai tiga orang anak lagi." katanya. "Kamu katakan padaku kalau aku bahkan tidak boleh tidur denganmu, isteriku sendiri?" tanyaku tak percaya. "Tidak, maaf. Angga dan aku yang akan tidur di ranjang ini mulai sekarang." Lalu dia memandang ke arah pintu. "Angga, cintaku, apa kamu di sana?" panggilnya. Anakku masuk ke kamar dengan tas ransel berisi barang-barangnya. Dia memandang pada ibunya dan aku. "Maaf, Ayah." dia berkata dengan menyeringai. "Sayang, kenapa kamu tidak pergi dan bersihkan dirimu sebelum naik ke ranjang." kata isteriku. Perutku jadi mulas. Isteriku menatapku tajam. "Kalau kamu tidak keberatan, aku ingin sendirian dengan ayah dari anakku. Ambil barang-barangmu dan pergilah ke kamarmu." perintahnya. "Sayang, tolonglah.. Kita bicarakan hal ini." aku memohon. "Tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku minta maaf, Sayang, tapi sekarang kamu bukan lagi seorang kepala rumah tangga." katanya. "Aku akan berusaha, aku bersumpah." ucapku putus asa. "Jangan, Sayang! Kamu boleh berusaha semampumu tapi kamu tidak akan bisa menyamai bahkan hanya separuh dari Angga di atas ranjang. Kamu tak bisa memohon padaku, kamu tak memiliki stamina untuk itu. Suka atau tidak, kamu tidak memiliki barang yang cukup besar untuk pekerjaan itu.. Dan anakmu memilikinya." Serasa sebilah pisau yang merobek hati. Aku bangkit dari tempat tidur dan mengemasi barang-barangku. Angga keluar dari kamar mandi dan menempatkan dirinya di samping ibunya di ranjang. Dia berada di bawahnya dengan cepat, memeluknya erat hingga menekan payudaranya yang besar. "Inilah suami baruku. Kemari dan bercintalah dengan isterimu yang sedang hamil" katanya. Itu semua serasa mimpi buruk. Aku pandangi mereka berdua di balik selimut. Bisa kukatakan anakku sedang menempatkan dirinya di antara paha ibunya. Aku dapat mendengar mereka berciuman dengan hebatnya. Isteriku muncul dari balik selimut, memandangku. "Sayang, dapatkah kamu matikan lampu dan menutup pintunya saat kamu keluar?" pintanya. Aku hanya bisa mematuhinya. Malam itu aku rebah di tempat tidurku yang baru dengan mendengarkan teriakan-teriakan yang berasal dari kamar yang semula kutempati bersama isteriku. Erangan isteriku menggema di setiap sudut rumah. Semalaman itu aku dengar rangkaian rintihan tabu mereka. Isteri dan anakku sedang membuat bayi mereka dan akan menamakannya seperti nama ayahnya. Tahun demi tahun berlalu dan mereka telah memiliki 3 anak, semuanya laki-laki. Seiring waktu berlalu, anak-anak itu tumbuh jadi remaja, Angga tua telah menemukan seorang wanita muda yang cantik dan atas seijin ibunya boleh dinikahinya. Kemudian Angga pindah dan meninggalkan anak-anaknya bersamaku dan ibunya. Dalam beberapa tahun kemudian aku kembali pada kehidupan rumah tanggaku semula, hingga pada suatu malam saat kami sedang rebahan di atas tempat tidur seperti biasa, terdengar ketukan di pintu dan Angga muda, yang sekarang juga telah berumur 18 tahun, berdiri di sana dengan tas ranselnya. Isteriku, yang sekarang berusia lima puluhan meletakkan majalahnya dan kembali menoleh padaku dengan tersenyum.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-43524030990138802932012-10-17T18:05:00.002-07:002012-10-17T18:39:55.234-07:009 Foto Cewek Salon Plus Plus Artikel yang berjudul: 9 Foto<a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/"> Cewek Salon Plus Plus</a> <br />
sedang dalam proses perbaikan, setelah selesai kami diting segera mungkin saya posting kembali informasi yang berjudul: 9 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
trims, mohon maklum adanya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Seru Banget</b></span><br />
<br />
Hai.. Namaku Dewi, umur 26 tahun. Aku termasuk cewek yang punya tingkat libido yang tinggi. Aku nggak pernah lama pacaran, karena aku orangnya nggak pernah puas ngesek sama pacar-pacarku dan cepat bosan. Bahkan sampai sekarangpun aku sering mencari kepuasan sendiri. Dan itupun nggak terbatas, cowok bahkan cewek sekalipun aku doyan. Yang paling ngedukung adalah wajahku yang lumayan dan bodiku yang nggak ngecewain. Hanya dengan modal senyum dan baju sexy, banyak cowok yang pengin berbagi kenikmatan denganku. Kebayakan mereka nggak tahan kalau melihat dadaku yang padat membusung atau pahaku yang sekal. Aku juga nggak perlu capek cari partner cewek, karena aku mengenal betul siapa cewek-cewek yang bisa diajak main. Aku,Kristin Dan Eric. Aku bekerja sebagai asisten akuntan di sebuah Jasa Akuntan Publik yang cukup terkenal di Surabaya. Pekerjaan yang melelahkan dari jam delapan pagi sampai delapan malam itu terkadang memerlukan refresing juga. Bahkan hari ini aku lembur sampai jam setengah sebelas. Makanya ketika Kristin, teman kerjaku ngajakin dugem, aku langsung mengiyakan. Aku tahu Kristin nggak mungkin hanya mengajak dugem aja. Karena aku tahu Kristin itu penganut paham lesbisme. Tapi tak apalah, aku juga ketagihan digerayangin jemari lentik cewek. Apalagi Kristin sangat menggairahkan. Dadanya montok sedikit tak serasi dengan tubuhnya yang agak kurus, tapi kencang banget. Sudah lama aku pengin meremas-remas payudaranya bahkan mengemut puting payudaranya itu. Dengan naik mobilnya, kami segera meluncur ke sebuah diskotik yang tak terlalu besar tapi cukup ramai. Sesampainya di diskotik kami segera mencari meja kosong di sudut diskotik. Walaupun di pojok tapi cukup mudah memandang ke arah floor dance. Lalu kami memesan minuman beralkohol ringan untuk menghangatkan badan. Ketika si pelayan beranjak pergi setelah mengantarkan pesanan kami, Kristin mulai merapatkan tubuhnya kepadaku. Aku pura-pura tak peduli sambil terus mengobrol dengannya. Tapi makin lama jemari Kristin mulai berani meraba-raba pahaku yang masih terbalut span ketat. Rangsangan itu mengena padaku hingga aku balas dengan makin memperdekat jarak duduk kami. Tapi belaian Kristin makin panas menyusup ke balik rokku. Karena tak tahan dan malu jika harus dilihat orang, aku segera mengajak Kristin melantai. “Kita turun yuk?” kataku. “Enak disini aja ah,” jawabnya menolak. “Ayo dong Kris.” Aku menarik tangannya untuk turun ke floor dance. Kami ngedance mengikuti hingar bingar musik diskotik. Dalam keremangan dan kilatan lampu, aku lihat keayuan wajah Kristin yang nampak lugu. Melihatku tersenyum-senyum kearahnya, Kristin meliuk-liukkan tubuhnya erotis. Daya rangsang yang dinampakkannya dari gerakan tubuhnya dan senyuman nakalnya semakin membuatku mabuk. Sambil bergoyang aku peluk tubuhnya hingga kedua payudara kami saling berbenturan. Sesekali tanganku dengan nakal meremas bokongnya yang masih tertutup celana panjang. Tangannya mendekap erat tubuhku bagai tak ingin terlepas. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas kedua payudaranya yang masih terbalut BH. Ooohh.. begitu halusnya payudara Kriswin, halus dan kenyal banget. Lalu tanganku bergerak melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku dapat membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku telah membekap kemaluannya yang masih terlindung celana panjangnya. Sementara Kristin memejamkan matanya meresapi setiap sentuhanku sambil terus bergoyang mengikuti musik yang menghentak-hentak. Tubuhnya bergerak merapat ke tubuhku. “Kamu ganas juga, ya?” bisiknya. “Tapi kamu suka kan?” Kristin merapatkan tubuhnya sambil menciumi belakang telinga kananku. Hembusan hangat nafas Kristin membuat gairahku bagai dipacu. Jemariku segera mencari-cari puting susunya lalu memelintirnya sampai membuat Kristin mengikik kegelian. Satu jam kemudian Kristin mengajakku pergi dari diskotik itu. Kami telah sama-sama sepakat akan meneruskan gairah kami hingga terpuaskan. Kami menuju ke sebuah hotel terdekat lalu segera menuju kamar yang telah kami pesan. Setibanya di kamar Kristin melucuti pakaiannya sambil menirukan gaya penari stripis. Secara halus, perlahan demi perlahan dilucutinya pakaiannya satu persatu dengan gerakan yang membuat air liurku hendak nenetes. Tinggal CD-nya saja yang masih melekat. Dengan kedua payudara yang menggantung indah Kristin mendekatiku perlahan sambil mempermainkan CDnya yang sudah basah. Akupun ikut melucuti pakaianku dengan gerakan-gerakan yang juga aku buat seerotis mungkin. Mata Kristin berbinar-binar ketika BH-ku menghilang dari kedua payudaraku. “Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat aku ya..” kata Kristin sambil membelai pinggiran buah dadaku, kemudian Kristin mengulum putingnya yang sudah mengeras sejak tadi. “Ooogghh.. sshh.. enak banget,” rintihku. Diisapnya dalam-dalam putingku itu dengan keahliannya. Sambil mengisap jemarinya terus menari-nari di payudara kiriku. Tanganku meremas-remas rambutnya yang mulai kucal sambil meremas-remas payudara kirinya yang sempat aku gapai. Lidah Kristin yang sudah terlatih menyapu seluruh permukaan payudaraku dan melumat putingku secara bergantian. Desahan kami berpacu diantara nafas-nafas kami yang sudah tak teratur lagi. Kemudian Kristin mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah pusat kenikmatanku yang sebelumnya telah ditelanjanginya. “Bukit venusmu indah banget Wi..” pujinya membuatku tersanjung. Otot-otot vaginaku terasa menegang ketika jari-jari Kristin merenggangkan labia mayoraku. Lalu jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku dengan penuh perasaan. “Aaahh.. sshh.. mmhh..” desahku untuk kesekian kalinya. “Jilatin say.. aku paling suka..” Kristin menjilat klitorisku yang terasa tegang. Lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget.. bahkan ketika lidahnya mulai turun menyusuri daerah sekitar lubang kawinku. Rasanya ingin mengeluarkan semua lava kenikmatanku yang menggedor-gedor ingin keluar. Akhirnya Kristin menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menarik tanganku. Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Aku lorot CD-nya yang sudah basah benar. Lalu aku menindihnya hingga tubuh dan payudara kami saling berimpitan, bibirku dilumatnya dengan liar. Vagina kami saling bergesekan hingga menimbulkan rasa panas di masing-masing vagina kami. Suara srek.. srek.. akibat gesekan rumput vagina kami menambah nikmat sensasi yang tercipta. “Ooohh.. Wi.. sudah lama banget aku naksir kamu.. aahhgghh..” “Malam ini aku milikmu Kriiss..” Setelah sepuluh menit kami saling berpagutan lidahku bergerak menuruni leher jenjang Kristin sampai bibirku hinggap di payudaranya yang kencang dan ramun. Aku hisap puting susunya yang keras dan coklat. Akhirnya tercapai juga keinginanku untuk mengganyang pentilnya yang besar itu. “Wii.. terus aachh.. ehmm..” desahnya keenakan. Kemudian aku semakin turun dan menghisap pusarnya, Kristin tidak tahan diperlakukan demikian. Erangannya semakin panjang. “Aaach.. geli aach.. Wii..” Aku terus menghisap-hisap pusarnya lalu aku turun dan saat sampai di Vaginanya. Aku sibak rumput-rumput liar di bukit belahnya itu kemudian mulai menjilatinya dan sesekali menghisap klitorisnya yang menyembul sebesar kacang. “Aaacchh.. Wii terus achh.. enak..” Kristin semakin menggelinjang tangannya menarik-narik sprei kamar hotel itu dan beberapa saat kemudian dia menjerit kuat. Aaacchh..!! Dan dari vaginanya menyembur lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung aku hisap habis. “Aaach Wii.. acchh..” jeritnya untuk kesekian kalinya. Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, Kristin tergeletak di atas ranjang. Aku segera meraih HPku di dalam tas. Lalu segera mengirim SMS buat Eric, temanku ngewe. Kristin yang tahu kalau aku menghubungi seseorang berlagak cemburu. Dia segera duduk tepat di depanku. “Sms siapa sih say?” tanya Kristin cemberut. “Ada deh..” jawabku sambil tersenyum padanya. “Ah, nggak asyik. Katanya kamu malam ini milikku?” rajuk Kristin yang kemudian mengutak-utik vaginaku. Birahiku kembali bergelora. Aku biarkan saja Kristin mempermainkan daerah tersensitifku itu dengan jari-jari lentiknya. Nafasku memburu ketika ujung jari telunjuk Kristin masuk ke dalam lipatan vaginaku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan dalamnya. “Hoohh.. baby swety.. enak banget..” rintihku. Payudaraku yang telah bengkak dijilatnya dengan lidahnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya terus memilin-milin clitorisku. “Aaaghh.. terus.. yeaahh.. jilatin say..” Kristin berganti menjilati vaginaku sedangkan tangannya beralih meremas-remas payudaraku yang sudah sangat bengkak dan berwarna merah oleh hisap-hisapannya. Rasanya kakiku tak kuat menyangga tubuhku yang terasa berat oleh birahi yang telah sampai di ubun-ubun. Maka aku menghempaskan tubuhku diatas kasur dan Kristin meneruskan permainannya yang membawaku ke awang-awang. Kini kami melakukan 69 style. Saling hisap, saling jilat dan terkadang aku menekan lubang kenikmatannya dengan jempolku. Lubang asyiknya yang merah merona aku tusuk dengan jari telunjukku berkali-kali, begitu pula yang dilakukannya terhadapku. Berkali-kali klitorisku dihisap oleh Kristin kuat-kuat. Berkali-kali Kristin mengalami orgasme, tapi aku masih bisa bertahan. Hingga kemudian pintu kamar dibuka dari luar dan Eric muncul dari balik pintu. “Hallo gadis-gadis! Sedang asyik nih?” sapanya. “Ric, cepat sodokin aku dengan penismu!” teriakku pada Eric. Kristin segera minggir ketika Eric melucuti seluruh pakaiannya. Sepintas kulihat roman muka Kristin yang sedikit cemberut. Tapi aku nggak peduli yang penting Eric segera memuaskan birahiku dan membawaku ke pucuk-pucuk kenikmatan. Eric tersenyum lebar memandangi bibir kemaluanku yang semakin basah. Aku enggak tahan lagi, segera aku arahkan penis Eric yang sudah mengacung-acung keras itu ke lubang kemaluanku. “Aaaggh!” pekikku saat Eric menekan penisnya agar masuk semua ke dalam lubang kemaluanku. Blees!! Akhirnya seluruh batang penis Eric mampu menjebol lubang kenikmatanku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika Eric mulai mengocok liang kawinku keluar masuk. “Aaawww.. enak banget vagina kamu Dewi.. seret.. tapi siip..” bisik Eric menyanjungku. Eric terus memompa vaginaku sampai kami tak sadar mengeluarkan desahan dan rintihan birahi yang membuat Kristin terangsang banget. Rasa cemburunya hilang bahkan Kristin mendekatiku lalu mengenyot payudara kiriku, sedangkan Eric juga mengenyot payudara kananku. Segala kenikmatan syahwat aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah. Hingga kemudian aku merasakan lava kenikmatanku yang menggedor-gedor. “Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh..” pekikku. Eric memompa penisnya semakin cepat hingga aku kesulitan untuk mengimbanginya. Sedangkan lidahnya maupun lidah Kristin semakin liar menjelajahi payudaraku. Lalu.. aahh.. Lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur hingga membecek di sekitar selakanganku. Eric terus memompa dengan liar hingga kemudian dia berteriak tertahan, “Aaagghh!!” Croot..croot.. spermanya muncrat tertelan lubang kenikmatanku hingga menghangat di dalamnya. “Riic.. keluarin penismu itu biar Kristin ngerasain nikmatnya pejuhmu. Kriiss.. hisap vagina aku say..” kataku kemudian. Kristin menjilat dan menghisap tandas semua cairan di vaginaku setelah Eric mencabut penisnya dari Vaginaku. Tapi tiba-tiba saja Kristin terpekik keras, “Aaacchh!!” Ternyata Eric menusukkan penisnya ke vagina Kristin yang cantik kalau menungging. Kristin misuh-misuh tapi kemudian ikutan ngerasain nikmatnya sodokan Eric yang sudah sangat berpengalaman ngentotin cewek-cewek dari berbagai usia. Sambil mengocok maju mundur, Eric berpegangan sambil meremas-remas payudara Kristin yang sudah keras banget. Aku sendiri menjilati vagina dan klitoris Kristin dan sekali-sekali menjilat buah pelir Eric hingga membuat mereka sampai di pucuk-pucuk asmara. “Aduuh sayang.. terus.. ah.. enak say.., nikmat sekali.. rasanya ingin keluar say, aduuh.. nikmatnya, terus.. yang cepat.. say.. aduh aku nggak tahan ingin keluar..” Kristin menceracau tak karuan beberapa saat kemudian tubuh Kristin menegang dan sur.. suurr croot.. croot.. Kemudian kami bertiga terkulai lemas bersimbah keringat yang membanjir. “Makasih ya say.. kalian berdua memang hebat,” gumamku penuh kepuasan. “Aku juga. Aku kira paling enak itu jadi lesbian, ternyata aku butuh variasi juga,” sambung Kristin. “You’re welcome. Kapan-kapan aku bersedia di episode berikutnya..,” ujar Eric. Lalu kami tertidur kelelahan tapi penuh kepuasan.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-76022057700858044172012-10-17T18:03:00.001-07:002012-10-17T18:41:21.565-07:00Salon Plus Plus Mahasiswi Informasi mengenai: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus Mahasiswi</a><br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus Mahasiswi</a><br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Ronnie dan Julia</b></span><br />
Edan! Teriakku seketika. Julia, pacarku minta three-some. “Tenang, kamu kenal juga kok cewek ini.” Lenny menenangkanku. “Gila kamu! kamu panas atau apa?” “Mas Ronnie, ayo donk. aku janji kalau kamu ngeliat dia bakal tegang deh! kalau nggak, aku turutin apa saja kamu mao deh.” “Emangnya sapa cewek itu? Kapan maunya?” Tanyaku mulai antusias. Aku harap cewek itu si Amy, cewekku punya cousin kalau bukan dia, si Monica, cousin Julia dari keluarga lainnya. “Ntar kamu tahu saja deh. Besok aku bakal ke rumah kamu agak telat and bawa cewe ini deh.” Aku masih ingat waktu baru jadian sama dia. Malam itu juga, aku hilangkan dia punya keperawanan. Sejak itu pula, dia mulai gila seks. Pertamanya sih dia berontak and bilang nggak mau. Tapi habis merasakan penisku masuk vaginanya, langsung tiap kali ketemu minta penisku. Soal mengulum pun begitu, dia mulanya nggak mau juga tapi akhirnya ketagihan juga dia sama rasa spermaku. Kadang-kadang kalau aku nyetir keluar kota di Indonesia barengan sama dia, aku harus berhenti di pinggir jalan beberapa kali. Haus katanya. Minta spermaku terus tuh anak. Malam itu aku nggak bisa tidur memikirkan posisi-posisi dan kemungkinan yang ada untuk pesta besok. Akhirnya, aku kalah juga dengan nature dan tidur nyenyak malam itu. Pagi-pagi aku bangun dan masih ingat mimpiku. Aku mimpi main bertiga, aku, Amy dan Julia. Aku siap-siap ke sekolah dan berangkat naik bus. Aku murid di satu sekolah pria di Singapore dan karena adanya krisis moneter, aku dilarang naik Taxi ke sekolah. aku tinggal sendirian dan temanku banyak yang sering ke rumahku untuk nonton BF atau bersenggama sama pacarnya. Sampai di skolah aku melamuni saja apa yang bakal terjadi nanti malam. “Ting tong”, belku berbunyi. Dalam hati aku tahu itu Julia. Makan malam yang baru kubuat langsung kusimpan and aku “open the door”. Benar juga dugaanku, itu si Julia. “Kok sendirian Jul, mana teman kamu?” aku tanya. “Wah, Mas Ronnie sudah ngebet yah? Tenang Mas, dia setengah jam lagi dateng, dia bakal bawa teman loh”, Dia tersenyum nakal. Siapa lagi yang bakal ikutan. kalau yang ikutan cowok, malas ah pikirku. “Cowok atau cewek sih yang bakal sama dia?” “Rahasia dong! Ntar kamu tahu sendiri deh. Eh mana dinnernya?” aku keluarin dinnernya dan kami makan malam. Pas, aku habis cuci-cuci bel pintu bunyi lagi. aku bukakan pintu. Gila! pikirku. Semua yang bakal kusetubuhi ini malam cewek-cewek impianku deh. Di depan pintu ternyata Amy dan Monica. Body Amy yang aduhai bikin aku ngiler, tapi muka cewekku si Julia memang paling cakep dari mereka bertiga, sementara si Monica ini kaya dua orang punya kelebihan digabung saja. Aku nggak bisa ngomong apa-apa. Aku cuma tercengang bengong melihati mereka berdua. Julia muncul dari belakang dan mempersilakan mereka masuk. Sambil menutup pintu, Julia mengelus penisku yang mulai keras. “As I told you Ron, you’ll be fucked happy tonight.” Katanya setengah berbisik. Gimana mau tahan? Mereka berdua pakai baju ketat banget, apa lagi si Amy, gila dia punya breast, gede banget, si Monica pun juga gede tapi masih kalah sama 36D-nya Amy. Cewekku punya sih biasa saja, 33C. Si Monica pasti at least 35C. Tanganku mulai gatal, jadi aku permisi mau ke WC dengan alasan mau buang air besar. Sampai di WC, penisku langsung kukeluarkan dan aku langsung saja mengocok. Sambil mengocok kututup mata membayangkan bersetubuh sama tiga cewek ini. Tiba-tiba saja, pintu WC-ku kebuka. Tiga cewek keren itu memperhatikan penisku menyemprot sperma ke lantai WC. Aku shock dan malu. Langsung saja aku buru-buru sembunyikan penisku ke dalam celana dalamku. Rupanya si Julia mengambil kunci serep WC dan membuka pintu WC ini. “Eh kita lagi nikmat-nikmat nonton kok di sembunyiin sih?” Tanya Amy dengan nada seksi. “Iya tuh.” sambung Julia dan Monica bersamaan. Aku cuma bisa diam saja. Amy masuk ke dalam diikuti sama Julia dan Monica. Aku berdiri, belum sempat pakai jeans-ku, dan mau balik ke kamar, di-stop oleh Amy. Tangannya masuk ke dalam celanaku dan mulai mengelus-ngelus penisku. Penisku langsung saja bangun dan siap kerja. Mereka bertiga kelihatannya lumayan terkesan dengan penisku. Sambil mengelus-ngelus pelan, Amy terkadang meremas dengan lembut. Enak banget rasanya. Tiba- tiba saja, si Amy merik penisaku dengan tujuan agar aku ikuti dia keluar. Genggamanya yang kuat dan tarikannya yang tiba-tiba, membuatku merasa sedikit tidak enak. Sampai di kamar, dia langsung mendorongku ke ranjang. Si Amy sendiri mulai melepas bajunya dan rok mininya. Ternyata dia nggak pakai BH atau celana dalam. Gila, dia punya buah dada dan perut kencang sekali. Bulunya pun dicukur habis, seperti anak kecil. Dia langsung tarik turun celana dalamku dan mulai memberiku kuluman. Mulutnya bergerak naik turun, dan badannya berada di atasku. Vaginanya ditaruh di depan mukaku seolah-olah minta dijilat. Aku menoleh dan memandang ke arah Julia. Julia ternyata sudah lagi 69 dengan Monica. Julia melirik ke arahku seolah mengerti kalau aku minta persetujuan dia untuk menjilati dan ‘menggitui’ si Amy. Dia nggak tanya atau apa-apa, cuma mengangguk dan meneruskan pekerjaanya. Aku buka kaosku dan langsung menjilati si Amy. Pertama mulai dari vaginanya, tapi dalam satu gerakan, aku sekaligus sentuh dia punya clitoris. Dia sudah basah banget. Amy langsung saja mendesah, “Ohh Ron, lick me there, suck my cunt! Lick my Clit! Make me cum!” tanganku yang dari tadi diam mulai main dengan pentilnya. Efeknya nggak perlu menunggu lama-lama. Sebuah aliran deras membasahi mukaku dan untuk sementara gerakan mulut Amy berhenti. Rupanya Amy sudah klimaks. Amy kemudian melanjutkan blow job-nya, tapi aku suruh dia berhenti. Aku suruh dia tiduran di ranjang sebentar. Aku pergi ke lemari mencari kondomku tapi nggak ketemu. Aku langsung saja berteriak, “Eh gimana nih, kondomku sudah habis.” Si Amy cuma ketawa dan bilang, “Tenang saja Mas Ronnie kita-kita ini pakai pil kok. Selain itu, kita-kita ini dijamin nggak ada penyakit loh.” Aku langsung saja balik ke ranjang dan menciuminya. Dia pun membalas ciumanku dengan ganasnya. Tanpa perlu ku arahkan lagi, homing missile-ku langsung kumasukan ke vaginanya, vaginanya yang basah dengan sedia menerima penisku yang gede itu. Tapi baru masuk sedikit aku mulai merasakan hambatan yang berada di dalam lubang cintanya itu. “Kamu masih perawan toh, kamu yakin kasih aku masuk.” Tanya aku. Kalau dia bisa jaga keperawanannya selama ini, aku salut dan menghargai keteguhan imannya. “Masukin donk Ron, aku mohon. Yang lain pada kecil jadi aku nggak kasih masuk. Kamu punya gede sih jadi pasti nikmat.” Jawabnya dengan suara yang memelas. “Siap yah, pertama bakal sakit loh.” “Iya iya, cepetan donk.” Aku langsung tancapkan masuk aku punya penis. Mukanya menunjukkan rasa sakit. Kubiarkan penisku beristirahat di dalam lubang cinta itu sesaat untuk membiarkan Amy terbiasa dengan penisku dulu. Sementara itu aku mulai menciumi dan memencet serta memainkan payudara si Amy. Si Amy mulai mendesah keenakan. Mukanya yang penuh sakit sudah hilang. Sementara itu erangan Julia dan Monica pun semakin keras dan dalam waktu sekejap erangan berganti dengan teriakan-teriakan “I’m cumming”, “Enak” “Aku climax”, dan sebagainya, akhirnya mereka pun diam. Aku pun mulai maju mundurkan pinggulku. Gerakanku itu membuat Amy mendesah “Oooh.. nice.. wonderful..” semakin cepat tempoku, semakin keras juga erangannya. Aku menurunkan bagian atas badanku untuk menciumi buah dadanya yang indah. Amy menaruh kedua tangannya di belakang kepalaku. Dalam posisi begitu, kuangkat dia dan seluruh berat badan dia bertumpang di pantatnya yang kupegang. Kudorong badannya ke dinding dan penisku masuk ke vaginannya sambil berdiri. Kakinya memeluk perutku. Dalam posisi ini, gravitasi pun membantu gerakan kami dan penisku serasa masuk semakin dalam. Setelah lima menit berlalu, aku merasakan bakal nggak lama lagi klimaks, aku langsung kasih tahu Amy. Jawabannya cuma, “Ron, Fuck harder.. kerasan donk.. tancap gas Ron.. fuck me like a slut Ron.” Mendengar kata-kata kotornya, aku semakin bergairah. Gerakanku semakin cepat dan akhirnya aku merasakan otot-otot vaginanya mulai kencang, kupercepat gerakanku dan akhirnya aku merasakan gelombang deras menabrak penisku. Akhirnya aku tidak tahan lagi. Aku mulai menyemprotkan spermaku. Semprot demi semprot masuk ke dalam lubang cinta Amy. Kami berdua kelelahan dan akhirnya berbaring di ranjang beberapa untuk istirahat. Belum puas beristirahat, Monica datang, rupanya setelah main 69 dengan Julia tadi dia masih belum berpakaian. Melihat badannya yang aduhai dan mukanya yang manis, membuat darahku mendidih penuh nafsu. Dengan sebuah elusan mesra, penisku yang sudah capai akhirnya bangun lagi. “Burung yang hebat!” komentar Monica. “As I said!” balas Julia. Setelah itu dia langsung memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dan seperti vacuum cleaner, penisku disedotnya. Aku cuma bisa mendesah kecil. Kemudian dia langsung bilang, “Fuck me in the ass.” Aku langsung ke lemari mengambil baby oil, aku olesi baby oil di penisku dan di pantatnya. Pelan-pelan kumasukan penisku ke lubangnya dengan osisi doggy style. Setelah penisku masuk semuanya, aku mulai menyetubuhinya pelan-pelan. Dengan irama yang pelan, buah dadanya yang keren itu bergesekan dengan permukaan mejaku. Setiap kali buah dadanya bergesek dengan meja, otot-otot vaginanya semakin kencang. Aku biarkan begini terus untuk lima menit. Akhirnya dua tanganku memainkan buah dadanya. “Ooh.. ooh.. yes baby.. do it yes.. pinch my nipple.. oh yes.. Ron, I’m cumming soon.” Tangan kiriku mulai main dengan clitorisnya sementara tangan kananku memainkan pentil dan payudaranya, sementara aku fuck dia di pantatnya dengan lebih cepat. Akhirnya dia teriak “Yess! I’m Cumming!” Setelah itu dia langsung mengemut penisku sekali lagi. Sesekali dia menghisap seperti vacuum cleaner. Amy dan Julia sambil menonton, mereka finger fuck each other. Melihat pemandangan yang erotik ini aku langsung mulai merasakan tanda-tanda mulai akan klimaks. Kucoba kasih tahu Monica, tapi dia diam saja dan tetap menghisap penisku. Akhirnya semprotan demi semprotan ditelannya dan sampai penisku mulai lemah pun masih dia hisap, seolah-olah seperti cerutu saja di mulutnya. Akhirnya Julia dan Amy pun mencapai klimaks. Aku benar-benar capai. Sewaktu Julia mendatangiku, aku cuma bisa geleng kepala tanda tak kuat lagi. Tapi Julia tidak putus asa. Dia menciumi aku dan mengikuti jejak Julia, mereka juga mulai menciumiku sambil memainkan penisku. Setelah begitu sampai lima belas menit, mereka akhirnya putus asa juga. Tapi Julia tersenyum nakal. Dia memanggil cousin-cousinnya dan mengajak mereka keluar. Mereka kembali berpakaian. “Julia pasti marah deh”, pikirku. “Kenapa sih penisku nggak bangun-bangun pikirku lagi. Lima menit kemudian, mereka bertiga masuk lagi, kali ini mereka membawa satu CD. Aku mulai bertanya-tanya apa yang mereka mau. Akhirnya setelah menyalakan CD, mereka mulai berdansa, dan akhirnya mereka bertiga give me a strip tease show. Penisku yang sudah loyo bangun lagi seperti Tugu Monas. Walaupun sudah melihatku ready, mereka tidak stop dancing sampai akhirnya mereka telanjang lagi. “Ron, kita bertiga sudah siapin rencana supaya kita berempat bisa fucking in one go. Mau nggak?” tanya Julia. “Masih tanya lagi. Tentu saja mau dong!” jawabku dengan penuh antusias. Mereka semua mulai merunduk dalam posisi doggy style di tanah. Satu di belakang satunya. Akhirnya paling belakang adalah Julia. Aku langsung mengerti maksud mereka. Sewaktu aku fuck Julia, dia langusng lick Amy, dan akhirnya Amy bakal lick Monica. Aku langsung siap dan langsung saja fuck Julia dari belakang. The chain reaction pun mulai akhirnya kami berempat mengerang keenakan. Aku pun menemukan vagina kesukaanku. Biarpun sudah sering kubobolin, tapi vagina Julia yang satu ini memang benar-benar kencang. “Ahh.. ohh..” kita berempat terus menerus mengerang. Setelah 7 menit, akhirnya cewek-cewek ini mendapatkan klimaks mereka. Amy dan Monica sudah ‘KO’. Aku juga melihat, kalau Julia sudah capai. “Jul, kamu capau ya?” “Iya nih, tapi kamu belon klimaks, terusin saja.” “Nggak deh Jul, ntar kamu sakit.” “Mas Ronnie memang baik deh. Gini saja Mas, aku kasih kamu breast fuck aku aje ok?” Dengan senang hati aku menerimanya. Aku mulai menyiram baby oil ke dada Julia yang sedang rebah di ranjang. Badannya kini mengkilap oleh pantulan cahaya lampu. Aku tekan dua buah payudara tersebut agar mendekat. Akhirnya, di bawah sepasang payudara itu aku masukan penisku. Aku sekarang maju mundur seperti kesetanan, Amy dan Monica pun mendekat. Setiap kali penisku tembus, mereka pasti menjilat kepalanya. Setelah 8 menit, aku tidak tahan lagi, melihat gelagat ini Julia langsung berdiri dan berusaha untuk menghisapnya. “Argh..” teriakku. Semprotan pertama mengenai tenggorokannya dan semprotan kedua mengenai mukanya, semprotan-semprotan berikutnya ditelan habis oleh Julia. Spermaku yang tidak masuk ke mulutnya mulai turun ke payudaranya. Amy dan Monica mulai membersihkannya sementara aku menciumnya dan merasakan rasa spermaku. Akhirnya mereka semua menginap semalam di rumahku. Hari itu Jum’at malam. Besoknya adalah hari libur. Apa saja yang terjadi besok pasti keren deh. Ini beberapa cerita di 17 tahun dulu yang gw suka Pagi menjelang. Sinar mentari pagi menerangi kamarku yang berantakan karena kejadian semalam. Amy, Monica dan Julia masih tidur nyenyak di ranjangku. Gila! Ternyata kejadian semalam bukan mimpi. Penisku langsung tegak lagi. Enggak mau bangunin mereka, aku bangun dan terus ke dapur untuk membuat makan pagi. Baru masuk dapur dan lagi mencari mie instant, aku merasa ada tangan yang memainkan penisku dan melukku dari belakang. Aku langsung menoleh. Ternyata si Julia. Aku cium dia di bibir dan kasih tahu dia aku mau masak. “Eh, aku sudah laper nih.” Katanya dengan senyumnya yang nakal. Dia mulai menghisap penisku yang dari tadi tegak. Aku langsung mundur beberapa langkah dan duduk di kursi. Sedetik pun tidak dia lepaskan penisku ini. “Ohh..” itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Mulutnya yang imut terus naik turun dan dari pipinya bisa kelihatan kalau dia lagi menghisap penisku dengan kerasnya. Lidahnya memainkan penisku. Ooh, betapa enaknya pikirku. Jarang sekali dia sudah aktif pagi begini. Monica dan Amy tiba-tiba muncul di pintu dapur dan langsung senyum. “Kamu orang jahat yah nggak bagi-bagi breakfast.” Aku cuman ketawa kecil. Puting mereka mengeras dan aku rasa mereka mulai horny. Gerakan mulut Julia mulai lebih cepat. Dari sudut mataku, aku melihat Amy dan Monica sedang French Kissing dan Finger Fucking each other. Gila benar cewek-cewek ini. Pagi-pagi sudah aktif banget. Mulut Julia tidak diam naik turun, aku mulai mainkan puting dan payudara Julia. “Jul, kita 69 saja deh.” Saranku. Julia melepaskan hisapannya dan aku langsung rebahan di tanah. Julia mulai berada di atasku dan aku langsung hisap vaginanya yang sekarang basahnya bukan main. Sesekali kujilat clitorisnya. Setiap kali kujilat clitorisnya dia langsung mendesah “Oh”. Akhirnya setelah lima menit begituan, lidahku mulai capai. Aku mulai masukan dua jari ke dalam, teriakan “Ahh” terdengar, aku mulai jilati clitorisnya dan maju mundurkan jariku. Dia sekarang cuma teriak, “Enak Ron, terus Ron.. kerasan dong.. jilat terus.” Aku cuma bisa jawab, “Eh lidahku capek nih, jarang-jarang saja lidahnya.” Setelah itu aku mainkan clitorisnya pakai jempolku sementara kedua jariku nggak berhenti maju mundur. Begitu tanganku yang satunya menyentuh payudaranya, dia langsung teriak, “Oh yes Ron!” Otot vaginanya langsung tegang dan bajir klimaksnya mulai membasahi mukaku. Untuk sementara dia berhenti menyedot sebentar. Sementar itu Amy dan Monica sudah ganti posisi jadi 69 juga. Setelah Julia mulai menghisap lagi, Mereka sudah klimaks, sebab kudengar mereka teriak “I’m coming!” bergantian dan nafas mereka menjadi berat dan dapat terdengar jelas. Aku yakin aku sebentar lagi mulai klimaks. Aku coba tahan sebentar tapi aku nggak bisa. Sedotan mulut Julia memang hebat. Tak lama kemudian kusemprot saja spermaku ke dalam tenggorokan si Julia. Setelah itu, dia menciumku. Tanpa diduga, ternyata dia cuma telan sebagian spermaku sebab sebagiannya dimasukan ke mulutku. Itu pertama kali aku merasakan sperma. Rasanya agak aneh tapi lumayan nikmat juga. “Bagian breakfast kamu tuh. Enak ngga?” Aku cuma mengangguk saja. “Kita orang yang buat breakfast deh, kamu mandi saja” lanjutnya. Aku akhirnya masuk kamar dan mandi. Setelah mandi, kita orang pergi jalan-jalan ke Orchard Road naik MRT. MRT dari rumahku ke Orchard kurang lebih 20 menit. MRT yang penuh sesak itu membuat kita semua saling terombol. Baru mau sampai Newton, MRT-nya diam, lampunya pun mati. “Ladies and gentleman, please do not panic, there is electrical and track failure. They are trying to fix the track at the moment and the electricity would be back online in half an hour. We regret for inconvenience caused.” Suara dari speaker menjelaskan apa yang terjadi. Tiba-tiba ada yang pegang penisku, aku telusuri mencari muka yang punya tangan. Ternyata yang mainin penisku orang yang aku tak kenal. Dia mulai masukan tangannya ke zipperku. aku juga tak mau kalah. Aku mulai Masukan tanganku kedalam T-shirt-nya dan mencari payudaranya. Enggak kusangka, payudaranya gede banget. Tiba-tiba tangannya meninggalkan penisku yang tegak keluar dari zipper dan mulai buka BH-nya dan menanggalkan BH-nya. Rok mininya kusingkap dan ternyata dia nggak pakai CD. Aku mainin clitorisnya pakai satu tangan dan satu tangan lagi mainkan putingnya. Agar desahannya yang mulai keluar dari mulutnya tidak kedengaran orang lain, aku French kiss dia. Lidah kami beradu dalam mulut kami dan tangannya mulai mengocok penisku. “It is fifteen minutes before the light is up and the train will be moving. Please bear with the condition for the moment.” Setelah itu, dia mulai mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Kusandarkan dia ke pintu sementara aku spread kakinya. Kuangkat dia sedikit dan karena agak menyenggol penumpang lainnya, aku dengar beberapa gerutuan. Setelah yakin tidak akan menyenggol orang lain, aku mulai masukan penisku ke lubangnya. Aku dengar dia mendesah, “mm..” itu saja yang aku dengar. Aku mulai French kiss dia lagi agar dia nggak teriak lebih keras. aku mulai tusuk dia dengan kasar dan setelah agak lama menusuk, dan bercium, akhirnya kita klimaks barengan. Kita mulai merapikan diri. Kini aroma seks mulai tersebar. Akhirnya lampu menyala lagi. Setelah aku tengok ke samping, ternyata yang aku gituin tadi adalah guru mathematics aku. Dia tersenyum nakal dan menaruh jari telunjuknya di mulutnya seolah menandakan untuk merahasiakan apa yang telah terjadi. Setelah lima menit, akhirnya MRT pun berjalan kembali. Setelah sampai ke Orchard, kami semua turun. Kami langsung naik eskalator menuju ke pusat pertokoan. Kami berbelanja di pusat pertokoan sampai agak malam. Akhirnya kita orang pulang juga. Sampai di rumah aku langsung masuk kamar kecapaian menemani cewek- cewek yang jago belanja ini. Rupanya cewek-cewek ini benar-benar edan. Aku sudah capai begini masih minta seks. Untuk menakut-nakuti mereka aku usuli permainan baru. Permainan kami adalah master and slave. Aku jadi master, mereka jadi slave (budak). Di luar dugaanku, ternyata mereka setuju dan kelihatan sangat berminat. Aku kasih tahu mereka, mereka cuma boleh panggil aku bos, tapi aku boleh panggil mereka apa saja (termasuk perek, cewek murahan dan sejenisnya) dan boleh menyuruh atau memaksa mereka melakukan sesuatu seenaknya selama hal ini berhubungan dengan seks. Mata mereka makin berbinar-binar. Akhirnya kusuruh mereka melucuti semua pakaian dan mereka tidak diperbolehkan memakai pakaian apapun di dalam rumah. Sementara aku mandi, mereka kuperintahkan membersihkan kamarku yang berantakan karena adegan semalam. Sewaktu aku keluar, mereka masih belum selesai membersihkan kamarku. Aku ke kulkas minum Red Bull dulu supaya kuat baru balik ke kamar. Mereka ternyata sudah selesai. “Eh, kamu orang bertiga main bersama di lantai. Julia, kamu pakai ketimun yang lumayan panjang ini kaya double dildo sama Amy sementara kamu orang jilatin Monica. Aku di sini bakal rekam kamu pakai handycam-ku. ” Kulempar ketimun yang kubuat di sekolah pakai tanah liat ke Julia. Mereka pertamanya agak nggak suka ideku pakai handycam tapi setelah aku yakini bahwa videonya nggak bakal aku kasih lihat orang lain, akhirnya mereka setuju. Akting mereka super hot. Mereka mengerang dan berteriak kenikmatan. Mereka juga mulai meremas-remas payudara masing-masing dan terkadang lawan main mereka. Mereka juga terkadang bercium mesra. Penisku mulai nggak tahan. Kuelus penisku lewat celana dalamku. “Stop!” Mereka yang lagi asyik main rupanya nggak denger aku. Aku teriak sekali lagi “Stop!” akhirnya mereka stop juga. Sebagai hukuman untuk tidak mendengar perintah bos, aku suruh setiap orang ambil ketimun kecil di kulkas dan masukkan ke dalam vagina mereka. Setelah itu kusuruh mereka jalan-jalan dalam rumah dengan ketimun di dalam vagina mereka. Belum puas dengan hukuman ini, kusuruh mereka pakai celana dalam dan kaos panjangku (kurang lebih sampai lutut mereka). Pentil payudara mereka yang warnanya agak gelap itu terlihat dari luar dan boleh dibilang lumayan jelas sebab pentil mereka dalam keadan keras. Kusuruh mereka mengikutiku ke Seven Eleven terdekat tanpa pakai celana maupun BH mereka. Mereka mulai menawar tetapi aku bilang, “Kalau masih mau tawar menawar, kita pergi ke supermarket 2 bus stop dari sini.” Mereka akhirnya ikut aku ke Seven Eleven yang di depan rumahku. Monica hampir lemas karena sewaktu lari menyeberang jalan, dia mendapat klimaks (ketimunnya kaya penis naik turun sewaktu dia lari). Penjaga toko Seven Eleven melihati payudara Amy yang gede menonjol itu. Apalagi tanpa sengaja, payudaranya menyenggol kaca kulkas yang agak basah itu, membuat payudaranya semi jelas. Yang buat penjaganya cengar-cengir, ketika si Julia membongkok untuk mengambil barang di rak bawah, celana dalamnya yang basah karena cairannya itu terlihat jelas. Setelah membeli barang aku lari balik ke rumah dan menyuruh mereka ikut lari dan mengeluarkan ultimatum bahwa siapa saja yang sampai di rumah lebih dari dua menit akan kena hukuman lebih berat. Langsung saja mereka lari ke rumah, Julia di tengah jalan hampir lemas karena klimaks tapi memaksa diri untuk lari. Akhirnya mereka sampai di rumah dalam waktu yang ditentukan. Nafas mereka sudah memburu dan badan mereka sudah lemas dan penuh keringat, tapi permainan baru dimulai, sebab penisku masih segar bugar. Apalagi baju yang mereka pakai seolah-olah transparan dibasahi keringat. “Ok, kamu orang sekarang mandi dulu!” Mereka cuma diam saja dan mulai beranjak menuju ke arah kamar mandi. Kuikuti mereka ke kamar mandi. Saat mereka hendak menutup pintu kamar mandi, kudorong pintunya dan kusuruh mandi di depanku sambil kurekam dengan Handycam-ku. Cara mereka mandi memang agak kikuk dengan adanya aku di sana. Setelah mandi dan mengeringkan badan, mereka mau pakai baju. “Eh, gue kan sudah bilang, selama di dalam rumah nggak boleh pakai baju!” “Iya bos”, jawab mereka serentak. Tiba-tiba, “Ting-tong” bel rumahku berbunyi. Aku jadi pikir-pikir siapa nih, aku jadi suruh cewek-cewek masuk kamarku. Ternyata yang datang si John. Aku persilakan masuk dan kusuruh duduk. John adalah teman sekelasku. Aku permisi sebentar masuk ke kamar. “Eh kamu orang buatin minum untuk John. Jangan pakai baju atau apapun!” Setelah aku keluar beberapa saat, mereka bertiga menuju ke arah dapur untuk membuatkan John minuman. John yang melihat tiga cewek bugil berjalan ke arah dapur langsung nyengir ke arahku. “Ron, kamu kok bisa ada 3 cewek di rumahmu jalan bugil?” “Itu mah, jangan dipikirin. Eloe mau ngewek sama salah satu dari pada mereka?” “Sorry deh, nggak hari ini, kapan-kapan saja.” “John, ini minumannya.” Mereka bertiga membuatkan John dan aku segelas sirup dan berjalan ke arah kamar. “Kamu orang masa nggak ada aturan”, sentak aku, “Duduk sini temenin kita orang ngobrol dong.” Muka mereka cuma menunduk dan duduk bersama-sama. Julia duduk di sebelahku sementara Amy dan Monica duduk berhadap-hadapan dengan John. Tangan mereka berusaha menutupi kemaluan mereka. John sendiri mulai merasa kikuk. Setelah beberapa lama bercakap-cakap akhirnya mereka mulai ikut tertawa dan mulai terbiasa dengan kebugilan mereka. Sebelum pulang, John minta tolong agar aku menjaga anjingnya sementara dia pergi ke Malaysia 3 hari untuk urusan bisnis. Anjing John yang bernama Lassie, itu boleh dibilang lumayan gede, tapi anjingnya nggak galak. Aku setuju saja. Setelah John pulang aku melirik jam. Ternyata sudah lumayan malam, jam 11 lebih sedikit. Sewaktu aku masuk kamar, tiga cewek ini lagi bisik-bisik dan waktu melihat aku masuk langsung diam. Lassie pun aku bawa masuk. Aku ada rencana untuk mereka. Aku ikat mereka bertiga di ranjang dengan kaki mengkangkang (dengan persetujuan mereka). Aku mulai mengelus-ngelus cewek yang paling kiri, Julia. Aku maini buah dadanya dan lidahku mulai menelusuri tubuhnya yang telanjang. Sewaktu lidahku menemukan clitorisnya dan mulai menjilati vaginanya yang sudah basah, badannya langsung bergerak-gerak dan erangan nikmat mulai keluar dari mulutnya. Aku mulai masukan penisku ke dalam lubang vaginanya. Sambil mensetubuhi si Julia, tanganku mulai maini lubang Monica, yang berada di tengah ranjang. Kami bertiga mulai mengerang dan berteriak kenikmatan. “Ooh.. ohh.. yes..” itu saja yang keluar dari mulut kami. Sewaktu aku merasakan Julia mulai mau klimaks, kutarik penisku dari lubang vaginanya. Seperti kesetanan, dia memohon kepadaku agar aku masukan penisaku lagi ke dalam lubangnya. Tapi aku ada rencana lain. Aku tinggali dia dan mulai main dengan Amy. Kucium mulut Amy yang mungil, dan tanganku mulai main dengan buah dadanya yang motok itu, sementara tanganku yang satunya tetap memainkan lubang vagina Monica. Julia masih berteriak minta digituin tapi aku ‘ignore’ dia punya permohonan. Aku mulai mensetubuhi Amy dan Amy pun mulai mengerang keenakan. “Ron, gue tahu deh, kamu pasti pilih gue. Ohh ooh..” dia mulai mengerang. Sambil kumainkan buah dadanya kugoyang dia dengan keras. Tanganku yang main dengan Monica sudah mulai berhenti dan mulai main dengan buah dada Amy. Sama seperti Julia, Amy pun kutinggalkan saat dia hampir mencapai klimaks. Saat itu aku pun juga hampir mencapai klimaks. Setelah bermain sebentar dengan Monica, penisku mulai menyemprotkan air maniku. Aku tinggalkan juga Monica. Mereka bertiga sekarang mengerang dan berteriak meminta penisku sebab tidak ada satupun dari mereka yang klimaks. Aku angkat Lassie keranjang dan kuarahkan kepalanya ke arah vagina Julia. Setelah membau-bau sebentar, dia mulai menjilat vagina Julia. Julia berteriak, “Ron, tolong, jangan anjing dong Ron. Geli nih.. Ron please I beg you.” Aku nggak gubris minta tolong dia. Kemaluan Lassie mulai mengeras dan kuarahkan kemaluannya kearah lubang vagina Julia. Kontan saja Julia mulai merasa jijik dan geli. Saat Lassie mulai maju mundur menyodok kemaluannya, ekspresi Julia mulai berubah dari jijik dan geli menjadi puas. Aku pun nggak mau kalah. Aku mulai setubuhi Amy dengan posisi Doggy Style. “Uuuhh ahh..” aku dan Amy mulai mengerang sementara dari sebelahku, erangannya agak lain. “Aahh ohh” dan “Warf warf auu”. Aku nggak tahu berapa lama, tapi akhirnya Amy klimaks beberapa kali dan aku masih minta terus. Aku akhirnya mencapai klimaks. Lassie dan Julia pun mencapai klimaks dan Lassie telah tiduran di lantai. Sekarang tinggal Monica yang belum klimaks. Penisku yang sudah loyo nggak bakal bisa main lagi apa lagi waktu sudah tengah malam. Aku ambil botol bir dan mulai minum. Aku kasih mereka bertiga sedikit. Julia dan Amy telah bebas dari ikatan dan pergi ke dapur untuk buat telur karena perut lapar. Bir dalam botol sekarang tinggal sedikit dan aku mulai ada cara untuk memuaskan Monica. Aku lepaskan ikatannya dan kubuka labianya dan memasukkan leher botol bir sedikit lebih sedikit. Monica cuma bisa mendesah kecil. Kutuangkan bir yang tersisa sedikit ke dalam kemaluannya dan dia mulai berteriak. Rupanya alkohol dalam bir membuat lubangnya agak sakit. Aku mulai menggerakan maju mundur dengan botol bir dan Monica kembali mendesah keenakan. Aku juga mainkan clitorisnya dengan jempol. Buah dadanya aku mainkan dengan mulut dan lidah. Mukanya makin memerah, rupanya pengaruh alkohol yang tadi aku tuangkan. Setelah klimaks beberapa kali, ia dengan agak mabuk mulai berteriak, “Ron, fuck me.. I want to be a slut, your slut.. Ron please dong.. jangan pakai botol lagi, penis kamu lebih nikmat..” Penisku mulai bangun. Tangannya mulai main dengan penisku dan akhirnya penisku dihisap dan dikulum dengan ganasnya sementara tanganku nggak diam gituin dia pakai botol. Akhirnya aku nggak tahan lagi. Kuambil baby oil dan melumaskan penisku pakai baby oil. Lubang duburnya juga aku kasih sedikit baby oil. Kusuruh dia siap dalam posisi doggy style dan aku gituin duburnya sementara tanganku pakai botol gituin vaginanya. “OOh.. Ahh Yess.. Ron fuck me bad!” “Ooohh Mon, kamu punya anus seret deh..” Setelah beberapa menit, “Mon, I’m cumming nih..” “Ron, fuck me in the cunt.. Please dong.. kasih aku feel kamu punya cock di cunt aku..” Dengan sedikit nggak seneng akhirnya kucabut juga dan aku siap untuk fuck her cunt. Ternyata cunt dia mencengkram penisku dengan kencang. Penerobosan penisku agak susah tapi setelah semuanya masuk penisku mulai maju mundur dengan ganas. “Mon, I really can’t hold to long nih.. kamu kalau mao klimaks cepetan donk..” Monica nggak jawab, jadi aku teruskan saja. Akhirnya aku mulai klimaks dan semprotanku kali ini ternyata super banyak. vaginanya mulai mengeras dan akhirnya dia pun klimaks lagi. Badanku keringatan. Akhirnya Amy dan Julia balik masuk kamar dan kita pun tidur. Besok siangnya, kita bangun jam 1. Mereka semua akhirnya kembali ke kost mereka untuk buat PR dan belajar sebab sudah hari Minggu. Aku duduk di sebelah meja belajar dan merenung keluar jendela. Aku mulai berpikir, kalau tiap minggu begini, aku bisa-bisa kehabisan sperma nih. Sejak weekend itu, setiap weekend mereka mulai ke rumahku dan untungnya nggak ada yang hamil. Setelah lulus Sec 4 kami akhirnya kami berpencar menuju Universitas masing-masing.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-16298562772478305292012-10-17T18:02:00.002-07:002012-10-17T18:42:02.071-07:008 Foto Cewek Salon Plus Plus Untuk sementara waktu artikel tentang: 8 Foto <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Cewek Salon Plus Plus</a> <br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang 8 Foto <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Cewek Salon Plus Plus</a> <br />
trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Rina dan Calon Ayah Mertua</b></span> <br />
<br />
Rina mematut diri di depan cermin. Ini adalah hari yang paling di nantikannya, hari pernikahannya. Ada banyak alasan kenapa akhirnya dia bersedia menikah dengan Hans. Dan seks adalah salah satunya, meskipun Hans hanya mempunyai sebuah penis yang kecil saja. Namun seks dengan lelaki lain menjadi jauh lebih menyenangkan meskipun sejak Hans telah menyematkan sebuah cincin berlian di jarinya. Dia merasa bersalah dan membutuhkannya dalam waktu yang bersamaan, setiap kali dia merasakan cincin tersebut di jarinya saat lelaki lain sedang meyetubuhi vaginanya yang dijanjikannya hanya untuk Hans.<br />
<br />
Dia ingat saat malam dimana Hans melamarnya. Dia tersenyum, mengangguk dan berkata “ya”, menciumnya dan menikmati bagaimana nyamannya rasa memakai cincin berlian yang sangat mahal tersebut. Dan setelah makan malam bersama Hans itu, dia langsung menghubungi Alan, begitu mobil Hans hilang dari pandangan, mengundangnya datang ke rumah kontrakannya. Rina menunggu Alan dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun untuk menutupi tubuhnya yang berbaring menunggu di atas tempat tidurnya, cincin berlian yang baru saja diberikan oleh Hans adalah satu-satunya benda yang melekat di tubuh telanjangnya. Ada desiran aneh terasa saat matanya menangkap kilauan cincin berlian itu waktu tangannya menggenggam penis gemuk Alan. Tubuhnya tergetar oleh gairah liar saat tangannya mencakup kedua payudaranya dengan sperma Alan yang melumuri cincin itu. Dan oergasme yang diraihnya malam itu, yang tentu saja bersama lelaki lain selain tunangannya, sangat hebat - tangan yang tak dilingkari cincin menggosok kelentitnya dengan cepat sedangkan dia menjilati sperma Alan yang berada di cincin berliannya. Dia menjadi ketagihan dengan hal ini dan berencana akan melakukannya lagi nanti pada waktu upacara perkawinannya nanti.<br />
<br />
Saat ini, dia memandangi pantulan dirinya di dalam cermin mengenakan gaun pengantinnya. Dia terlihat menawan, dan dia sadar akan hal itu. Rina tersenyum. Dia membayangkan nanti pada upacara pernikahannya, teman-teman Hans akan banyak yang hadir dan akan banyak lelaki lain yang akan dipilihnya salah satunya untuk memenuhu fantasi liarnya. Vaginanya berdenyut, dan dia membayangkan apa yang akan dilakukannya untuk membuat hari ini lebih komplit dan sempurna, saat lonceng berbunyi nanti.<br />
<br />
Saat dia membuka pintu, ayah Hans, Darma, sedang berdiri di sana, bersiap untuk menjemputnya dan mengantarnya ke gereja. Rina menarik nafas dalam-dalam. Dia tahu lelaki di hadapannya ini sangat merangsangnya - beberapa bulan belakangan ini dia telah berusaha untuk menggodanya, dan dia pernah mendengar lelaki ini melakukan masturbasi di kamar mandi saat dia datang berkunjung ke rumah Hans, menyebut namanya. Rina belum pasti apakah mudah nantinya untuk menggoda Darma agar akhirnya mau bersetubuh dengannya, tapi sekarang dia akan mencari tahu tentang hal tersebut. Dia tersenyum lebar saat menangkap mata Darma yang manatap tubuhnya yang dibalut gaun pengantin ketat untuk beberapa saat.<br />
<br />
“Ayah” tegurnya, dan memberinya sebuah ciuman kecil di pipinya. Parfumnya yang menggoda menyelimuti penciuman Darma. “Ayah datang terlalu cepat, aku belum siap. Tapi ayah dapat membantuku.” Digenggamnya tangan Darma dan menariknya masuk ke dalam rumah kontrakannya, tempat yang akan segera ditinggalkannya nanti setelah menikah dengan Hans.<br />
<br />
Darma mengikutinya dengan dada yang berbar kencang. Ini adalah saat yang diimpikannya. Dia heran bagaimana anaknya yang pemalu dan bisa dikatakan kurang pergaulan itu dapat menikahi seorang wanita cantik dan menggoda seperti ini, tapi dia senang karena nantinya dia akan mempunyai lebih banyak waktu lagi untuk berdekatan dengan wanita ini. “Apa yang bisa ku bantu?”<br />
<br />
Rina berhenti di ruang tengahnya yang nyaman lalu duduk di sebuah meja.<br />
<br />
“Aku belum memasang kaitan stockingku… dan sekarang, dengan pakaian ini… aku kesulitan untuk memasangnya.”<br />
<br />
Suaranya terdengar manis, tapi matanya berkilat liar menggoda. Diangkatnya tepian gaun pengantinnya, kakinya yang dibungkus dengan stocking putih dan sepatu bertumit tinggi langsung terpampang.<br />
<br />
“Bisakah ayah membantuku memasangnya?”<br />
<br />
Darma ragu-ragu untuk beberapa waktu. Jantungnya berdetak semakin cepat. Apakah ini sebuah “undangan” untuk sesuatu yang lain lagi, ataukah hanya sebuah permintaan tolong yang biasa saja? Dia mengangguk.<br />
<br />
“Oh, tentu…” dia berlutut di hadapan calon istri anaknya dan bergerak meraih kaitan stockingnya. Jemarinya sedikit gemetar saat Rina dengan pelan mengangkat kakinya . Darma berusaha untuk memasangkan kaitan stocking itu.<br />
<br />
Rina menggigit bibir bawahnya menggoda, dan lebih menaikkan gaunnya, menampakkan paha panjangnya yang dibalut stocking putih. Dia dapat merasakan sebuah perasaan yang tak asing mulai bergejolak dalam dadanya., sebuah tekanan nikmat yang membuat nafasnya semakin sesak, membuat nafasnya semakin memburu, dan membuatnya semakin melebarkan kakinya. Dia dapat merasakan cairannya mulai membasahi. Kaitan itu akhirnya terpasang di sekitar lututnya. Darma menghentikan gerakannya, tak yakin apakah dia sudah memasangkan dengan benar.<br />
<br />
“Ayah, seharusnya lebih ke atas lagi…” tangan calon ayah mertuanya yang berada sedikit dibawah vaginanya membuatnya menjadi berdenyut dengan liar.<br />
<br />
Keragu-raguan itu hanya bertahan untuk beberapa saat saja. Tangan Darma menarik kaitan itu semakin ke atas saat calon istri anaknya meneruskan mengangkat gaun pengantinnya semakin naik. Dia menelan ludah membasahi tenggorokannya yang terasa kering saat akhirnya kaitan itu terpasang pada tempatnya di bagian paling atas stockingnya. Dia yakin dapat mencium aroma dari vagina Rina sekarang, yang membuat jantungnya seakan hendak melompat keluar dari dadanya. Tangannya berhenti, kaitan stocking itu melingari bagian atas paha Rina… dan dia merasakan bagian gaun pengantin itu terjatuh saat Rina melepaskan sebelah pegangannya untuk meraih bagian belakang kepalanya dan mengarahkan wajah ayah calon suaminya mendekat ke vaginanya, dan Darma menemukan tak ada celana dalam yang terpasang di sana.<br />
<br />
Rina melenguh dan memejamkan matanya saat harapannya terkabul. Darma tak memprotes atau menolaknya, lidahnya menjilat tepat pada bibir vaginanya, dan Rina semakin basah dengan cairan gairahnya. Dengan sebelah tangan yang masih menahan gaun pengantinnya ke atas, dan yang satunya lagi menekan wajah calon mertuanya ke vaginanya yang terbakar, dia mulai menggoyangkannya perlahan. Ini serasa di surga, dan menyadari apa yang diperbuatnya tepat di hari pernikahannya membuat tubuhnya semakin menggelinjang. Dia mengerang saat lidah Darma memasuki lubangnya, dan lidah itu mulai bergerak, menghisap bibir vaginanya, menjilati kelentitnya, wajah Darma belepotan dengan cairan kewanitaan calon istri anaknya di ruang tengah rumah kontrakannya.<br />
<br />
Semakin Rina menggelinjang, semakin keras pula Darma menghisapnya.<br />
<br />
“Oh ya ayah… jilat vaginaku… buat aku orgasme sebelum aku mengucapkan janjiku pada putramu… kumohon…” perasaan salah akan apa yang mereka perbuat membuat Rina dengan cepat meraih orgasmenya, dan hampir saja dia rubuh menimpa Darma. Ini bukan seperti orgasme yang biasa diraihnya, ini seperti rangkaian ombak yang menggulung tubuhnya, merenggut setiap sel kenikmatan dari dalam tubuhnya.<br />
<br />
Cairan Rina terasa nikmat pada lidah Darma, dia menjilat dan menghisap vaginanya seperti seorang lelaki yang kehausan. Penisnya terasa sakit dalam celananya, cairan pre cum nya membasahi bagian depan tuxedonya.<br />
<br />
Rina kembali menggelinjang, lalu dengan pelan bergerak mundur, membiarkan gaun pengantinnya menutupi ayah Hans. Lalu dia membuka resleting di bagian belakang gaunnya dan membiarkannya jatuh menuruni tubuhnya. Dia melangkah keluar dari tumpukan gaun pengantinnya yang tergeletak di atas lantai, hanya mengenakan sepatu bertumit tingginya, bra, dan tentu saja stocking beserta kaitannya yang baru saja dipasangkan Darma pada pahanya. Rina tersenyum padanya, vaginanya berkilat dengan cairannya.<br />
<br />
“Aku akan ke kamar mandi untuk membetulkan make-up, kalau ayah memerlukan sesuatu…” dia berkata dengan mengedipkan matanya. Darma menatapnya melenggang dan menghilang di balik pintu, begitu feminim dan menggoda. Hanya beberapa detik kemudian dia menyusulnya.<br />
<br />
Saat dia memasuki kamar mandi dan berdiri di depan sebuah cermin di atas washtafel, dan sudah mengenakan sebuah celana dalam berwana putih. Darma tahu kalau ini adalah salah satu godaannya yang manis, dan dia telah siap untuk bermain bersamanya.<br />
<br />
Rina melihatnya masuk, dan dengan sebuah gerakan yang cantik membuka lebar pahanya. Darma melangkah ke belakangnya, mata mereka saling terkunci dalam masing-masing bayangannya dalam cermin. Tangan Darma bergerak ke bagian depan tubuhnya, menggenggam payudaranya yang masih ditutupi bra. Rina tersenyum. “Tapi ayah, bukankah ini tak layak dilakukan oleh seorang ayah calon pengantin pria?”<br />
<br />
Darma memandangi bagaimana bibir Rina yang membuka saat bicara, mendengarkan hembusan hangat nafasnya, seiring dengan tangannya yang meremasi payudaranya dalam balutan bra. “Tak se layak apa yang akan kulakukan padamu.”<br />
<br />
Rina menggigit bibirnya dan mendorong pantatnya menekan penisnya yang mengeras.<br />
<br />
“Aku nggak sabar,” bisiknya.<br />
<br />
Sejenak kemudian Rina merasakan tangan calon ayah mertuanya berada di belakangnya saat dia melepaskan sabuk dan membiarkan celananya jatuh turun. Dengan mudah tangan Darma menarik celana dalamnya ke samping. Rina menarik nafas dalam-dalam saat dia merasakan daging kepala penisnya menekan bibir vaginanya yang masih basah.. Dia mengerang dan memegangi tepian washtafel saat dengan perlahan Darma mulai mendorongkan batang penis itu memasukinya. Rina merasakan bibir vaginanya menjadi terdorong ke dalam, merasakan dinding bagian dalamnya melebar untuk menerimanya.<br />
<br />
“Apa ini terasa lebih baik dari penis putaku?” Darma tersenyum puas. Dia tahu se berapa ukuran penis putranya, dan dia yakin kalau putranya mewarisinya dari garis ibunya. Vagina calon istri putranya terasa sangat menakjubkan pada batang penisnya, dengan cepat dia sadar kalau dia layak untuk menyetubuhi calon menantunya lebih sering dibandingkan putranya. Dan dia mendapatkan firasat kalau dia bisa melakukannya kapanpun mereka memiliki kesempatan.<br />
<br />
“Oh brengsek!!! Ya Ayah… ayo… beri aku yang terbaik untuk merayakan pernikahanku dengan putra kecilmu.” dia lebih membungkuk ke bawah, dan merasakan tangan Darma pada pinggulnya. Dia mencengkeramnya dengan erat dan mulai memompanya keluar masuk. Mereka sadar akan terlambat menghadiri upacara pernikahan, tapi Darma memastikan vagina sang mempelai wanita benar-benar berdenyut menghisap sehabis persetubuhan keras yang lama. Rina mengerang dan menjerit dan bergoyang pada batang penis itu, mengimbangi gerakannya. Mereka saling memandangi bayangan mereka berdua di dalam cermin saat menyalurkan nafsu terlarang mereka.<br />
<br />
Rina merasa teramat sangat nakal, disetubuhi dengan layak dan keras oleh ayah calon suaminya tepat sebelum upacara pernikahannya. Darma merasakan vaginanya mengencang pada batang penisnya, dan kali ini, dia merasa seluruh tubuh Rina mengejang sepanjang orgasmenya. Wanita ini adalah pemandangan terindah yang pernah disaksikannya, punggungnya melengkung ke belakang ke arahnya seperti sebuah busur panah yang direntangkan, matanya melotot indah, mulutnya ternganga dalam lenguhan bisu. Darma bahkan dapat merasakan pancaran dari orgasmenya menjalari batang penisnya saat dia tetap menyetubuhinya.<br />
<br />
Dia telah membuatnya mendapatkan orgasme seperti ini selama tiga kali, hingga dia nyaris rubuh di atas washtafel, menerima hentakannya, vaginanya hampir terasa kelelahan untuk orgasme lagi. Tapi Darma tahu bagaimana membawanya ke sana.<br />
<br />
“Kamu mengharapkan spermaku, iya kan, Rina? Kamu ingin agar aku mengisimu dan membuat vaginamu terlumuri spermaku yang sudah mengering saat berjalan di altar pernikahanmu, benar kan wanita jalangku?”<br />
<br />
“Oh ya… yaaa!” sang pengantin wanita mulai kesulitan bernafas, dan Darma dapat merasakannya menyempit. Darma melesakkan batang penisnya sedalam yang dia mampu, dengan setiap dorongan yang keras, dan segera saja dia merasakan sensasi terbakar itu – dan dia tahu dia tak mampu menahannya lebih lama lagi. Tepat saat penisnya melesak jauh ke dalam vagina calon istri putranya, menyemburkan cairan sperma yang banyak ke dalam kandungannya, dia merasakan tubuh Rina menegang dan orgasme untuk sekali lagi.<br />
<br />
Dicabutnya batang penisnya keluar, menyaksikan lelehan sperma yang mengalir turun di pahanya menuju ke kaitan stocking pernikahannya. Darma tersenyum. “Aku akan menunggu di mobil, Rina…”<br />
<br />
Perlahan Rina bangkit, masih menggelenyar karena sensasi itu, wajahnya memerah, lututnya lemah, vaginanya berdenyut dan bocor. “Mmm, baiklah ayah.”<br />
<br />
Dia memutuskan untuk melakukan “tradisinya” dan dan mengorek sperma ayah Hans dari pahanya dengan jari tangan kirinya yang dilingkari oleh cincin berlian pemberian Hans.<br />
<br />
Saat Darma melihat mempelai wanita putranya masuk ke dalam mobil, sudah rapi dan bersih, terlihat segar serta berbinar wajahnya dan siap untuk upacara pernikahan, sedangkan bayangannya yang terpantul dari kaca mobil adalah saat Rina memandang tepat di matanya dan menjilat spermanya dari cincin berlian pemberian putranya…<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
<br />Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-40690933482784854352012-10-17T18:02:00.000-07:002012-10-17T18:43:01.197-07:00Salon Plus Plus Tante Tante Artikel yang berjudul: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus </a>Tante Tante<br />
sedang dalam proses perbaikan, setelah selesai kami diting segera mungkin saya posting kembali informasi yang berjudul: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plu</a>s Tante Tante<br />
trims, mohon maklum adanya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Profesi dan Kehormatan</b></span><br />
<br />
Aku tersentak bangun saat kudengar jam wekerku berdering dengan nyaring. “Uhh.. Jam berapa ini..!” gumamku pelan sambil berusaha membuka mataku, aku masih malas dan ingin kembali tidur, tapi tiba tiba aku teringat bahwa hari ini aku harus buru-buru berkemas dan berangkat, kalau tidak, aku akan ketinggalan pesawat. Hari ini aku akan pergi ke luar kota, bank swasta tempatku bekerja menugaskanku untuk mengikuti beberapa program pendidikan di kantor cabang salah satu kota di daerah Jawa Tengah. Namaku Melinda tapi teman-teman biasa memanggilku Linda. Aku dilahirkan dari keluarga yang serba berkecukupan dan aku hanya mempunyai satu saudara kandung laki-laki, praktis semua permintaan dan kebutuhanku selalu dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Aku benar benar sangat di manja oleh mereka. Ayahku berasal dari negeri Belanda, sedangkan ibuku berasal dari Menado, aku bersyukur karena seperti gadis peranakan pada umumnya, aku pun tumbuh menjadi gadis yang berwajah cukup cantik. Saat ini usiaku 24 tahun, wajahku cantik dan kulitku putih mulus, rambutku lurus dan panjang sampai di bawah bahu, tubuhku pun termasuk tinggi dan langsing dipadu dengan ukuran buah dada yang termasuk besar untuk ukuran gadis seusiaku, ditambah lagi, aku sangat rajin merawat tubuhku sendiri supaya penampilanku dapat terus terjaga. “Wah.. Aku belum sempat potong rambut nih..” gumamku sambil terus mematut diri di depan cermin sambil mengenakan pakaianku. Hari ini aku memakai setelan rok coklat tua dan kemeja putih berkerah, lalu aku padukan dengan blazer coklat muda. Aku merasa tampil makin cantik dengan pakaian kesayanganku ini, membuat aku tambah percaya diri. Singkat cerita, aku telah sampai di kota tempatku akan bekerja. Aku langsung menuju kantor cabangku karena aku harus segera melapor dan menyelesaikan pekerjaan. Sesampai di depan kantor suasananya terlihat sangat sepi, di lobby kantor hanya terlihat dua orang satpam yang sedang bertugas, mereka mengatakan bahwa seluruh karyawan sedang ada pelatihan di gedung sebelah. Dan mereka juga berkata bahwa aku sudah ditunggu oleh Pak Bobby di ruangannya di lantai dua, Pak Bobby adalah pimpinan kantor cabang di kota ini. “Selamat siang..! Kamu Melinda kan..?” sambut Pak Bobby ramah sambil mempersilakan aku duduk. “Iya Pak.. Tapi saya biasa di panggil Linda..” jawabku sopan. Pak Bobby kemudian mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku, sambil sesekali menanyakan keadaan para pegawai di kantor pusat. Cukup lama juga aku berbicara dengan Pak Bobby, hampir lima belas menit, padahal sebenarnya, aku harus ke gedung sebelah untuk mengikuti diklat, tapi Pak Bobby terus saja menahanku dengan mengajakku berbicara. Sebenarnya aku sedikit risih dengan cara Pak Bobby memandangku, mulutnya memang mengajukan pertanyaan kepadaku, tapi matanya terus memandangi tubuhku, tatapannya seperti hendak menelanjangiku. Dia memperhatikanku mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, sesekali pandangannya tertumpu di sekitar paha dan buah dadaku. Aku agak menyesal karena hari ini aku mengenakan rok yang agak pendek, sehingga pahaku yang putih jadi sulit untuk kusembunyikan. Dasar mata keranjang, sungutku dalam hati. Baru tak berapa lama kemudian pembicaraan kami pun selesai dan Pak Bobby beranjak ke arah pintu mempersilakanku untuk mengikuti diklat di gedung sebelah. “Terima kasih Pak.. Saya permisi dulu..” jawabku sambil beranjak ke arah pintu. Perasaanku langsung lega karena dari tadi aku sudah sangat risih dengan pandangan mata Pak Bobby yang seperti hendak menelanku bulat bulat. Pak Bobby membukakan pintu untukku, aku pun berterima kasih sambil berjalan melewati pintu tersebut. Tapi aku kaget bukan kepalang saat tiba tiba rambutku dijambak dan ditarik oleh Pak Bobby, sehingga aku kembali tertarik masuk ke ruangan itu, lalu Pak Bobby mendorongku dengan keras sehingga aku jatuh terjerembab di atas sofa tempat tadi aku duduk dan berbicara dengan Pak Bobby. “Apa yang Bapak lakukan..?? Mau apa Bapak..?” jeritku setengah bergetar sambil memegangi kepalaku yang sakit akibat rambutku dijambak seperti itu. Pak Bobby tidak menjawab, dia malah mendekatiku setelah sebelumnya menutup pintu ruangannya. Sedetik kemudian dia telah menyergap, mendekap dan menggumuliku, nafasnya mendengus menghembus di sekitar wajahku saat Pak Bobby berusaha menciumi bibirku “Jangan.. Jangann..! Lepasskan.. Ssaya..!” jeritku sambil memalingkan wajahku menghindari terkaman mulutnya. “Diam..!!” bentaknya mengancam sambil mempererat pelukannya pada tubuhku. Aku terus meronta sambil memukulkan kedua tanganku ke atas pundaknya, berusaha melepaskan diri dari dekapannya, tapi Pak Bobby terus menghimpitku dengan erat, nafasku sampai tersengal sengal karena terdesak oleh tubuhnya. Bahkan sekarang Pak Bobby telah mengangkat tubuhku, dia menggendongku sambil tetap mendekap pinggangku, lalu dia menjatuhkan dirinya dan tubuhku di atas sofa dengan posisi aku ada di bagian bawah, sehingga kini tubuhku tertindih oleh tubuhnya. Aku terus menjerit dan meronta, berusaha keluar dari dekapannya, lalu pada satu kesempatan aku berhasil menendang perutnya dengan lututku hingga membuat tubuhnya terjajar ke belakang. Dia terhenyak sambil memegangi perutnya, kupergunakan kesempatan itu untuk berlari ke arah pintu. Aku hampir sampai di pintu keluar saat tubuhku kembali tertarik ke belakang, rupanya Pak Bobby berhasil menggapai blazerku dan menariknya hingga terlepas dari tubuhku, sesaat kemudian aku sudah berada di dalam dekapannya kembali. “Bajingann..! Lepaskan saya..!” jeritku sambil memakinya. Tenagaku sudah mulai habis dan suaraku pun sudah mulai parau, Pak Bobby masih terus memelukku dari belakang sambil mulutnya berusaha menciumi leher dan tengkukku, sementara tangannya menelikung kedua tanganku, membuat tanganku terhimpit dan tidak dapat bergerak. “Jangann..! Biadab.. Lepaskan sayaa..!” aku kembali menjerit parau. Air mataku sudah meleleh membasahi pipiku, saat tangan Pak Bobby membetot keras kemeja putihku, membuat seluruh kancingnya terlepas dan berjatuhan di atas lantai. Sekarang tubuh bagian atasku menjadi setengah terbuka, mata Pak Bobby semakin melotot melihat buah dadaku yang masih terlindung di balik bra hitamku, setelah itu, dia menarik kemeja yang masih menempel di bahuku, dan terus menariknya sampai menuruni lenganku, sampai akhirnya Pak Bobby menggerakkan tangannya, melemparkan kemeja putihku yang telah terlepas dari tubuhku. “Lepasskann..!!” jeritku saat satu tangannya mulai bergerak meremasi sebelah payudaraku. Tubuhku mengelinjang hebat menahan ngilu di buah dadaku, tapi dia tidak berhenti, tangannya malah semakin keras meremas buah dadaku. Seluruh tubuhku bergetar keras saat Pak Bobby menyusupkan tangannya ke balik bra hitamku dan mulai kembali meremas payudaraku dengan kasar, sambil sesekali menjepit dan mempermainkan puting buah dadaku dengan jarinya, sementara mulutnya terus menjilati leherku dengan buas. Pak Bobby sudah akan menarik lepas bra yang kukenakan, saat pada saat yang bersamaan pintu depan ruangannya terbuka, dan muncul seorang laki laki dengan wajah yang tampak kaget. “Ada apa nih Pak Bobby..?” serunya, sambil memandangi tubuhku. “Lepaskan saya.. Pak..! Tolong saya..! Pak Bobby akan memperkosa saya..!” jeritku memohon pertolongan dari orang itu. Perasaanku sedikit lega saat laki-laki itu muncul, aku berharap dia akan menolongku. Tapi perkiraanku ternyata salah.. “Wah Pak.. Ada barang baru lagi nih. Cantik juga..!” seru laki-laki itu sambil berjalan mendekati kami, aku langsung lemas mendengar kata-katanya, ternyata laki laki ini sama bejatnya dengan Pak Bobby. “Ada pesta kecil..! Cepat Han.!! Lu pegangi dia..! Cewek ini binal banget” jawab Pak Bobby sambil tetap mendekap tubuhku yang masih terus berusaha meronta. Sedetik kemudian laki-laki itu sudah berada di depanku, tangannya langsung menggapai dan merengkuh pinggangku merapatkan tubuhnya dengan tubuhku, aku benar-benar tidak dapat bergerak, terhimpit oleh laki-laki itu dan Pak Bobby yang berada di belakangku, lalu tangannya bergerak ke arah bra-ku, dan dengan sekali sentak, dia berhasil merenggut bra itu dari tubuhku. “Tidak.. Tidak..! Jangan lakukan..!!” jeritku panik. Tangisku meledak, aku begitu ketakutan dan putus asa hingga seluruh bulu kudukku merinding, dan aku semakin gemetar ketakutan saat laki-laki yang ternyata bernama Burhan itu melangkah ke belakang, sedikit menjauhiku, dia diam sambil memandangi buah dadaku yang telah terbuka, pandangannya seperti hendak melahap habis payudaraku. “Sempurna..! Besar dan padat..” gumamnya sambil terus memandangi kedua buah dadaku yang menggantung bebas. Setelah itu dia kembali beranjak mendekatiku, mendongakkan kepalaku dan melumat bibirku, sementara tangannya langsung mencengkeram buah dadaku dan meremasnya dengan kasar. Suara tangisanku langsung terhenti saat mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur di dalam mulutku, berusaha menggapai lidahku. Aku tercekat saat tangannya bergerak ke arah selangkanganku, menyusup ke balik rokku, aku langsung tersentak kaget saat tangannya merengkuh vaginaku. Kukumpulkan sisa-sisa tenagaku lalu dengan sekuat tenaga kudorong tubuh Pak Burhan. “Tidak.! Tidak..! Lepaskan saya.. Bajingan kalian..!” aku menjerit sambil menendang-nendangkan kakiku berusaha menjauhkan laki-laki itu dari tubuhku. “Ouh.. Ssakit..!!” keluhku saat Pak Bobby yang berada di belakangku kembali mendekapku dengan lebih erat. Kutengadahkan kepalaku, kutatap wajah Pak Bobby, aku memohon supaya dia melepaskanku. “Tolonngg.. Hentikann Pak..!! Saya.. Mohon.. Lepaskan saya..” ucapku mengharap belas kasihannya. Keadaanku saat itu sudah benar-benar berantakan, tubuh bagian atasku sudah benar-benar telanjang, membuat kedua payudaraku terlihat menggantung dan tidak lagi tertutup oleh apapun. Aku sangat takut, mereka akan lebih bernafsu lagi melihat keadaan tubuhku yang sudah setengah telanjang ini, apalagi saat ini tubuhku sedang ditelikung oleh Pak Bobby dari belakang hingga posisi itu membuat dadaku jadi terdorong ke depan dan otomatis buah dadaku pun ikut membusung. Beberapa saat kemudian Pak Bobby tiba tiba mengendorkan dekapannya pada tubuhku dan akhirnya dia melepaskanku. Aku hampir tidak percaya bahwa Pak Bobby mau melepaskanku, padahal saat itu aku sudah sangat putus asa, aku sadar aku hampir tidak mungkin lolos dari desakan kedua laki-laki tersebut. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, aku langsung berlari secepatnya ke arah pintu, tapi lagi-lagi aku kalah cepat, Pak Burhan sudah menghadang di depanku dan langsung menghunjamkan pukulannya ke arah perutku. “Arghh..!! Sshh.. Ouhh..” aku mengeluh kesakitan. Kupegangi perutku, seketika itu juga, aku langsung jatuh terduduk, nafasku tersengal-sengal menahan sakit yang tak terkira. Belum hilang rasa sakitku, mereka berdua langsung menyerbu ke arahku. “Pegangi tangannya Han..!!” seru Pak Bobby sambil mendorong tubuhku sehingga aku jatuh terjengkang di atas lantai. Seketika itu juga Pak Burhan sudah berada di atas kepalaku dan mencengkeram kedua tanganku, sementara Pak Bobby berada di bawah tubuhku, mendekap kedua kakiku yang berusaha menendangnya. Dia sudah seperti kemasukan setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek stockingku dan mencabik cabik rok yang kukenakan dan akhirnya dia merenggut dengan paksa celana dalamku, melolosinya dari kedua kakiku dan melemparkannya ke lantai. “Lepasskann..! Lepasskan..! Tolongg.. Jangan perkosa sayaa..!” jeritanku makin keras di sela-sela keputusasaan. Aku sudah tidak sanggup lagi menahan mereka yang sepertinya semakin bernafsu untuk memperkosaku, air mataku makin deras mengalir membasahi kedua pipiku, kupejamkan mataku, bulu kudukku langsung bergidik, aku tidak sanggup membayangkan kalau hari ini aku akan diperkosa oleh mereka. “Jangann.. Ahh.. Tolongg..!” aku menjerit histeris saat Pak Bobby melepaskan pegangannya pada kedua kakiku. Dia berdiri sambil melepaskan pakaiannya sendiri dengan sangat terburu-buru. Aku sadar, laki-laki ini sebentar lagi akan menggagahiku. Seketika itu juga kurapatkan kedua kakiku dan kutarik ke atas hingga menutupi sebagian dadaku, sementara kedua tanganku masih tetap di dekap erat oleh Pak Burhan. Tiba tiba Pak Bobby berjongkok, dia langsung menarik kedua kakiku, merenggangkannya dan kemudian memposisikan tubuhnya di antara kedua pangkal pahaku. “Jangann..!!” keluhku lemah dan putus asa, sambil bertahan untuk tetap merapatkan kedua kakiku, tapi tenaga Pak Bobby jauh lebih kuat di bandingkan dengan tenagaku. Aku terhenyak saat Pak Bobby mulai menindihku, membuatku jadi sesak dan sulit untuk bernafas, buah dadaku tertekan oleh dadanya, sementara perutnya menempel di atas perutku. “Arghh..!! Jangann..! Sakiitt..!!” rintihku sambil berusaha menggeser pinggulku ke kiri dan ke kanan, saat kurasakan kemaluannya bergesekan dengan bibir kemaluanku. “Sakiitt..!” aku kembali mengerang saat kepala penisnya mulai masuk ke dalam liang vaginaku. Bersamaan dengan itu, tangan Pak Bobby bergerak, menjambak rambutku dan menariknya sehingga kepalaku terdongak, kemudian Pak Bobby dengan kasar melumat bibirku sambil terus menekankan tubuhnya ke arah selangkanganku. Kurasakan kesakitan yang luar biasa di dalam liang vaginaku saat batang penisnya terus melesak masuk menghunjam ke dalam lubang kemaluanku. “Ahh..! Jangann..! Sakiitt..!” aku kembali menjerit dengan keras saat batang penisnya menembus dan merobek selaput daraku. Tubuhku melenting ke atas menahan sakit yang amat sangat. Kuangkat kakiku dan kutendang-tendangkan, aku berusaha menutup kedua kakiku, tapi tetap saja batang penis itu terbenam di dalam vaginaku. Aku sungguh tersiksa dengan kesakitan yang mendera vaginaku. Kuhempaskan wajahku ke kiri dan ke kanan, membuat sebagian wajahku tertutup oleh rambutku sendiri, mataku membeliak dan seluruh tubuhku mengejang hebat. Kukatupkan mulutku, gigiku bergemeretak menahan sakit dan ngilu, nafasku seperti tercekat di tenggorokan dan tanpa sadar kucengkeram keras tangan Pak Burhan yang sedang memegang kedua tanganku. Aku masih terus merintih dan menangis, aku terus berusaha menendang-nendangkan kedua kakiku saat Pak Bobby menarik batang penisnya sampai tinggal kepala penisnya saja yang berada di dalam liang vaginaku, lalu menghunjamkannya kembali ke dalam liang rahimku. Pak Bobby sudah benar-benar kesetanan, dia tidak peduli melihatku yang begitu kesakitan, dia terus bergerak dengan keras di dalam tubuhku, memompaku dengan kasar hingga membuat tubuhku ikut terguncang turun naik mengikuti gerakan tubuhnya. “Ahh.. Sshh.. Lepaskann..!” jeritanku melemah saat kurasakan gerakannya makin cepat dan kasar di dalam liang kemaluanku, membuat tubuhku makin terguncang dengan keras, buah dadaku pun ikut mengeletar. Kemudian Pak Bobby mendaratkan mulutnya di buah dadaku, menciumi dan mengulum puting payudaraku, sesekali dia menggigit puting buah dadaku dengan giginya, membuat aku kembali terpekik dan melenguh kesakitan. Kemudian mulutnya bergerak menjilati belahan dadaku dan kembali melumat bibirku, aku hanya bisa diam dan pasrah saat lidahnya masuk dan menari-nari di dalam mulutku, sepertinya dia sangat puas karena telah berhasil menggagahi dan merenggut keperawananku. Perlahan-lahan dia menghentikan gerakannya memompa tubuhku, melesakkan kemaluannya di dalam liang vaginaku dan menahannya di sana sambil tetap memelukku dengan erat. Setelah itu dia menurunkan mulutnya ke sekitar leher dan pundakku, menjilatinya dan kemudian menyedot leherku dengan keras, membuat aku melenguh kesakitan. Cukup lama Pak Bobby menahan penisnya di dalam liang kemaluanku, dan aku dapat merasakan kemaluannya berdenyut dengan keras, denyutannya menggetarkan seluruh dinding liang vaginaku, lalu dia kembali bergerak memompa diriku, memperkosaku pelan pelan, lalu cepat dan kasar, begitu berulang ulang. Sepertinya Pak Bobby sangat menikmati pemerkosaannya terhadap diriku. Aku meringis sambil tetap memejamkan kedua mataku, setiap gerakan dan hunjaman penisnya terasa sangat menyiksa dan menyakiti seluruh tubuhku, sampai akhirnya kurasakan mulutnya makin keras menyedot leherku dan mulai menggigitnya, aku menjerit kesakitan, tapi tangannya malah menjambak dan meremas rambutku. Tubuhnya makin rapat menyatu dengan tubuhku, dadanya makin keras menghimpit buah dadaku, membuatku makin sulit bernafas, lalu dia mengatupkan kedua kakiku dan menahannya dengan kakinya sambil terus memompa tubuhku, kemaluannya bergerak makin cepat di dalam vaginaku, kemudian dia merengkuh tubuhku dengan kuat sampai benar-benar menyatu dengan tubuhnya. Aku sadar Pak Bobby akan berejakulasi di dalam tubuhku, mendadak aku jadi begitu panik dan ketakutan, aku tidak mau hamil karena pemerkosaan ini, pikiranku jadi begitu kalut saat kurasakan batang kemaluannya makin berdenyut-denyut tak terkendali di dalam liang rahimku. “Jangann..! Jangan.. Di dalam..! Lepasskan..!!” jeritku histeris saat Pak Bobby menghentakkan penisnya beberapa kali sebelum akhirnya dia membenamkanya di dalam liang kemaluanku. Seluruh tubuhnya menegang dan dia mendengus keras, bersamaan dengan itu aku meraskan cairan hangat menyemprot dan membasahi liang rahimku, Pak Bobby telah orgasme, menyemburkan sperma demi sperma ke dalam vaginaku, membuat dinding vaginaku yang lecet makin terasa perih. Aku meraung keras, tangisanku kembali meledak, kutahan nafasku dan kukejangkan seluruh otot-otot perutku, berusaha mendorong cairan spermanya agar keluar dari liang vaginaku, sampai akhirnya aku menyerah. Bersamaan dengan itu tubuh Pak Bobby jatuh terbaring lemas di atas tubuhku setelah seluruh cairan spermanya mengisi dan membanjiri liang rahimku. Mataku menatap kosong dan hampa, menerawang langit-langit ruangan tersebut. Air mataku masih mengalir, pikiranku kacau, aku tidak tahu lagi apa yang harus kuperbuat setelah kejadian ini, kesucianku telah terenggut, kedua bajingan ini telah merenggut kegadisan dan masa depanku, tapi yang lebih menakutkanku, bagaimana jika nanti aku hamil..! Aku kembali terisak meratapi penderitaanku. Tapi rupanya penderitaanku belum berakhir. Pak Bobby bergerak bangun, melepaskan himpitannya dari tubuhku, aku kembali merintih, menahan perih saat batang kemaluannya tertarik keluar dari liang kemaluanku. Kuangkat kepalaku, kulihat ada bercak darah bercampur dengan cairan putih di sekitar pangkal pahaku. Aku menangis, pandanganku nanar, kutatap Pak Bobby yang sedang berjalan menjauhiku dengan pandangan penuh dendam dan amarah. Seluruh tubuhku terasa sangat lemah, kucoba untuk bangun, tapi Pak Burhan sudah berada di sampingku, dia menggerakan tangannya, menggulingkan tubuhku dan mulai menggumuli tubuhku yang menelungkup, aku diam tak bergerak saat Pak Burhan menciumi seluruh punggungku, sesaat kemudian dia bergerak ke arah belakang tubuhku, merengkuh pinggangku dan menariknya ke belakang. Aku terhenyak, tubuhku terseret ke belakang, lalu Pak Burhan mengangkat pinggulku ke atas, membuat posisiku jadi setengah merangkak, kutopang tubuhku dengan kedua tangan dan lututku, kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku tergerai menutupi seluruh wajahku, kepanikan kembali melandaku saat kurasakan batang penisnya menempel dan bergesekan dengan bibir vaginaku. “Linda..! Kamu memang benar-benar cantik dan seksi..” gumam Pak Burhan sambil tangannya meremasi pantatku, sementara batang penisnya terus menggesek-gesek di bibir vaginaku. “Ahh.! Sakiitt..! Sudahh.. Sudah..! Hentikann..!! jeritku menahan sakit saat kemaluannya mulai melesak masuk ke dalam liang vaginaku. Kuangkat punggung dan kedua lututku, menghindari hunjaman batang penisnya, tapi Pak Burhan terus menahan tubuhku, memaksaku untuk tetap membungkuk. Seluruh otot di punggungku menegang, tanganku mengepal keras, aku benar-benar tak kuasa menahan perih saat penisnya terus melesak masuk, menggesek dinding vaginaku yang masih luka dan lecet akibat pemerkosaan pertama tadi, kugigit bibirku sendiri saat Pak Burhan mulai bergerak memompa tubuhku. “Lepasskan..! Sudah..! Hentikaann..!!” jeritku putus asa. Nafasku kembali tersengal sengal, tapi Pak Burhan terus memompaku dengan kasar sambil tangannya meremasi pantatku, sesekali tangannya merengkuh pinggulku, menahan tubuhku yang berusaha merangkak menjauhi tubuhnya, seluruh tubuhku kembali terguncang, terombang ambing oleh gerakannya yang sedang memompaku. Tiba tiba kurasakan wajahku terangkat, kubuka mataku dan kulihat Pak Bobby berjongkok di depanku, meraih daguku dan mengangkatnya, Pak Bobby tersenyum menatapku dengan wajah penuh kemenangan, menatap buah dadaku yang menggantung dan menggeletar, meremasnya dengan kasar, lalu Pak Bobby mendekatkan wajahnya, menyibakkan rambutku yang tergerai, sesaat kemudian, mulutnya kembali melumat bibirku, mataku terpejam, air mataku kembali meleleh saat mulutnya dengan rakus menciumi bibirku. “Ahh..!!” aku terpekik pelan saat Pak Burhan menyentakkan tubuhnya dan menekanku dengan kuat. Batang penisnya terasa berdenyut keras di dalam lubang kemaluanku, lalu kurasakan cairan hangat kembali menyembur di dalam liang rahimku, aku menyerah, aku sudah tidak punya kekuatan lagi untuk melawan, kubiarkan saja Pak Burhan menyemburkan dan mengisi liang kemaluanku dengan cairan spermanya. “Periihh..!!” rintihku pelan. Pak burhan masih sempat menghunjamkan kemaluannya beberapa kali lagi ke dalam liang vaginaku, menghabiskan sisa sisa ejakulasinya di dalam liang rahimku sebelum akhirnya dia menariknya keluar melewati bibir vaginaku yang semakin terasa perih. Sedetik kemudian satu kepalan tangan mendarat di wajahku. Aku terlempar ke samping, pandanganku berkunang kunang, lalu gelap. Aku jatuh pingsan. Saat siuman aku temukan foto-foto telanjangku berserakan di samping tubuhku dengan sebuah pesan.. “Pastikan..! Hanya Kita Bertiga yang Tahu..!!” Hari itu juga aku kembali pulang ke Jakarta dengan membawa penderitaan yang amat berat, sesuatu yang paling berharga telah hilang dari diriku dirampas oleh kebiadaban mereka.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-24408119378093106092012-10-17T18:01:00.002-07:002012-10-17T18:43:59.222-07:006 Foto Cewek Salon Plus Plus Artikel yang berjudul: 6 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
sedang dalam proses perbaikan, setelah selesai kami diting segera mungkin saya posting kembali informasi yang berjudul: 6 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
trims, mohon maklum adanya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Pertama Kali Bertiga</b></span> <br />
<br />
Istriku, Della dan aku telah berumah tangga selama beberapa tahun lamanya dan sering dalam tahun-tahun perkawinan kami tersebut aku berfantasi tentang dia bercinta dengan pria lain. Seorang pria sempurna yang menyetubuhinya dengan hebat dan membuat istriku mengerang keenakan menikmatinya.<br />
<br />
Dalam setahun belakangan ini, aku selalu mengungkapkan fantasiku ini ketika berada di atas ranjang dan kurasakan dia selalu menjadi lebih bergairah karenanya dan akan diikuti dengan permainan seks yang liar dan ledakan multi orgasme setiap kalinya. Masalahnya, jika diluar area ranjang Della tidak pernah mau mendiskusikan hal tersebut denganku, yang hal itu membuatku cukup merasa frustrasi. Jika aku berusaha untuk mengajak dia untuk mendiskusikannya dia langsung marah dan pergi. Della memang seorang wanita dengan latar belakang keluarga yang sangat ketat pendidikan agamanya.<br />
<br />
Istriku Della saat ini berusia 35 tahun. Tinggi dan berat badannya yang rata-rata tetap terjaga bentuknya karena rutinnya dia pergi ke pusat kebugaran dua kali dalam seminggu. Payudaranya juga sedang-sedang saja, tapi dia memiliki puting susu yang cukup besar saat gairahnya terbakar. Dan yang paling membuatku bangga beristrikan dia adalah wajahnya yang sangat manis dan teramat menarik, disamping kepribadiannya yang baik dan senyumannya yang selalu dapat meredakan amarahku. Dia juga seorang pasangan bercinta terbaik yang pernah kudapatkan.<br />
<br />
Akhirnya, kuputuskan agar fantasiku tentang dia bercinta dengan pria lain dapat terwujud, aku harus mencoba cara yang berbeda dengan jalan yang kupakai selama ini. Aku tahu dia sangat selektif terhadap pria. Maksudku selama perkawinan kami aku ingat ada sekitar empat atau lima pria lain yang mampu menarik perhatiannya. Kesemuanya dengan kepribadian yang unik, dapat kukatakan begitu, tinggi, gagah, dan menarik. Hasilnya, setelah sedikit ‘kembali ke masa lalu’, aku akhirnya menjatuhkan pilihanku pada seorang pria berumur sekitar tiga puluhan yang aku yakin memenuhi deskripsi tentang seorang pria yang dapat menarik perhatian Della. Aku bertemu dengannya saat sedang berkeliling di seputar kota. Namanya Thomas, dia sangat gagah dan tinggi dengan kulit yang kecoklatan, dan sangat menarik menurutku. Satu hal yang dapat menarik perhatian Della dari Thomas adalah tak hanya dia seangat menarik dan berkharisma, dia seorang pria bertipe jantan dan ‘jalanan’ yang sangat kontras dengan kami yang berpendidikan dan mapan.<br />
<br />
Di salah satu kafe di sudut kota, waktu pertama kali bertemu dengan Thomas, kukeluarkan selembar foto Della dan mengatakan padanya kalau aku ingin agar dia bercinta dengan Della. Dia menyukai fotonya dan kalau dia bersedia, syaratnya dia boleh bercinta dengannya sesuai gayanya, tapi pertama-tama kami harus membuat Della bersedia melakukannya.<br />
<br />
Kami membuat sebuah rencana agar Thomas dan Della dapat bertemu, disamping rasa takutku kalau Della takut dan marah dan semua kerja kerasku ini akan sia-sia. Akhirnya kami memutuskan kalau dia akan datang ke rumah besok malamnya dan pura-pura menjadi seorang teman lama yang sekian tahun tak pernah bertemu dan sedang singgah di kota ini dan mampir sejenak di rumahku.<br />
<br />
Malam yang kunantikan serasa tak kunjung tiba, aku tenggelam dalam hayalanku membayangkan bagaimana malam tersebut akan berlangsung. Disamping rasa takutku kalau Della akan marah besar padaku karena telah menyusun rencana ini tanpa persetujuannya, aku lebih takut kalau dia tak bersedia berhubungan seks dengan Thomas. Kuhabiskan waktu untuk menyalakan lilin, menghidupkan CD player dan memilih lagu yang tepat untuk menjaga situasi hatinya. Kemudian kubujuk dia agar memakai sepatunya yang berhak tinggi yang selalu membuatku bergairah saat bercinta dengannya. Kurebahkan dia di atas karpet lantai ruang keluarga dan mulai mencumbu vaginanya selama kurang lebih 15 menit hingga dia mendapatkan orgasme pertamanya. Dia mulai hanyut dalam irama yang aku buat, dengan cepat jadi sangat basah saat aku mulai menyetubuhinya dengan gerakan lambat dan panjang. Aku mulai khawatir tak mampu bertahan lebih lama lagi. Saat orgasmenya yang kedua mulai datang lagi akhirnya terdengar Thomas mengetuk pintu depan.<br />
<br />
Ketukan itu membuatnya langsung bangkit dengan sedikit ketakutan dan langsung bertanya siapa yang mengetuk itu, saat itu sekitar pukul 10 malam. Aku tak tahu, jawabku tapi aku akan segera mencari tahu dan mengusirnya pergi. Dia segera merapikan pakaiannya dan kutenangkan dia, aku tak akan mengijinkan siapapun masuk kemari, maka dia kembali rebah di karpet menggosok kelentitnya menungguku kembali dan menyelesaikan apa yang telah kami mulai tadi.<br />
<br />
Kubuka pintu dan menjumpai Thomas berdiri di sana dengan maskulin dan mata yang bercahaya. Kukedipkan mataku padanya dan segera menyuruhnya masuk dengan tenang. Kubisikkan padanya agar segera ke ruang keluarga. Saat ini Della pasti sudah mendengar kedatangan kami.<br />
<br />
Kami berjalan memasuki ruang keluarga dan kuperkenalkan Thomas pada Della yang duduk di sana memandanginya untuk beberapa waktu, bertanya-tanya siapa gerangan pria ini… dan apa yang sebenarnya sedang terjadi? Lalu dia memandangku, dan berbalik memandangi kami berdua bergantian. Aku takut dia akan marah tapi dia mengejutkanku dengan tenangnya berdiri membiarkan pakaiannya yang berantakan tadi terjatuh dikarpet. Dan kemudian berjalan mendekat lalu memberi Thomas sebuah pelukan sebelum kembali berbalik lagi dengan pantat dan payudaranya yang bergoyang saat dia berjalan untuk duduk di karpet itu lagi. Belakangan aku tahu kalau dia sudah menyadari saat aku menjawab ketukan pintu itu kalau semua ini sudah aku rencanakan. Saat pertama kali dia melihat Thomas, dia tahu kalau aku menunggu pria ini datang untuk bercinta dengannya. Dia akhirnya memutuskan untuk melakukannya saat mengetahui kalau Thomas seorang pria yang mampu menarik hatinya dan dia sudah siap untuk itu…<br />
<br />
Setelah dia duduk di atas karpet, kami bertiga akhirnya juga duduk di atas karpet sekitar satu jam agar merasa nyaman berbicara tentang sesuatu selain seks meskipun kami dapat merasakan aura seksual semakin terbangun naik. Della duduk dengan tenang meskipun hanya memaki sepatu bertumit tingginya dan payudaranya yang terpampang dengan bebas di depan kami berdua dengan sangat menggoda. Aku memergoki Thomas selalu memandangi payudaranya. Dapat kukatakan Della menikmati pengalaman ini karena dia juga malah menggoda kami berdua dengan mengatakan kalau wajah kami merah dan terangsang. Dia terlihat sangat santai dan mengontrol situasi ini, yang itu sangat membuatku tekejut.<br />
<br />
Dapat kulihat tonjolan besar di celana Thomas. Ukuran penis di baliknya terlihat besar (belakangan Della bilang padaku dia menyadari hal itu juga dan itu membuatnya sangat terangsang, membantunya memutuskan untuk bercinta dengan Thomas). Tidak ada seorangpun yang tergesa-gesa meskipun aku sangat ingin melihat Thomas berada diantara pahanya mengocoknya berulang-ulang untuk memberinya multi orgasme. Della kelihatan sangat menikmati setiap waktunya dan melakukannya dengan perlahan dan itu semakin membuatku frustrasi. Ini diambang titik dimana aku mengharapkan fantasiku menjadi nyata.<br />
<br />
Saat Della akhirnya benar-benar merasa nyaman, dia rebah tengkurap dan meminta agar punggungnya dipijat. Ini adalah tanda yang kami tunggu-tunggu dan dalam keadaan ini tak mengejutkanku jika Della lah yang mengambil inisiatif tersebut. Dengan cepat aku memberi Thomas kesempatan memberi pijatan pada paha dan pantat Della, sedangkan aku dengan berdebar-debar terfokus pada leher dan bahunya. Kubiarkan Thomas memberikan akses menyeluruh terhadapnya.<br />
<br />
Thomas mulai membelai pahanya dengan lembut. Setelah beberapa saat tangannya mulai bergerak naik hingga semakin mendekati vaginanya. Terlihat tubuh Della sering menggelinjang, tapi lalu dengan cepat Della menyembunyikan reaksinya tersebut. Setelah beberapa menit kemudian Thomas memindahkan sasarannya dan mulai meremasi pantat Della dengan kedua tangannya. Dapat kulihat area di sekitar vagina Della sudah menjadi basah saat Thomas menjalankan aksinya.<br />
<br />
Akhirnya, Thomas kembali pada gerakan awalnya tadi pada bagian dalam paha Della dan membiarkan jarinya berada di dekat vaginanya. Dia benar-benar tahu apa yang sedang diperbuatnya dan dia tahu reaksi yang diberikannya terhadap Della yang mulai menekankan pinggulnya dengan pelan ke karpet. Mereka berdua terlihat sangat menikmati permainan kucing dan tikus ini. Dapat kulihat penis Thomas mendesak keluar dari celananya dan membuat celananya seakan hendak robek karenanya. Dengan cepat diturunkannya risleting celananya dan segera mengeluarkan penis itu. Akhirnya dia tak mampu menahannya lebih lama lagi dan bergerak menaiki tubuh Della dan mulai menggosokkan penisnya naik turun di belahan pantat Della. Dapat kukatakan Della berada dalam dunianya sendiri saat ini, dan jika aku pernah berfantasi tentang dia yang bercinta dengan pria lain, mereka mewujudkannya saat ini. Della sangat sensitive perasaannya saat bercinta dan dia bisa merasakan betapa besar dan kerasnya penisnya yang menekan pada pantatnya itu. Dengan pelan Della mulai menggoyangkan pantatnya pada penis itu dengan mata terpejam, tapi apa yang tergambar pada wajahnya memberitahukanku betapa apa yang tengah dirasakannya sungguh menakjubkan.<br />
<br />
Tak lama kemudian, kulucuti pakaianku dan bergerak ke sofa didepan Della. Dengan cepat Della bengkit dan dengan bertumpukan kedua lengan dan kakinya dia mulai menghisap penisku. Della sungguh sangat terbakar gairahnya, dimasukkannya seluruh batang penisku hingga menyodok di tenggorokannya. Dengan posisinya itu membuat pantat Della tepat berada di depan Thomas. Della sepertinya memang menginginkan Thomas berada di belakangnya, berada tepat di belakang vaginanya yang sudah gatal. Aku tahu Della terlalu malu untuk ‘meminta’ begitu juga denganku agar Thomas segera menyetubuhinya dan dengan cara inilah Della mengungkapkannya… Thomas mulai membuat langkah pertamanya!<br />
<br />
Aku mengisyaratkan pada Thomas untuk melepaskan sisa pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Aku tahu dia memiliki tubuh yang tegap, tapi saat dia melepaskan pakaiannya, tubuhnya terlihat sangat menakjubkan bagiku. Aku tahu Della juga akan menyukai bentuk tubuhnya Thomas dan apalagi penis besarnya itu nanti saat dia memalingkan wajahnya ke belakang melihatnya.<br />
<br />
Penis Thomas perlahan tumbuh membesar saat dia melepaskan pakaiannya. Kupegang bahu Della, mengehentikan hisapannya pada penisku, dan menyuruhnya berbalik menghadap pada Thomas yang berlutut di hadapannya. Rasa cintaku padanya sungguh meluap saat ini. Dia menerima Thomas dan menggenggam bola zakarnya dengan tangannya yang halus dan memasukkan penis Thomas yang masih belum erkesi penuh ke dalam mulutnya. Penis Thomas dengan cepat mengeras dalam mulutnya. Dia suka menghisap penisku hingga ke tenggorokannya, tapi saat dia mencoba untuk memasukkan penis Thomas sampai ke tenggorokannya, dapat kulihat dia mengalami kesulitan dengan ukurannya, dan dia hampir tersedak untuk beberapa waktu. Tapi itu malah membuatnya semakin terangsang dan dia terus berusaha memasukkan penis Thomas ke dalam sampai tenggorokannya dapat beradaptasi dengan ukurannya. Belakangan Della menceritakan padaku, jika saja ukuran penis Thomas se inchi saja lebih panjang, dia tak mungkin dapat menampungnya. Saat Della sibuk dengan ‘pekerjaannya’, kusingkirkan lepas celana dalamnya dan mulai menggosok vaginanya dari belakang. Salah satu fantasi terbesarku adalah menggosok Della saat dia menghisap penis besar pria lain dan sekarang aku tahu aku sangat menyukainya. Aku lihat Della sangat asyik dengan ‘pekerjaannya’. Kehangatan cengkeraman dinding vagina Della langsung kurasakan begitu kulesakkan penisku ke dalamnya.<br />
<br />
Aku mengayun pelan, kedua tanganku memegangi pinggulnya agar penisku dapat lebih dalam masuk ke dalam vaginanya saat tengan Thomas berada pada kepala Della menggerakkan seperti keinginannya saat dia menyetubuhi mulut Della. Dalam waktu yang bersamaan aku menyetubuhi Della dengan lembut dari arah belakang, Thomas menggoyangnya dengan keras, memasukkan batang penisnya sedalam-dalamnya ke mulutnya dengan tangannya menahan gerakan kepala Della. Della tersedak waktu Thomas berusaha merangsak semakin dalam. Aku dapat mendengar suara kekurangan nafasnya itu, tapi seperti seorang ‘jalang’ yang baik Della tak berhenti dan aku mulai dapat mendengar lenguhannya diantara suara nafasnya yang tersedak saat dia menggoyangkan pinggulnya mengimbangi ayunanku.<br />
<br />
Dengan semua yang tengah berlangsung ini dan pemandangan Thomas yang sedang menyetubuhi mulut Della, membuatku tak memerlukan waktu lama untuk berejakulasi di dalam tubuhnya, melumuri dinding vagina Della dengan semburan spermaku. Rasanya seperti kudapatkan orgasme terbesar dalam hidupku. Bisa kulihat orgasmeku dan oral yang diberikan Della mendekatkan orgasme Thomas. Aku ingin menyaksikan Thomas menyetubuhi Della dan keluar dalam vaginanya, maka dengan cepat aku segera bangkit dan menyuruh Della naik ke atas sofa, merangkak untuk baralih menghisap penisku, agar Thomas dapat menyetubuhinya dari belakang. Akan selalu kuingat saat Thomas menyelipkan penisnya ke vagina Della, seperti hal itu berhenti untuk beberapa waktu. Ini adalah fantasi yang sudah lama kudambakan.<br />
<br />
Yang membuatku kagum adalah betapa cepatnya gerakan Thomas yang sudah berada di belakang Della dan langsung melesakkan penisnya ke dalam vaginanya. Sepertinya dia hanya mengenal satu kecepatan, dan itu adalah mendorong masuk dengan cepat dan keras. Aku tak tahu apa dia pernah berpikir kalau kami akan menghentikannya menyetubuhi Della, atau kami menyuruhnya untuk memakai kondom terlebih dulu. Sebelum kami sempat bereaksi dengan apa yang dilakukannya dia sudah berada di belakang Della dengan sekejap. Dan seperti yang Della katakan padaku kemudian… Thomas bukannya memasukkan penisnya… Dia menghentakkan seluruh batang penisnya ke dalam vaginanya dengan hanya sebuah dorongan saja. Della juga mengungkapkan padaku kalau dia belum pernah meraskan sebuah penis yang begitu besar, begitu nikmat, dan belum pernah merasa terisi penuh seperti yang dirasakannya akibat penis Thomas saat itu, saat dia melesakkannya dari belakang. Itu membuat nafas Della terhenti sejenak dan dia memutuskan tak perduli apa Thomas memakai kondom atau tidak, atau kalau-kalau dia bisa jadi hamil karenanya. Della ingin dia menyetubuhinya dan merasakan dia menghantam dinding vaginanya dengan penis besarnya tersebut (dan Della belakangan juga menambahkan kalau dia suka dengan bola zakarnya, yang lebih besar dan lebih berat dari milikku dan lebih jauh menggantung, hingga saat dia sedang menyetubuhinya, kantung bola zakarnya itu akan menampar kelentitnya yang membuatnya menggelinjang kegelian).<br />
<br />
Tak perlu dikatakan lagi menyaksikan momen ini dan melihat ekspresi wajah Della saat dia menghisapku mendorongku dengan cepat ke batas akhir untuk yang kedua kalinya. Sepertinya aku keluar lebih keras dan lebih lama dari yang pernah kualami, yang menyebabkan Della membuka matanya dan menatapku dengan mimik yang lucu. Aku terus mengisi mulutnya dengan berjuta sperma yang dihisap dan ditelannya. Sebuah pengalaman pertama dalam hidupku yang sangat menguras staminaku dan membuat aku dua kali orgasme dengan hebatnya.<br />
<br />
Saat aku berejakulasi dalam mulut Della, Thomas menyetubuhinya dengan keras dan cepat dari belakang. Aku bangkit dan menyingkir dari medan pertempuran mereka, dengan cepat Thomas langsung membalikkan tubuh Della agar rebah pada punggungnya. Lalu Thomas kembali memasukkan penisnya yang terlihat semakin bertambah besar saja, dan mereka mulai berciuaman dengan rapat, kaki Della berada di bahu Thomas. Dengan kaki Della yang berada di bahunya, Thomas mulai mengayun dengan tenaga yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Lengan Della melingkari leher Thomas saat dia menghentak tubuhnya.<br />
<br />
Saat itu aku ingin menghentikan Thomas dan menyuruhnya agar memakai kondom agar Della tidak hamil. Tapi saat kulihat mereka berdua, dapat kulihat bahwa Della sudah terlalu jauh untuk dihentikan dan Thomas tengah berada dalam iramanya yang tak kutemukan celah untuk menghentikannya sebentar. Setelah beberapa menit melihat mereka berdua bergerak semakin keras, itu membuatku semakin terangsang hingga tak mampu berkata apapun, apalagi Della tak pernah meminta Thomas untuk memakai kondom. Mungkin saat ini bukan masa suburnya atau dia bahkan tak memusingkan hal itu. Disamping itu, hal ini sangat liar dan seksi bercampur menjadi saru menyaksikan seorang pria asing menyetubuhi istriku tepat di depan mataku sendiri… dan di rumahku sendiri… dengan seijinku. Kepala Della terlempar ke sana-kemari dan kedua kelopak matanya terpejam rapat saat dia dengan rela membiarkan Thomas menyetubuhinya. Yang membuatku sedikit terkejut ternyata jika Della sedang berada di puncak gairahnya, dia bias mengumpat sepeti seorang wanita jalang dan saat dia tahu Thomas akan segera orgasme dia menyuruhnya agar keluar jauh di dalam vaginanya! Aku hanya duduk di samping mereka, melihat, tapi aku tahu kalau aku mengingatkan Della tentang kondom, itu akan merusak semuanya dan dia akan sangat marah. Belakangan dia mengatakan kalau itu terasa sangat aneh merasakan penis Thomas mengisi penuh vaginanya tanpa kondom. Setiap Thomas mendorong, rasanya dia mendapatkan sebuah orgasme kecil. Saat akhirnya Thomas orgasme, dia dapat merasakan penisnya berdenyut meledakkan spermanya, dan spermanya menghantam jauh ke tempat yang belum pernah diraskannya sebelumnya. Waktu Thomas mulai oberejakulasi, Della mengerang keras, dia dapat merasakan penisnya menjadi bertambah besar, dan dia semakin keras menjerit merasakan sperma Thomas mengahantam jauh di dalam tubuhnya. Della mendapatkan orgasmenya sendiri karenanya, tubuhnya bergetar hebat, dia menyentakkan pinggulnya semakin merapat pada tubuh Thomas agar dia semakin masuk ke dalam.<br />
<br />
Ini membuatku terangsang sekaligus membuatku takut. Belakangan Della meyakinkanku kalu saat itu memang dia sedang tidak dalam masa suburnya dan syukurlah ternyata dia benar.<br />
<br />
Ini adalah permulaan dari serangkaian persetubuhan yang panas dan setiap kalinya tak kurang dari empat jam non stop kecuali untuk mandi berendam dengan air panas.<br />
<br />
Saat Thomas orgasme, dia rebah pada punggungnya tapi Della tak mengijinkannya beristirahat. Rambutnya terlihat basah oleh keringat melekat pada wajah, leher dan bahu dan dadanya yang semuanya terlihat bersemu merah setelah mendapatkan begitu banyak orgasme. Setiap saat spermanya akan meledak, Della segera menghisap penisnya jauh ke dalam tenggorokannya hingga penisnya mengeras kembali. Dengan penis besarnya tersebut, Thomas tak banyak mendapatkan wanita yang dapat menghisap penisnya hingga jauh ke dalam tenggorokan, maka setiap Della berusaha memasukkan penisnya ke dalam tenggorokannya membuat Thomas bergairah dan ereksi segera. Della belakangan mengatakan kalau dia belum pernah meraskan penis yang terasa begitu lembut dalam mulutnya.<br />
<br />
Yang membuat Della begitu bergairah saat berhubungan seks dengan Thomas adalah kenyataan bahwa Thomas mampu menyetubuhinya dengan sangat keras. Dan juga Thomas selalu menampar bongkahan pantat Della setiap kali dia mengayun sampai pantatnya merah dibuatnya. Serta gigitannya pada putting Della yang sangat sensitive, yang hanya dengan menggosoknya saja dapat memberinya orgasme, sangat menaikkan kenikmatannya. Della selalu menyuruhku agar berbuat lebih keras lagi terhadapnya saat bercinta tanpa harus menjadi kejam. Entah bagaimana, perlakuan Thomas itu membuatku khawatir sampai di mana batas ketahanan yang dimiliki Della. Aku menyadari hal itu saat melihat betapa sosok pria jalanan yang dimiliki Thomas selalu membuatnya bergairah kembali dengan perlakuannya yang keras dan cenderung kasar itu. Itu sangat kontras dengan gambaran percintaan kami selama ini. Meskipun sejak kusuruh Thomas untuk menyetubuhinya dengan caranya sendiri dan itu memang membuat Della bergairah dan liar.<br />
<br />
Della adalah satu-satunya wanita yang pernah kutemui yang benar-benar menyukai menghisap penis hingga ke dalam tenggorkannya dan menelan sperma seorang pria, dan dapat kulihat dia ingin Thomas agar keluar jauh di dalam tenggorokannya. Saat menghisapnya, Della mulai memasukkan jarinya ke dalam lubang anus Thomas diiringi dengan remasan tangannya pada kantung bola zakarnya yang membuat Thomas mengerang keenakan. Setiap kali Della menambah dorongan jarinya masuk ke dalam lubang anusnya, Thomas menggelinjang, lalu mengerang. Sangat erotis buatku, Della ingin merasakan spermanya seperti yang dikatakannya padaku kemudian. Aku terpesona menyaksikan mereka berdua yang terlihat sangat indah dan seksi dan tubuh Thomas yang selalu menggelinjang karena perlakuan Della. Dan akhir dari pertahanannya, dia mengangkat pantatnya naik dari atas karpet dan mengerang keras mengiringi ledakan spermanya. Thomas menahan belakang kepala Della agar tak bergerak. Belum pernah kudengar suara yang seperti ini, Thomas mengerang dengan nyaring, suaranya hampir menyerupai suara seorang wanita. Reaksi tubuh Thomas membakar gairah Della, dan dia tak akan melepaskan Thomas saat dia menghisap habis sperma Thomas hingga tetesan terakhir.<br />
<br />
Della menceritakan padaku berulang kali setelahnya bahwa dia menyukai rasa dari spermanya itu. Kupikir memang jelas Della menyukai apapun yang dimiliki Thomas. Setelah Thomas cukup pulih, dengan bercanda dia mengatakan bahwa dia keluar dengam dahsyat hingga dapat membuat langit-langit ruang keluarga ini jebol jika Della tak mengisapnya tadi. Della suka dengan antusiasnya dan mengatakan tidak apa-apa sekeras apapun dia keluar dalam tenggorokannya.<br />
<br />
Kami bertiga perlu istirahat dan pergi berendam dengan air panas dalam bak mandi. Aku pikir mereka berduia sudah selesai, tapi mereka mulai saling menyentuh, saat bibir mereka saling melumat, membuatku ereksi keras untuk yang ke empat kalinya. Rasanya aneh melihat mereka tak merasakan kelelahan dalam berhubungan seks. Mereka memasuki sebuah level yang baru. Della sedang bercinta dengan Thomas dan aku merasakan cemburu dan terangsang dalam waktu yang sama.<br />
<br />
Akhirnya, aku mengajak mereka keluar dari kamar mandi dan meneruskan kesenangan ini. Kami keluar dari kamar mandi dan hisapan Della membuat Thomas mengeras lagi dan Della naik ke atas tubuh Thomas yang duduk di atas sofa dan dia menyetubuhinya dengan liar sampai kupikir sofa itu akan patah dibuatnya. Nafas Della terdengar memburu saat dia berusaha meraih orgasmenya lagi dengan cara yang cepat. Jelas Thomas nampak belum selesai dengan Della karena saat Della akhirnya rebah dalam pelukannya dengan orgasme yang diraihnya, Thomas langsung mendorong tubuh Della merangkak di atas karpet dan memposisikan dirinya di belakang Della.<br />
<br />
Kupikir dia akan memasuki Della dari belakang lagi, tapi akau salah. Dengan lemah Della berusaha mencegah Thomas yang berusaha memasukkan penisnya ke dalam lubang anusnya, tapi Della terlalu lemah setelah orgasme tadi. Dengan mudah Thomas menepis penolakan yang diberikan Della dan meneruskan usahanya untuk masuk. Aku melihat saat dia melebarkan lubang anusnya dan menekan kepala penisnya yang besar membelah otot lubang anus Della yang rapat. Della menggelinjang dan dengan lemah memohonnya untuk berhenti, tapi Thomas tak mendengarkannya. Kupikir ini saatnya aku maju dan menghentikannya… tapi aku tak mampu, aku sudah sangat terangsang. Aku sudah tersihir dengan apa yang kusaksikan dan berharap dia memberikan anal seks pada Della. Della meronta berusaha menjauh dari penisnya, tapi kemudian Thomas mencengkeram dengan erat pinggul Della sampai meninggalkan bekas di sana. Lalu dia mulai memasukkan penisnya membelah lubang anus Della. Della tak menyadarinya, tapi matanya terpejam rapat ketakutan, yang malah membuat Thomas dan aku semakin bergairah. Della menatapku, mengisyaratkan agar aku menghentikan Thomas, tapi aku tak bertenaga, tak mampu bergerak atau bereaksi, aku begitu terangsang. Dia kembali menatapku dan aku mamberinya pandangan tak berdaya. Dia sadar kalau aku tak akan melakukan apapun dan akhirnya dia pejamkan matanya dan mencoba untuk tenang.<br />
<br />
Pada akhirnya usaha Thomas berhasil dan mendorong kepala penisnya masuk ke dalam lubang anus Della membuatnya merintih kesakitan, meremas karpet dengan kedua tangannya. Thomas terus mendorong sampai akhirnya batang penisnya masuk ke dalam lubang anus Della seluruhnya hingga kantung bola zakarnya dengan mengejutkan menghantam kelentit Della. Della lebih membenamkan wajahnya di karpet dan menjerit. Sekujur tubuhnya bergetar, dan dia mulai merintih kesakitan. Aku melihat mendekat dan dapat kutemui air matanya keluar membasahi pipinya. Dengan penisnya yang sudah seluruhnya tertanam dalam lubang anus Della, Thomas memegangi pinggul Della dengan erat dan memandangku dengan tersenyum lebar. Aku tak akan melupakan wajah puasnya yang menggambarkan kekuasaannya terhadap seorang wanita dan mendominasinya secara menyeluruh. Dia dapat melakukan apapun terhadap Della. Thomas mulai menyetubuhi lubang anusnya dan dapat kulihat Della akhirnya menangis dan masih tetap berusaha mengeluarkan penis Thomas dari dalam anusnya. Dia tak menikmati paksaan Thomas terhadap anusnya. Kukira mungkin Thomas akan berhenti, tapi dia terlihat yakin dengan apa yang dilakukannya meskipun Della masih berontak menolaknya, yang malah membuat lubang anusnya semakin merapat… dan semakin merangsang aku dan Thomas.<br />
<br />
Dengan senyuman dan pandangan yang mengatakan ‘lihatlah saat aku membuat istrimu menjerit dan orgasme yang tak pernah di alaminya sebelumnya,’ kemudian dia semakin mempererat pegangannya pada pinggul Della dan mulai bergerak mengayun keluar masuk dalam lubang anusnya yang kecil. Tak bisa kupercaya Thomas dapat memasukkan penisnya yang besar itu ke dalam lubang anus Della yang rapat dan kecil itu, tapi entah bagaimana dai dapat melakukannya. Belum ada yang sebesar itu memasukinya sebelumnya dan itu membuatnya kesakitan. Air matanya terus mengalir dan tubuhnya yang terus mengejang, tapi aku tak mampu menghentikan Thomas, karena belum pernah kurasakan se-terangsang ini dalam hidupku sebelumnya. Gerakan mengayunnya membuat suara aneh saat kantung bola zakarnya menghantam kelentit dan vagina Della berulang-ulang.<br />
<br />
Setelah beberapa ayuna panjang dalam lubang anus Della, akhirnya dapat kudengar suara basah yang keluar dari dalam lubang anusnya dan bersamaan dengan itu Della mulai terlihat tenang. Perlahan mulai dilepaskannya cengkeraman tangannya pada karpet, seiring dia yang mulai menggerakkan pinggulnya mengimbangi gerakan mengayun Thomas. Aku benar-benar terkejut! Thomas tak pernah menghentikan gerakannya dan kemudian yang terjadi sungguh tak dapat dipercaya… Della mulai mengeluarkan gumaman kata-kata dan suara yang belum pernah kudengar. Belum pernah aku merasa begitu bangga terhadapnya seperti sekarang ini. Aku lihat lubang anusnya melebar dengan rapat mencengkeram batang penis Thomas yang membuatku yakin mengira kalau lubang anusnya akan robek lebar. Setiap kali Thomas menarik penisnya keluar, anusnya akan tertarik keluar dengan rapat bersamanya. Stamina yang dimiliki Thomas sungguh mengagumkan (sejak dia mengalami orgasme berulang kali sepengetahuanku, kali ini dia masih mampu bertahan selama ini)<br />
<br />
Tiba-tiba sebuah erangan keras keluar dari mulut istriku saat dengan tanpa henti Thomas menyodok penisnya dengan sebuah hentakan keras ke dalam lubang anus Della sambil tangannya melebarkan bongkahan pantatnya agar dia dapat masuk sedalam mungkin. Kepala Della terlempar ke belakang dan dia mengerang berusaha menarik nafasnya yang terhenti. Dia tak lagi seperti seorang wanita yang kutahu selama ini saat bercinta. Thomas telah membawanya pada level yang belum pernah dimasukinya. Suara erangannya bagaikan seekor hewan. Thomas melihatku dari balik punggungnya, memastikan apakah aku melihat jelas lubang anus istriku yang di masuki oleh penisnya. Perhatianku terpecah antara melihat lubang anus istriku yang sedang dikerjai Thomas dan konsentrasiku pada masturbasi yang kulakukan saat ini. Dengan sebuah senyuman yang tak kumengerti artinya, dia meneruskan ‘pekerjaannya’ terhadap istriku tersayang, Della yang tak hentinya mengerang dan mendapatkan orgasme beruntun.<br />
<br />
Setelah 3 atau 4 kali orgasmenya kini tiada hentinya dia mendapatkan orgasme lagi secara berkesinambungan. Belum pernah kulihat seorang wanita di film atau dimanapun yang mendapatkan orgasme berkesinambungan seperti yang dialami Della malam ini. Tak dapat kupalingkan mataku dari penis Thomas yang bergerak keluar masuk dalam lubang anus istriku yang rapat. Cairan cinta Della terus mengalir pada pahanya. Tubuhnya terus menggelinjang dibawah ayunan pria yang menyetubuhinya tanpa henti<br />
<br />
Aku tak menghitung lagi berapa kali dia membuat Della orgasme, tapi Della mendapatkan orgasme berulang kali hingga dia dengan lemah berusaha merangkak, sedangkan penis Thomas masih menancap dengan mantap dalam lubang anusnya. Thomas tak ingin melepaskannya dan mengikutinya hingga Della merebahkan tubuh bagian atasnya di atas sofa. Dengan sigap Thomas langsung memegangi pinggulnya dan kembali menyetubuhinya hingga getaran orgasme menggoyang tubuhnya lagi. Della tak mampu lagi mengendalikan tubuhnya yang terbaring lemas di atas sofa membiarkan Thomas terus menyetubuhinya. Aku kagum pada stamina Thomas, aku harap dia mau berbelas kasihan barang sebentar terhadap Della, tapi dia tidak. Dia tetap mencengkeram pinggul Della dengan keras dan langsung mengocok lubang anusnya dengan tanpa ampun. Saat akhirnya dia mencapai orgasmenya sendiri, bagian matanya yang hitam seolah hilang lenyap ke dalam rongga matanya, dan dia mengerang keras sampai-sampai aku takut tetangga sebelah akan mendengarnya. Della tahu kalau Thomas akhirnya keluar dan dia menggoyangkan pantatnya dan mulutnya mulai mengerang memohon agar Thomas keluar jauh di dalam lubang anusnya. Dia meledakkan bom sperma yang amat dahsyat, dan kemudian jatuh terhempas di atas pantat Della, seiring Della yang kembali mendaparkan orgasme terbesarnya malam ini.<br />
<br />
Pemandangan ini terlihat sangat erotis dengan cairan cinta Della yang membasahi semua tempat, dan sperma Thomas yang meleleh keluar dari lubang anusnya. Saat Thomas berbaring kecapaian di atas lantai, Della tergeletak di atas sofa dengan sebuah lelehan sperma yang panjang turun dari pantatnya. Aku memandangi sperma tersebut yang tak terputus hingga akhirnya jatuh menetes di atas karpet dan membentuk sebuah pola basah yang semakin membesar.<br />
<br />
Setelah berejakulasi dia tergeletak di atas lantai membiarkan Della yang masih lemah dengan tubuh yang setengahnya berada di atas sofa. Dia juga teramat lelah untuk bergerak. Tak dapat kulupakan pemandangan setelah Thomas menarik keluar penisnya dan Della hanya diam terbaring di sana. Lubang anusnya tebuka lebar hingga anda dapat melihat ke dalamnya. Anal seks yang baru saja mereka lakukan meyakinkanku saat kulihat spermanya yang meleleh keluar dari dalam lubang anus Della kalau aku menyukai segala yang terjadi. Pemandangan tadi membuatku segera menaiki tubuh Della dan ‘menyumbangkan’ spermaku ke lubang anusnya yang sudah merekah. Lubang anusnya terasa sudah kendor dan membuka lebar.<br />
<br />
Sejak saat itu tiga kali lagi kami bersama menghabiskan waktu dengan bercinta dan bercinta lagi. Della jadi ketagihan menjadi budak seksnya dan bersedia melakukan apapun keinginannya. Dia menjadi sangat penurut terhadapnya dan menelan sperma se sering yang Thomas kehendaki, atau Della mengijinkannya menyetubuhi lubang anusnya. Sangat menarik mengamati perubahan yang terjadi pada diri Della, kuperhatikan dia menyukai di dominasi secara menyeluruh saat berhubungan seks. Thomas menyukai lubang anus Della dan dia sering menyetubuhi lubang anus Della saat kita bertiga melakukan persetubuhan dan Della selalu mendapatkan multi orgasmenya setiap kali Thomas melakukan itu padanya.<br />
<br />
Suatu kali Thomas mengikuti Della berjalan menuju ke kamar kami untuk mandi setelah bersetubuh selama 3 jam non stop. Thomas masuk ke dalam kamar mandi bersamanya dan mereka kembali bersetubuh di dalam kamar mandi tersebut. Aku melihatnya dari balik kaca kamar mandi, pemandangan yang kusaksikan semakin bertambah erotis dengan butiran-butiran air yang ada di sekujur tubuh mereka dan dia menyetubuhi Della dari belakang.<br />
<br />
Tiba-tiba, membuat kami kecewa, Thomas harus segera meninggalkan kota ini. Kami merindukan seks bersama Thomas, tapi selalu berterima kasih dengan pertolongannya terhadap Della dan aku sadar kami berdua menikmati ada seorang pria lain yang bercinta dengan Della. Pengalaman seksual Della bersama Thomas merubah seluruh kehidupan seksualnya dan bagaimana terbukanya dia terhadap eksplorasi kehidupan seksual kami. Untungnya dia tidak hamil setelah bersama Thomas.<br />
<br />
Aku sangat berhutang budi terhadap Thomas yang telah membebaskan gairah seksual Della. Pengalamani bersamanya dalam ‘permainan bertiga’ kami membuat Della menyukai melakukan hubungan seks dengan dua orang pria bersamaan, dan sekarang bahkan dengan wanita juga. Sejak dengan Thomas… dia sudah melakukannya dengan beberapa pria lain yang ukuran penisnya bahkan lebih besar dari penis raksasanya Thomas. Dia tak lagi merasa takut bersama dengan pria lain selain aku untuk bercinta. Dia menikmatinya. Dia menikmati seks, tapi kami berdua sepakat kalau dia tak akan melakukannya tanpa kehadiranku.<br />
<br />
Sekarang dia suka berpakaian seksi saat bertemu dengan pria lain untuk membuatnya terangsang. Kami melakukannya beberapa kali dengan pria lain dan itu sangat erotis bagiku melihatnya. Hidup rasanya jadi semakin baik dan semakin bertambah baik saja sekarang karena dia sangat berantusias dan senang dipuaskan oleh dua pria sekaligus dan bersikap seperti seorang putri saat melakukannya. Kami mengharapkan ada pasangan lain yang mau mencobanya bersama kami…
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-49651101634108224432012-10-17T17:42:00.002-07:002012-10-17T18:44:53.444-07:00Blog Salon Plus Plus Untuk sementara waktu artikel tentang: Blog <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang: Blog <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Persetubuhan Terlarang</b></span> <br />
<br />
Ini adalah kisah pengalamanku yang sengaja aku beberkan untuk pertama kalinya. Sebut saja namaku Arman, aku sendiri tinggal di Bandung. Kejadian yang aku alami ini kalau tidak salah ingat, terjadi ketika aku akan lulus SMA pada tahun 1998.<br />
<br />
Sungguh sebelumnya aku tak menyangka bahwa aku akan meniduri adikku sendiri yang bernama Ratih. Dia termasuk anak yang rajin dan ulet, sebab dia adalah yang memasak dan mencuci pakaian sehari-hari. Ibuku adalah seorang pedagang kelontong di pasar, sedangkan ayahku telah lama meninggal. Entah mengapa Ibu tidak berniat untuk menikah lagi.<br />
<br />
Yang ibu lakukan setiap hari adalah sejak jam 4 subuh dia sudah pergi ke pasar dan pulang menjelang magrib, aku pun sekali-sekali pergi ke pasar untuk membantu beliau, itu pun kalau terpaksa sedang tidak punya uang. Sedangkan adikku karena seringnya tinggal di rumah maka dia kurang pergaulan hingga kuperhatikan tampaknya dia belum pernah pacaran. Oh ya, selisih umurku dengan adikku hanya terpaut dua setengah tahun dan saat itu dia masih duduk di kelas 1 SMA.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Baiklah, aku akan mulai menceritakan pengalaman seks dengan adikku ini. Kejadiannya ketika itu aku baru pulang dari rumah temanku Anto pada siang hari, ketika sampai di rumah aku mendapati adikku sedang asyik menonton serial telenovela di salah satu TV swasta. aku pun langsung membuat kopi, merokok sambil berbaring di sofa. Saat itu serial tersebut sedang menampilkan salah satu adegan ciuman yang hanya sebentar karena langsung terpotong oleh iklan. Setelah melihat adegan tersebut aku menoleh kepada adikku yang ternyata tersipu malu karena ketahuan telah melihat adegan tadi.<br />
<br />
"Pantesan betah nonton film gituan" ujarku.<br />
"Ih, apaan sih" cetusnya sambil tersipu malu-malu.<br />
<br />
Beberapa menit kemudian serial tersebut selesai jam tayangnya, dan adikku langsung pergi ke WC. Kudengar dari aktifitasnya, rupanya dia sedang mencuci piring. Karena acara di televisi tidak ada yang seru, maka aku pun mematikan TV tersebut dan setelah itu aku ke WC untuk buang air kecil. Mataku langsung tertuju pada belahan pantat adikku yang sedang berjongkok karena mencuci piring.<br />
<br />
"Ratih, ikut dulu sebentar pingin pipis nih" sahutku tak kuat menahan.<br />
<br />
Setelah aku selesai buang air kecil, pikiranku selalu terbayang pada bongkahan pantat adikku Ratih. Aku sendiri tadinya tak mau berbuat macam-macam karena kupikir dia adalah adikku sendiri, apalgi adikku ini orangnya lugu dan pendiam. Tetapi dasar setan telah menggoyahkan pikiranku, maka aku berpikir bagaimana caranya agar dapat mencumbu adikku ini.<br />
<br />
Aku seringkali mencuri pandang melihat adikku yang sedang mencuci, dan entah mengapa aku tak mengerti, aku langsung saja berjalan menghampiri adikku dan memeluk tubuhnya dari belakang sambil mencium tengkuknya. Mendapat serangan yang mendadak tersebut adikku hanya bisa menjerit terkejut dan berusaha melepaskan diri dari dekapanku.<br />
<br />
Aku sendiri lalu tersadar. Astaga, apa yang telah aku lakukan terhadap adikku. Aku malu dibuatnya, dan kulihat adikku sedang menangis sesenggukan dan lalu dia lari ke kamarnya. Melihat hal itu aku langsung mengejar ke kamarnya. Sebelum dia menutup pintu aku sudah berhasil ikut masuk dan mencoba untuk menjelaskan perihal peristiwa tadi.<br />
<br />
"Maafkan.. Aa Ratih, Aa tadi salah"<br />
"Terus terang, Aa nggak tahu kenapa bisa sampai begitu"<br />
<br />
Adikku hanya bisa menangis sambil telungkup di tempat tidurnya. Aku mendekati dia dan duduk di tepi ranjang.<br />
<br />
"Ratih, maafin Aa yah. Jangan dilaporin sama Ibu" kataku agak takut.<br />
"Aa jahat" jawab adikku sambil menangis.<br />
"Ratih maafin Aa. Aa berbuat demikian tadi karena Aa nggak sengaja lihat belahan pantat kamu, jadinya Aa nafsu, lagian kan Aa sudah seminggu ini putus ama Teh Dewi" kataku.<br />
"Apa hubungannya putus ama Teh Dewi dengan meluk Ratih" jawab adikku lagi.<br />
"Yah, Aa nggak kuat aja pingin bercumbu"<br />
"Kenapa sama Ratih" jawabnya.<br />
<br />
Setelah itu aku tidak bisa berbicara lagi hingga keadaan di kamar adikku begitu sunyi karena kami hanya terdiam. Dan rupanya di luar mulai terdengar gemericik air hujan. Di tengah kesunyian tersebut lalu aku mencoba untuk memecah keheningan itu.<br />
<br />
"Ratih, biarin atuh Aa meluk kamu, kan nggak akan ada yang lihat ini" Adikku tidak menjawab hanya bisa diam, mengetahui hal itu aku mencoba membalikkan tubuhnya dan kuajak bicara.<br />
"Ratih, lagian kan Ratih pingin ciuman kayak di film tadi kan?" bujukku.<br />
"Tapi Aa, kita kan adik kakak?" jawabnya.<br />
"Nggak apa-apa atuh Ratih, sekalian ini mah belajar, supaya entar kalo pacaran nggak canggung"<br />
<br />
Entah mengapa setelah aku bicara begitu dia jadi terdiam. Wah bisa nih, gumanku dalam hati hingga aku pun tak membuang kesempatan ini. Aku mencoba untuk ikut berbaring bersamanya dan mencoba untuk meraih pinggangnya. Aku harus melakukannya dengan perlahan. Belum sempat aku berpikir, Ratih lalu berkata..<br />
<br />
"Aa, Ratih takut"<br />
"Takut kenapa, Say?" tanyaku.<br />
"Ih, meuni geuleh, panggil Say segala" katanya.<br />
"Hehehe, takut ama siapa? Ama Aa? Aa mah nggak bakalan gigit kok", rayuku.<br />
"Bukan takut ama Aa, tapi takut ketahuan Ibu" jawabnya.<br />
<br />
Setelah mendengar perkataannya, aku bukannya memberi alasan melainkan bibirku langsung mendarat di bibir ranum adikku yang satu ini. Mendapat perlakuanku seperti itu, tampak kulihat adikku terkejut sekali, karena baru pertama kalinya bibir yang seksi tanpa lipstick ini dicumbu oleh seorang laki-laki yang tak lain adalah kakaknya sendiri. Adikku pun langsung mencoba untuk menggeserkan tubuhnya ke belakang. Tetapi aku mencoba untuk menarik dan mendekapkan lebih erat ke dalam pelukanku.<br />
<br />
"Mmhh, mmhh.., Aa udah dong" pintanya. Aku menghentikan pagutanku, dan kini kupandangi wajah adikku dan rasanya aku sangat puas meskipun aku hanya berhasil menikmati bibir adikku yang begitu merah dan tipis ini.<br />
"Ratih, makasih yah, kamu begitu pengertian ama Aa" kataku.<br />
"Kalau saja Ratih bukan adik Aa, udah akan Aa.." belum sempat aku habis bicara..<br />
"Udah akan Aa apain" bisiknya sambil tersenyum. Aku semakin geregetan saja dibuatnya melihat wajah cantik dan polos adikku ini.<br />
"Udah akan Aa jadiin pacar atuh. Eh Ratih, Ratih mau kan jadi pacar Aa", tanyaku lagi.<br />
<br />
Mendengar hal demikian adikku lalu terdiam dan beberapa saat kemudian ia bicara..<br />
<br />
"Tapi pacarannya nggak beneran kan" Katanya sedikit ragu.<br />
"Ya nggak atuh Say, kita pacarannya kalo di rumah aja dan ini rahasia kita berdua aja, jangan sampai temen kamu tau, apalagi sama Ibu" jawabku meyakinkannya. Setelah itu kulihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukan jam 4 sore.<br />
"Udah jam 4 tuh, sebentar lagi Ibu pulang. Aa mandi dulu yah", kataku kemudian.<br />
<br />
Maka aku pun bangkit dan segera pergi meninggalkan kamar adikku. Setelah kejadian tadi siang aku sempat tidak habis pikir, apakah benar yang aku alami tadi. Di tengah lamunanku, aku dikejutkan oleh suara Ibuku.<br />
<br />
"Hayoo ngelamun aja, Ratih mana udah pada makan belum?" kata Ibuku.<br />
"Ada tuh, emang bawa apaan tuh Bu?" aku melihat Ibuku membawa bungkusan.<br />
<br />
Setelah aku lihat ternyata Ibu membeli bakso, kemudian Ibuku memangil Ratih dan kami bersama-sama menyantap Baso itu. Untungnya setelah kejadian tadi siang kami dapat bersikap wajar, seolah tidak terjadi apa-apa sehingga Ibuku tidak curiga sedikit pun.<br />
<br />
Malamnya aku sempat termenung di kamar dan mulai merencanakan sesuatu, nanti subuh setelah Ibu pergi ke pasar aku ingin sekali mengulangi percumbuan dengan adikku sekalian ingin tidur sambil mendekap tubuh adikku yang montok. Keesokannya rupanya setan telah menguasaiku sehingga aku terbangun ketika Ibu berpamitan kepada adikku sambil menyuruhnya untuk mengunci pintu depan. Setelah itu aku mendekati adikku yang akan bergegas masuk kamar kembali.<br />
<br />
"Ehmm, ehmm, bebas nih", ujarku.<br />
<br />
Adikku orangnya tidak banyak bicara. Mengetahui keberadaanku dia seolah tahu apa yang ingin aku lakukan, tetapi dia tidak bicara sepatah kata pun. Karena aku sudah tidak kuat lagi menahan nafsu, maka aku langsung melabrak adikku, memeluk tubuh adikku yang sedang membelakangiku. Kali ini dia diam saja sewaktu aku memeluk dan menciumi tengkuknya.<br />
Dinginnya udara subuh itu tak terasa lagi karena kehangatan tubuh adikku telah mengalahkan hawa dingin kamar ini. Kontolku yang mulai ngaceng aku gesek-gesekkan tepat di bongkahan pantatnya.<br />
<br />
"Say, Aa pingin bobo di sini boleh kan?" pintaku.<br />
"Idih, Aa genit ah, jangan Aa, entar.."<br />
"Entar kenapa?" timpalku.<br />
<br />
Belum sempat dia bicara lagi, aku langsung membalikkan tubuhnya dan langsung aku pagut bibir yang telah sejak tadi siang membuat pikiranku melayang. Aku kemudian langsung mendorongnya ke arah dinding dan menghimpit hangat tubuhnya agar melekat erat dengan tubuhku. Aku mencoba untuk menyingkap dasternya dan kucoba untuk meraba paha dan pantatnya.<br />
<br />
Walaupun dia menyambut ciumanku, tetapi tangannya berusaha untuk mencegah apa yang sedang kulakukan. Tetapi aku tersadar bahwa ciumannya kali ini lain daripada yang tadi siang, ciuman ini terasa lebih hot dan mengairahkan karena kurasakan adikku kini pun menikmatinya dan mencoba menggerakkan lidahnya untuk menari dengan lidahku. Aku tertegun karena ternyata diam-diam adikku juga memiliki nafsu yang begitu besar, atau mungkin juga ini karena selama ini adikku belum pernah merasakan nikmatnya bercumbu dengan lawan jenis.<br />
<br />
Kini tanpa ragu lagi aku mulai mencoba untuk menyelinapkan tanganku untuk kembali meraba pahanya hingga tubuhku terasa berdebar-debar dan denyut nadiku terasa sangat cepat, karena ini adalah untuk pertama kalinya aku meraba paha perempuan. Sebelumnya dengan pacarku aku belum pernah melakukan ini, karena Dewi pacarku lebih sering memakai celana jeans. Dengan Dewi kami hanya sebatas berciuman.<br />
<br />
Kini yang ada dalam pikiranku hanyalah satu, yaitu aku ingin sekali meraba, menikmati yang namanya heunceut (vagina dalam bahasa Sunda) wanita hingga aku mulai mengarahkan jemariku untuk menyelinap di antara sisi-sisi celana dalamnya. Belum juga sempat menyelipkan jariku di antara heunceutnya, Ratih melepaskan pagutannya dan mulutnya seperti ikan mas koki yang megap-megap dan memeluk erat tubuhku kemudian menyilangkan kedua kakinya di antara pantatku sambil menekan-nekan pinggulnya dengan kuat. Ternyata Ratih telah mengalami orgasme.<br />
<br />
"Aa.. aah, eghh, eghh" rintih Ratih yang dibarengi dengan hentakan pinggulnya.<br />
<br />
Sesaat setelah itu Ratih menjatuhkan kepalanya di atas bahuku. Aku belai rambutnya karena aku pun sangat menyayanginya, kemudian aku bopong tubuh yang telah lunglai ini ke atas tempat tidur dan kukecup keningnya.<br />
<br />
"Gimana Sayang, enak?" bisikku. Aku hanya bisa melihat wajah memerah adikku ini yang malu dan tersipu, selintas kulihat wajah adikku ini manisnya seperti Nafa Urbach.<br />
"Gimana rasanya, Sayang?" tanyaku lagi.<br />
"Aa, yang tadi itu apa yang namanya orgasme?" Eh, malah ganti bertanya adikku tersayang ini.<br />
"Iya Sayang, gimana, enak?" jawabku sambil bertanya lagi.<br />
"He-eh, enakk banget" jawabnya sambil tersipu.<br />
<br />
Entah mengapa demi melihat kebahagian di wajahnya, aku kini hanya ingin memandangi wajahnya dan tidak terpikir lagi untuk melanjutkan aksiku untuk mengarungi lembah belukar yang terdapat di kemaluannya hingga sesaat kemudian karena kulihat matanya yang mulai sayu dan mengantuk akibat orgasme tadi maka aku mengajaknya untuk tidur. Kami pun terus tertidur dengan posisi saling berpelukan dan kakiku kusilangkan di antara kedua pahanya.<br />
<br />
Hangat tubuh adikku kurasakan begitu nikmat sekali. Yang ada dalam pikiranku adalah betapa nikmatnya jika aku menikah nanti, pantas saja di jaman sekarang banyak yang kawin entah itu sudah resmi atau belum. Tanpa terasa aku pun sadar dan terbangun dari tidurku, dan kulihat jam di kamar adikku telah menunjukkan jam 9 lewat dan adikku belum juga bangun dari tidurnya. Wah gawat, berarti dia hari ini tidak sekolah, pikirku.<br />
<br />
"Ratih, bangun kamu nggak sekolah?" tanyaku membangunkannya.<br />
<br />
Ratih pun mulai terbangun dan matanya langsung tertuju pada jam dinding. Dia terkejut karena waktu telah berlalu begitu cepat, sehingga dia sadar bahwa hari ini dia tidak mungkin lagi pergi ke sekolah.<br />
<br />
"Aahh, Aa jahat kenapa nggak ngebangunin Ratih" rajuknya manja.<br />
"Gimana mau ngebangunin, Aa juga baru bangun" kataku membela diri.<br />
"Gimana dong kalo Ibu tahu, Ratih bisa dimarahin nih, ini semua gara-gara Aa"<br />
"Loo kok Aa yang disalahin sih, lagian Ibu nggak bakalan tahu kalau Aa nggak ngomongin kan" jawabku untuk menghiburnya.<br />
"Bener yah, Ratih jangan dibilangin kalau hari ini bolos"<br />
"Iyaa, iyaa" jawabku.<br />
<br />
Entah mengapa tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk mandi bareng. Wah ini kesempatan emas, alasan tidak memberitahu Ibu bahwa dia nggak masuk sekolah bisa kujadikan senjata agar aku bisa mandi bersama adikku.<br />
<br />
"Eh, ada tapinya loh, Aa nggak bakalan bilang ama Ibu asal Ratih mau mandi bareng ama Aa" kataku sambil mengedipkan mata.<br />
"Nggak mau. Aa jahat, lagian udah gede kan malu masak mau mandi aja musti barengan"<br />
"Ya udah kalo nggak mau sih terserah" ancamku.<br />
<br />
Singkat cerita karena aku paksa dan dia tidak ingin ketahuan oleh Ibu maka adikku menyetujuinya.<br />
<br />
"Tapi Aa jangan macem-macem yah" pintanya.<br />
"Emangnya kalo macem-macem gimana?" tanyaku.<br />
"Pokoknya nggak mau, mendingan biarin ketahuan Ibu, lagian juga itu kan gara-gara Aa, Ratih bilangin Aa udah ciumin Ratih" balasnya mengancam balik.<br />
<br />
Jika kupikir-pikir ternyata benar juga, bisa berabe urusannya, seorang kakak bukannya menjaga adik dari ulah nakal laki-laki lain, eh malah kakaknya sendiri yang nakal. Maka untuk melancarkan keinginanku untuk bisa mandi dengannya, aku pun menyetujuinya. Kami berdua akhirnya bangun dari tidur dan setelah berbenah kamar, kami berdua pun pergi menuju kamar mandi. Sesampai di kamar mandi kami hanya saling diam dan kulihat adikku agak ragu untuk melepaskan pakaiannya.<br />
<br />
"Aa balik dulu ke belakang, Ratih malu nih" pintanya.<br />
"Apa nggak sebaiknya Aa yang bukain punya Ratih, dan Ratih bukain punya Aa"<br />
<br />
Tanpa pikir panjang aku menghampiri adikku dan aku cium bibirnya. Agar dia tidak malu dan canggung untuk membuka pakaiannya, aku genggam tangannya dan aku tuntun untuk membuka bajuku. Tanpa dikomando dia membuka bajuku setelah itu kutuntun lagi untuk membuka celana basket yang aku kenakan.<br />
<br />
Setelah keadaanku bugil dan hanya memakai celana dalam saja kulihat adikku tegang, sesekali dia melirik ke arah selangkanganku dimana kontolku sudah dalam keadaan siaga satu. Kini giliranku menanggalkan daster yang ia kenakan. Begitu aku buka, aku terbeliak dibuatnya karena ternyata tubuh adikku begitu bohai (body aduhai). Dia lalu berusaha menutupi selangkangannya. Lalu dengan sengaja kucolek payudaranya hingga adikku melotot dan menutupinya. Kemudian aku pun balik mencolek memeknya, hehehe..<br />
<br />
"Idihh, Aa nggak jadi ah mandinya, malu", rajuknya.<br />
<br />
Adikku lalu mengambil handuk dan melilitkan handuk tersebut kemudian melangkah keluar kamar mandi, tetapi karena aku tidak mau kesempatan emas ini kabur maka aku pegang tangannya dan terus aku peluk sambil kukecup bibirnya, karena ternyata adikku sangat merasa nyaman bila bibirnya aku cium.<br />
<br />
Aku lalu menarik handuknya hingga terlepas dan jatuh ke lantai, dan aku pepet tubuhnya ke arah bak air lalu gayung kuambil dan langsung kusiramkan ke tubuh kami berdua. Merasakan tubuhnya telah basah oleh siraman air, adikku berusaha untuk melepaskan ciuman dan desakan yang aku lakukan, tapi usahanya sia-sia karena aku semakin bernafsu menyirami tubuh kami sambil kontolku aku tekan-tekan ke arah selangkangannya.<br />
<br />
Setelah tubuh kami benar-benar basah, aku bagai kemasukan setan. Selain menyedot bibirnya dengan ganas aku pun langsung mencoba untuk melepaskan celananya. Setelah celana dalamnya terlepas dari sarangnya hingga ke tepi lutut, aku pun menariknya ke bawah dengan kakiku hingga benar-benar terlepas. Sadar bahwa aku akan berbuat nekat, Ratih semakin berusaha untuk melepaskan tubuhnya. Sebelum usahanya membuahkan hasil aku melepas pagutannya.<br />
<br />
"Aa, stop please" rengeknya sambil menangis.<br />
"Ratih, tolong Aa dong. Ratih tadi subuh kan udah ngalami orgasme, Aa belum.." pintaku.<br />
<br />
Dan tanpa menunggu waktu lagi di saat tenaganya melemah, aku kangkangkan pahanya sambil kukecup bibirnya kembali sehingga dia tidak bisa menolaknya. Di saat itu aku meraih burungku dari CD-ku dan mencoba mencari sarang yang sudah lama ini ingin kurasakan.<br />
<br />
Dalam sekejap kontolku sudah berada tepat di celah pintu heunceut adikku, dan siap untuk segera menjebol keperawanannya. Merasa telah tepat sasaran maka aku pun menghentakkan pinggulku. Dan aku seperti benar-benar merasakan sesuatu yang baru dan nikmat melanda seluruh organ tubuhku dan kudengar adikku meringis kesakitan tapi tidak berusaha untuk menjerit. Melihat hal itu aku mencoba untuk mengontrol diriku dan mencoba menenangkan perasaan yang membuatku semakin tak karuan, karena aku merasa diriku dalam keadaan kacau tetapi nikmat hingga sulit untuk diuraikan dengan kata-kata.<br />
<br />
Aku mencoba hanya membenamkan penisku untuk beberapa saat, karena aku tak kuasa melihat penderitaan yang adikku rasakan. Kini pandangan aku alihkan pada kedua payudara adikku yang masih diselimuti BH-nya. Aku mencoba untuk melepaskannya tapi mendapat kesulitan karena belum pernah sekalipun aku membukanya hingga aku hanya bisa menarik BH yang menutupi payudara adikku dengan menariknya ke atas dan tiba-tiba dua bongkah surabi daging yang kenyal menyembul setelah BH itu aku tarik.<br />
<br />
Melihat keindahan payudara adikku yang mengkal dan putingnya yang bersemu coklat kemerahan, aku pun tak kuasa untuk segera menjilat dan menyedotnya senikmat mungkin.<br />
<br />
"Aa, ahh, sakit" rintih adikku.<br />
<br />
Seiring dengan kumainkannya kedua buah payudara adikku silih berganti maka kini aku pun mencoba untuk menggerakkan pinggulku maju mundur, walau aku juga merasakan perih karena begitu sempitnya lubang heunceut adikku ini. Badan kami kini bergumul satu sama lain dan kini adikku pun mulai menikmati apa yang aku lakukan. Itu dapat aku lihat karena kini adikku tidak lagi meringis tetapi dia hanya mengeluarkan suara mendesah.<br />
<br />
"Eenngghh, acchh, enngg, aacchh"<br />
"Gimana, enakk?" aku mencoba memastikan perasaan adikku.<br />
<br />
Dia tidak menjawab bahkan kini justru tangannya meraih kepalaku dan memapahnya kembali mencium mulutnya. Karena aku tidak ingin egois maka aku pun menuruti kehendaknya. Aku kulum bibirnya dan lidah kami pun ikut berpelukan menikmati sensasi yang tiada tara ini. Tanganku kugunakan untuk meremas payudaranya. Gila, kenikmatan ini sungguh luar biasa, kini aku pun mencoba untuk menirukan gaya-gaya di film BF yang pernah kulihat. Adikku kuminta menungging dan tangannya memegang bak mandi.<br />
<br />
Aku berbalik arah dan mencoba untuk segera memasukan kembali kontolku ke dalam memeknya, belum sempat niat ini terlaksana aku segera mengurungkan niatku, karena kini aku dapat melihat dengan jelas bahwa heunceut adikku merekah merah dan sangat indah. Karena gemas aku pun lalu berjongkok dan mencoba mengamati bentuk heunceut adikku ini hingga aku melongo dibuatnya.<br />
<br />
Mengetahui aku sampai melongo karena melihat keindahan heunceutnya, adikku berlagak sedikit genit, dia goyangkan pantatnya bak penyanyi dangdut sambil terkikik cengengesan. Merasa dikerjai oleh adikku dan juga karena malu, untuk mebalasnya aku langsung saja membenamkan wajahku dan kuciumi heunceut adikku ini, hingga kembali dia hanya bisa mendesah..<br />
<br />
"Aahh, Aa mau ngapain.., ochh, enngghh" desahnya sambil mengambil nafas panjang.<br />
<br />
Mmhh, ssrruupp, cupp, ceepp, suara mulutku menyedot dan menjilati heunceut adikku ini, dan aku perhatikan ada bagian dari heunceut adikku ini yang aneh, mirip kacang mungkin ini yang namanya itil, maka aku pun mencoba untuk memainkan lidahku di sekitar benda tersebut.<br />
<br />
"Acchh, Aa, nnggeehh, iihh, uuhh, gelii", erangnya saat aku memainkan itilnya tersebut.<br />
<br />
Karena mendengar erangannya yang menggoda aku pun tak kuasa menahannya dan segera bangkit untuk memeluk adikku dan memasukannya kembali dengan cepat kontolku agar bersemayam pada heunceut adikku ini. Baru beberapa kocokan kontolku di memeknya, adikku seakan blingsatan menikmati kenikmatan ini hingga dia pun meracau tak karuan lalu..<br />
<br />
"Aa, Ratihh, eenngghh, aahh.."<br />
<br />
Rupanya adikku baru saja mengalami orgasme yang hebat karena aku rasakan di dalam memeknya seperti banjir bandang karena ada semburan lava hangat yang datang secara tiba-tiba. Kini aku merasakan kenikmatan yang lain karena cairan tersebut bagai pelumas yang mempermudah kocokanku dalam heunceutnya.<br />
<br />
Setelah itu adikku kini lunglai tak bertenaga, yang ia rasakan hanya menikmati sisa-sisa dari orgasmenya dan seperti pasrah membiarkan tubuhnya aku entot terus dari belakang. Mengetahui hal itu aku pun kini mengerayangi setiap lekuk tubuh adikku sambil terus mengentotnya, mulai dari mencium rambutnya, menggarap payudaranya sampai-sampai aku seperti merasakan ada yang lain dari tubuhku, ada perasaan seperti kontolku ini ingin pipis tapi tubuh ini terasa sangat-sangat nikmat.<br />
<br />
"Aa, udah.. Aa, Ratih udah lemess.." kata adikku.<br />
"Tunggu Sayangg, Aa maauu nyampai nih, oohh"<br />
<br />
Kurasakan seluruh tubuhku bagai tersengat listrik dan sesuatu cairan yang cukup kental aku rasakan menyembur dengan cepat mengisi rahim adikku ini. Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang luar biasa ini aku memegang pantat adikku dan aku hentakkan pinggulku dengan keras membantu kontolku untuk mencapai rongga rahim adikku lebih dalam.<br />
<br />
Kami berdua kini hanya bisa bernafas seperti orang yang baru saja berlari-lari mengejar bis kota. Setelah persetubuhan yang terlarang ini kami pun akhirnya mandi, dan setelah itu karena tubuhku lemas maka aku tiduran di sofa sambil menikmati acara televisi dan adikku kulihat kembali melakukan aktifitasnya membereskan rumah meskipun tubuhnya jauh lebih lemas.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-61293153659202368152012-10-17T17:41:00.001-07:002012-10-17T18:54:51.480-07:005 Foto Cewek Salon Plus Plus Artikel yang berjudul: 5 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
sedang dalam proses perbaikan, setelah selesai kami diting segera mungkin saya posting kembali informasi yang berjudul: 5 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> trims, mohon maklum adanya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Permainan Non Citra</b></span> <br />
<br />
Kisahku yang satu ini kejadiannya sudah cukup lama, Sejak aku menyerahkan tubuhku pada Tohir, sopirku, dia sering memintaku melakukannya lagi setiap kali ada kesempatan, bahkan terkadang aku dipaksanya melayani nafsunya yang besar itu.<br />
<br />
Ketika di mobil dengannya tidak jarang dia suruh aku mengoralnya, kalaupun tidak, minimal dia mengelus-elus paha mulusku atau meremas dadaku. Pernah malah ketika kedua orang tuaku keluar kota dia ajak aku tidur bersamanya di kamarku. Memang di depan orang tuaku dia bersikap padaku sebagaimana sopir terhadap majikannya, namun begitu jauh dari mereka keadaan menjadi berbalik akulah yang harus melayaninya. Mulanya sih aku memang agak kesal karena sikapnya yang agak kelewatan itu, tapi di lain pihak aku justru menikmatinya.<br />
<br />
Tepatnya dua minggu sebelum ebtanas, aku sedang belajar sambil selonjoran bersandar di ujung ranjangku. Ketika itu waktu sudah menunjukkan pukul 23.47, suasananya hening sekali pas untuk menghafal. Tiba-tiba konsentrasiku terputus oleh suara ketukan di pintu. Kupikir itu Mamaku yang ingin menengokku, tapi ketika pintu kubuka, jreenngg.. Aku tersentak kaget, si Tohir ternyata.<br />
<br />
“Ih, ngapain sih Bang malam-malam gini, kalau keliatan Papa Mama kan gawat tahu”<br />
<br />
“Anu Non, nggak bisa tidur nih.. Mikirin Non terus sih, bisa nggak Non sekarang.. Sudah tiga hari nih?” katanya dengan mata menatapi tubuhku yang terbungkus gaun tidur pink.<br />
<br />
“Aahh.. Sudah ah Bang, saya kan harus belajar sudah mau ujian, nggak mau sekarang ah!” omelku sambil menutup pintu.<br />
<br />
Namun sebelum pintu tertutup dia menahannya dengan kaki, lalu menyelinap masuk dan baru menutup pintu itu dan menguncinya.<br />
<br />
“Tenang saja Non, semua sudah tidur dari tadi kok, tinggal kita duaan saja” katanya menyeringai.<br />
<br />
“Jangan ngelunjak Bang.. Sana cepet keluar!” hardikku dengan telunjuk mengarah ke pintu.<br />
<br />
Bukannya menuruti perintahku dia malah melangkah mendekatiku, tatapan matanya tajam seolah menelanjangiku.<br />
<br />
“Bang Tohir.. Saya bilang keluar.. Jangan maksa!” bentakku lagi.<br />
<br />
“Ayolah Non, cuma sebentar saja kok.. Abang sudah kebelet nih, lagian masa Non nggak capek belakangan ini belajar melulu sih” ucapnya sambil terus mendekat.<br />
<br />
Aku terus mundur selangkah demi selangkah menghindarinya, jantungku semakin berdebar-debar seperti mau diperkosa saja rasanya. Akhirnya kakiku terpojok oleh tepi ranjangku hingga aku jatuh terduduk di sana. Kesempatan ini tidak disia-siakan sopirku, dia langsung menerkam dan menindih tubuhku. Aku menjerit tertahan dan meronta-ronta dalam himpitannya. Namun sepertinya reaksiku malah membuatnya semakin bernafsu, dia tertawa-tawa sambil menggerayangi tubuhku. Aku menggeleng kepalaku kesana kemari saat dia hendak menciumku dan menggunakan tanganku untuk menahan laju wajahnya.<br />
<br />
“Mmhh.. Jangan Bang.. Citra nggak mau!” mohonku.<br />
<br />
Aneh memang, sebenarnya aku bisa saja berteriak minta tolong, tapi kenapa tidak kulakukan, mungkin aku mulai menikmatinya karena perlakuan seperti ini bukanlah pertama kalinya bagiku, selain itu aku juga tidak ingin ortuku mengetahui skandal-skandalku. Breett.. Gaun tidurku robek sedikit di bagian leher karena masih memberontak waktu dia memaksa membukanya. Dia telah berhasil memegangi kedua lenganku dan direntangkannya ke atas kepalaku. Aku sudah benar-benar terkunci, hanya bisa menggelengkan kepalaku, itupun dengan mudah diatasinya, bibirnya yang tebal itu sekarang menempel di bibirku, aku bisa merasakan kumis pendek yang kasar menggesek sekitar bibirku juga deru nafasnya pada wajahku.<br />
<br />
Kecapaian dan kalah tenaga membuat rontaanku melemah, mau tidak mau aku harus mengikuti nafsunya. Dia merangsangku dengan mengulum bibirku, mataku terpejam menikmati cumbuannya, lidahnya terus mendorong-dorong memaksa ingin masuk ke mulutku. Mulutku pun pelan-pelan mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk dan bermain di dalamnya, lidahku secara refleks beradu karena dia selalu menyentil-nyentil lidahku seakan mengajaknya ikut menari. Suara desahan tertahan, deru nafas dan kecipak ludah terdengar jelas olehku.<br />
<br />
Mataku yang terpejam terbuka ketika kurasakan tangan kasarnya mengelusi paha mulusku, dan terus mengelus menuju pangkal paha. Jarinya menekan-nekan liang vaginaku dan mengusap-ngusap belahan bibirnya dari luar. Birahiku naik dengan cepatnya, terpancar dari nafasku yang makin tak teratur dan vaginaku yang mulai becek. Tangannya sudah menyusup ke balik celana dalamku, jari-jarinya mengusap-usap permukaannya dan menemukan klitorisku, benda seperti kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan dengan jarinya membuatku menggelinjang dan merem-melek menahan geli bercampur nikmat, terlebih lagi jari-jari lainnya menyusup dan menyetuh dinding-dinding dalam liang itu.<br />
<br />
“Ooohh.. Non Citra jadi tambah cantik saja kalau lagi konak gini!” ucapnya sambil menatapi wajahku yang merona merah dengan matanya yang sayu karena sudah terangsang berat.<br />
<br />
Lalu dia tarik keluar tangannya dari celana dalamku, jari-jarinya belepotan cairan bening dari vaginaku.<br />
<br />
“Non cepet banget basahnya ya, lihat nih becek gini” katanya memperlihatkan jarinya yang basah di depan wajahku yang lalu dijilatinya.<br />
<br />
Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku bugil yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang apapun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang berukuran 34B, dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. Teman-teman cowokku bilang, bahwa bentuk dan ukuran payudaraku ideal untuk orang Asia, kencang dan tegak seperti punya artis bokep Jepang, bukan seperti punya bule yang terkadang oversize dan turun ke bawah.<br />
<br />
“Nnngghh.. Bang” desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang menggemaskan itu.<br />
<br />
Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.<br />
<br />
Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil memeloroti dia mengelusi paha mulusku. Cd itu akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia angkat, setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku. Darahku semakin bergolak oleh permainannya yang erotis itu. Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke bahunya, badanku setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas.<br />
<br />
Aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia inginkan, pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku ini. Tanpa membuang waktu lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya, lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya, klitorisnya, hingga ke dinding di dalamnya, anusku pun tidak luput dari jilatannya. Lidahnya disentil-sentilkan pada klitorisku memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Aku benar-benar tak terkontrol dibuatnya, mataku merem-melek dan berkunang-kunang, syaraf-syaraf vaginaku mengirimkan rangsangan ini ke seluruh tubuh yang membuatku serasa menggigil.<br />
<br />
“Ah.. Aahh.. Bang.. Nngghh.. Terus!” erangku lebih panjang di puncak kenikmatan, aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat<br />
<br />
Tohir terus menyedot cairan yang keluar dari sana dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku, barulah dia turunkan kakiku. Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap, kami berdua kini telanjang bulat.<br />
<br />
Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir vaginaku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah diantara bulu-bulu hitamnya, siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun Tohir tidak langsung mencoblosnya, terlebih dulu dia gesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibirnya untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos, aku meraih batang itu, keras sekali benda itu waktu kugenggam, panjang dan berurat lagi.<br />
<br />
“Aaakkhh..!” erangku lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat penisnya melesak masuk ke dalamku<br />
<br />
“Aauuhh..!” aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya hingga penis itu tertancap seluruhnya pada vaginaku.<br />
<br />
Untung saja kamar Papa Mamaku di lantai dasar dan letaknya cukup jauh dari kamarku, kalau tidak tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka, bagaimanapun sopirku ini termasuk nekad berani melakukannya di saat dan tempat seperti ini, tapi justru disinilah sensasinya ngeseks di tempat yang ‘berbahaya’. Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginaku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja, kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.<br />
<br />
Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya mengeras, tubuhnya yang hitam kekar bercucuran keringat, sungguh macho sekali, pria sejati yang memberiku kenikmatan sejati. Suara desahanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku seperti embun, walaupun ruangan ini ber-ac tapi aku merasa panas sekali.<br />
<br />
“Uugghh.. Non Citra.. Sayang.. Kamu emang uenak tenan.. Oohh.. Non cewek paling cantik yang pernah abang entotin” Tohir memgumam tak karuan di tengah aktivitasnya.<br />
<br />
Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku, kusambut dengan pelukan erat, kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisnya makin gencar mengaduk-aduk vaginaku, diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk. Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, akupun semakin erat memeluknya. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.<br />
<br />
Namun begitu sudah di ambang klimaks, dia menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas pangkuannya. Dengan posisi ini penisnya menancap lebih dalam pada vaginaku, semakin terasa juga otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku. Kembali aku menggoyangkan badanku, kini dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek keenakan dengan perlakuanku, mulutnya sibuk melumat payudaraku kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, mengelusi punggung, pantat, dan paha.<br />
<br />
Tak lama kemudian aku kembali mendekati orgasme, maka kupercepat goyanganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai suatu titik dimana tubuhku mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vaginaku. Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyanganku pun makin mereda, tubuhku seperti mati rasa dan roboh ke belakang tapi ditopang dengan lengannya yang kokoh.<br />
<br />
Dia membiarkanku berbaring mengumpulkan tenaga sebentar, diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjangku dan disodorkan ke mulutku. Beberapa teguk air membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih berangsur-angsur.<br />
<br />
“Sudah segar lagi kan Non? Kita terusin lagi yuk!” sahut Tohir senyum-senyum sambil mulai menggerayangi tubuhku kembali.<br />
<br />
“Habis ini sudahan yah, takut ketahuan nih,” kataku.<br />
<br />
Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging, kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri vagina dan anusku memberiku sensasi geli. Kemudian aku merasa dia meludahi bagian duburku, ya ketika kulihat ke belakang dia memang sedang membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu, lalu digosok-gosokkan dengan jarinya. Oh.. Jangan-jangan dia mau main sodomi, aku sudah lemas dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk benda sebesar itu pada daerah situ padahal dia belum juga menusuk. Pertama kali aku melakukan anal sex dengan temanku yang penisnya tidak sebesar Tohir saja sudah sakit banget, apalagi yang sebesar ini, aduh bisa mampus gua pikirku.<br />
<br />
Benar saja yang kutakutkan, setelah melicinkan daerah itu dia bangkit dengan tangan kanan membimbing penisnya dan tangan kiri membuka anusku. Aku meronta ingin menolak tapi segera dipegangi olehnya.<br />
<br />
“Jangan Bang.. Jangan disitu, sakit!” mohonku setengah meronta.<br />
<br />
“Tenang Non, nikmati saja dulu, ntar juga enak kok” katanya dengan santai.<br />
<br />
Aku merintih sambil menggigit guling menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburku yang lebih sempit dari vaginaku. Air mataku saja sampai meleleh keluar.<br />
<br />
“Aduuhh.. Sudah dong Bang.. Citra nggak tahan” rintihku yang tidak dihiraukannya.<br />
<br />
“Uuhh.. Sempit banget nih” dia mengomentariku dengan wajah meringis menahan nikmat.<br />
<br />
Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok juga penisnya. Dia diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga kupakai untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.<br />
<br />
Aku menjerit kecil saat dia mulai menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokannya bertambah kencang dan kasar sehingga<br />
<br />
tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Tangannya meraih kedua payudaraku dan diremas-remasnya dengan brutal. Keringat dan air<br />
<br />
mataku bercucuran akibat sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu, aku menangis bukan karena sedih, juga bukan<br />
<br />
karena benci, tapi karena rasa sakit bercampur nikmat. Rasa sakit itu kurasakan terutama pada dubur dan payudara, aku<br />
<br />
mengaduh setiap kali dia mengirim hentakan dan remasan keras, namun aku juga tidak rela dia menyudahinya. Terkadang aku harus<br />
<br />
menggigit bibir atau bantal untuk meredam jeritanku agar tidak keluar sampai ke bawah sana.<br />
<br />
Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku yang kuekspresikan dengan erangan panjang, ya aku mengalami orgasme<br />
<br />
panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuhku menegang beberapa saat lamanya hingga akhirnya lemas seperti tak bertulang.<br />
<br />
Tohir sendiri menyusulku tak lama kemudian, dia menggeram dan makin mempercepat genjotannya. Kemudian dengan nafas masih<br />
<br />
memburu dia mencabut penisnya dariku dan membalikkan tubuhku. Spermanya muncrat dengan derasnya dan berceceran di sekujur<br />
<br />
dada dan perutku, hangat dan kental dengan baunya yang khas.<br />
<br />
Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku memejamkan mata dan mengatur nafas sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan<br />
<br />
yang baru saja kami lakukan, sebuah hubungan terlarang antara seorang gadis dari keluarga kaya dan terpelajar yang cantik dan<br />
<br />
terawat dengan sopirnya sendiri yang kasar dan berbeda kelas sosial. Hari-hari berikutnya aku jadi semakin kecanduan seks,<br />
<br />
terutama seks liar seperti ini, dimana tubuhku dipakai orang-orang kasar seperti Tohir, dari situlah aku merasakan sensasinya.<br />
<br />
Sebenarnya aku pernah ingin berhenti, tetapi aku tidak bisa meredam libidoku yang tinggi, jadi ya kujalani saja apa adanya. Untuk<br />
<br />
mengimbanginya aku rutin merawat diriku sendiri dengan fitness, olahraga, mandi susu, sauna, juga mengecek jadwal suburku<br />
<br />
secara teratur. Dua bulan ke depan Tohir terus memperlakukanku seperti budak seksnya sampai akhirnya dia mengundurkan diri<br />
<br />
untuk menemani istrinya yang menjadi TKW di Timur Tengah. Lega juga aku bisa lepas dari cengkeramannya, tapi terkadang aku<br />
<br />
merasa rindu akan keperkasaannya, dan hal inilah yang mendorongku untuk mencoba berbagai jenis penis hingga kini.<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-12266403237614092732012-10-17T17:40:00.002-07:002012-10-17T18:54:56.177-07:00Website Cewek Salon Plus Plus Untuk sementara waktu artikel tentang: Website Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang: Website <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Cewek Salon Plus Plus</a> <br />
trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Perawat Hitam Manis</b></span> <br />
<br />
Aku, Wawan, adalah seorang dokter yang beberapa tahun yang lalu pernah bekerja di puskesmas kecil di suatu kecamatan di Jawa beberapa kilometer dari kota S. Ketika bekerja menjadi dokter puskesmas itu lah aku terlibat perselingkuhan dengan perawat anak buahku sendiri di puskesmas itu. Waktu itu aku masih muda (sekitar 27 tahun), kata orang wajahku cakep dan macho, sedang perawatku itu hitam manis terpaut sekitar 5 tahun lebih muda dariku. Aku sendiri saat itu sudah berkeluarga beranak satu berumur 2 tahun, demikian pula perawatku yang bernama Narsih sudah bersuami tetapi belum punya momongan.<br />
<br />
Ceritanya begini.<br />
<br />
Pada saat pertama kali datang melihat puskesmas tempat aku akan berdinas selama 5 tahun yang terletak di suatu kecamatan yang lumayan jauh dari kota kabupaten, aku datang sendirian. Di sana aku ditemui oleh seorang perawat wanita yang sudah bekerja di sana selama tiga tahun semenjak puskesmas itu selesai dibangun.<br />
<br />
“Narsih”, begitu dia memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangannya. Dalam hatiku, “Aduh, manis betul perawat ini”.<br />
<br />
Sambil bertanya tentang berbagai hal, yang menyangkut kunjungan pasien, tentang pelaksanaan program kesehatan yang selama ini dikerjakan olehnya (selama ini puskesmas dipimpin olehnya yang merupakan satu-satunya perawat dengan dibantu oleh 2 orang petugas lain), tentang keadaan masyarakat sekitar puskesmas, dll, aku tak puas-puasnya memandangi wajahnya yang manis itu. Sebaliknya, si manis ini juga sering dengan berani menatapku balik sambil senyum agak menantang. Pikirku, “Gawat juga anak ini”, kelihatannya dia sangat tertarik secara seksual padaku.<br />
<br />
Dia cerita kalau sudah menikah selama 2 tahun dan belum berhasil hamil juga. Aku bilang dengan sedikit menggoda: “Wah, jangan-jangan suamimu kurang hebat caranya. Kapan-kapan saya ajari ya”.<br />
<br />
“Ya dok, tapi jangan suami saya saja yang diajari, saya juga dong”, ujarnya.<br />
<br />
Beberapa minggu kemudian, aku benar-benar sudah berdinas di puskesmas ini. Aku tinggal di rumah dinas di samping kantor yang masih satu kompleks dengan puskesmas, demikian pula Narsih tinggal di rumah dinas pada kompleks yang sama tetapi di sisi lainnya. Istriku dari pagi sampai menjelang sore pergi ke kota S untuk bekerja. Jadi sesiangan rumahku nyaris kosong.<br />
<br />
Pada hari pertama, aku mengajak Narsih berboncengan memakai motor ke desa-desa tempat wilayah kerjaku untuk orientasi dan berkenalan dengan beberapa kepala desa yang kebetulan dilewati.<br />
<br />
Perjalanan melalui jalan yang sebagian besar masih berupa tanah yang dikeraskan, dan di beberapa tempat berupa batu “makadam” yang bergelombang. Tangan Narsih yang kubonceng di belakangku berkali-kali memegang paha atau pinggangku karena takut terjatuh. Aku senang bukan main sambil berdebar. Berkali-kali pula buah dadanya yang tidak terlalu besar tetapi kenyal itu menyenggol di punggungku. Rupanya dia juga tak sungkan-sungkan untuk menempelkannya. Melihat sikapnya yang seperti itu, aku meramal bahwa Narsih suatu saat pasti bisa kuajak bergelut bugil di tempat tidur.<br />
<br />
Tubuh Narsih cukupan, tingginya sekitar 160 cm, badannya langsing, kakinya mempunyai bulu-bulu yang cukup merangsang lelaki, walau pun kulitnya sedikit gelap. Wajahnya manis mirip Tony Braxton, si penyanyi negro itu. Buah dada tidak besar, yah kira-kira setangkupan telapak tanganku. Itu pun kukira-kira saja, karena di waktu dinas tubuhnya di balut seragam dinas Pemda. Rambutnya sebahu. Yang jelas, wajahnya manis, seksi dan senyumnya menggoda.<br />
<br />
Dalam perjalanan berboncengan Narsih menceritakan perjalanan hidupnya sejak lulus sekolah dan langsung ditempatkan di puskesmas ini. Di sini mula-mula dia tinggal bersama adik ceweknya yang sekolahnya dibiayainya. Dia sempat berpacaran dengan seorang pemuda yang tinggal di depan rumah dinasnya, tetapi akhirnya justru tetangga lainnya yang memintanya untuk dijadikan menantu. Akhirnya permintaan belakangan itulah yang dipenuhinya sehingga Narsih dinikahi oleh seorang pemuda putra seorang tokoh masyarakat desa (tetangga dekat tadi) dan cukup berada, tanpa melalui proses pacaran.<br />
<br />
Narsih rupanya selama itu menjadi “bunga” di desa tempat puskesmas berada. Dia menjadi inceran banyak pemuda desa situ, juga orangtua-orangtua yang menginginkannya menjadi menantunya.<br />
<br />
Tanpa sengaja, ketika Narsih sedang asyik bercerita, motor saya melawati lubang yang cukup membuat motor bergoyang keras, dan bibir Narsih sempat menempel di leherku bagian belakang (aku sedikit geli, tetapi tentu senang dong) dan krah bajuku terkena warna merah lipstiknya. Dia segera membersihkan krah tersebut, kawatir dicurigai istriku macam-macam. Tapi aku tenang saja, bahkan aku bilang: “Nggak apa-apa koq, ditempeli sekali lagi juga nggak apa-apa, apalagi kalau nggak cuma di krah baju”. “Ih, pak Wawan macam-macam …, nanti dimarahi ibu lho.”, katanya agak genit.<br />
<br />
Beberapa minggu kemudian nggak ada kejadian istimewa, sampai suatu hari Narsih sakit diare dan nggak bisa masuk kantor. Pembantunya menyusul ke puskesmas, dititipi pesan agar kalau saya sudah tidak terlalu sibuk bisa menengok dirinya, mungkin bisa memberi advis mengenai pengobatannya.<br />
<br />
Setelah pasien sepi dan tak ada pekerjaan kantor yang berarti, aku menjenguknya ke rumahnya, dan diminta masuk kamar tidurnya. Waktu itu suaminya nggak ada di rumah, karena sehari-hari suaminya bekerja di suatu pabrik di kecamatan sebelah. Aku melihat dia berbaring di ranjang, walau pun sedang sakit, tetapi kulihat wajah dan tubuhnya justru makin merangsang dibalut baju tidur yang cukup seksi.<br />
<br />
Kawatir aku nggak bisa menahan diri di kamarnya, aku segera minta padanya, kalau masih bisa jalan (aku lihat sakitnya biasa saja), untuk pergi ke rumahku setelah jam kantor minta diantar pembantu. Toh, jaraknya cukup dekat. Sementara itu dia kuberi obat seperlunya.<br />
<br />
Sepulang kantor, Narsih datang ke rumah diantar pembantu, kemudian pembantunya disuruhnya pulang duluan, sehingga aku dan dia tinggal sendirian di rumahku. Pembantuku (suami-istri) kalau siang seusai bekerja pulang ke rumahnya dan petangnya kembali lagi, sebab mereka adalah penduduk desa setempat.<br />
<br />
Narsih kusuruh masuk ke kamar periksa, kemudian kuminta berbaring di tempat tidur periksa. Aku memasang stetoskop, dan kuminta dia untuk membuka sebagian kancing atasnya (Narsih memakai pakaian rok dan kemeja blues yang dikeluarkan). Aku mula-mula serius memeriksa dadanya dengan stetoskop, tetapi begitu melihat sembulan buahdadanya yang nggak besar di balik BHnya, aku tiba-tiba berdebar dan bergetar. Aku nggak pernah bergetar bila memeriksa pasien wanita lain, tetapi menghadapi Narsih koq lain.<br />
<br />
Dengan spontan tanpa meminta ijin dari empunya, buahdadanya kuraba halus dari luar dan kuelus-elus. Narsih tak membuat gerakan penolakan, matanya justru terpejam sekan menikmati. Seluruh kancing bluesnya langsung kucopoti, sehingga BH Narsih itu terlihat bebas menantang.<br />
<br />
Bibirnya kukulum dengan cepat, sambil tanganku masih mengelus-elus buahdadanya dari luar BH nya yang belum kulepas. Seperti yang sudah kuduga, kuluman bibirku disambutnya dengan ciumannya yang lembut tapi hebat. Lidahku kujulurkan dalam-dalam ke langit-langit mulutnya, sebaliknya lidahnya segera membalas dengan memilin lidahku. Aku melihat Narsih terengah-engah menahan emosinya, sambil mengerang: “Ssssh, pak Wawan, pak, ah … argghhh … ssshhh”.<br />
<br />
Tanpa menunggu lama, sambil Narsih masih tetap terbaring dan mulutnya masih kubungkam dengan bibirku, cup BH nya kuangkat ke atas tanpa kucopot kancingnya terlebih dulu. Susunya langsung tersembul keluar dengan indahnya. Benar dugaanku susunya tak besar, tetapi bagus dan kencang dengan puting susu kemerahan yang tak terlalu menonjol. Itulah susu Narsih yang sudah kubayangkan beberapa lama dan ingin kukulum. Itulah sepasang buah dada Narsih yang masih kenyal belum sempat mengeluarkan ASI karena belum sempat hamil.<br />
<br />
Tangan kananku segera meraba-raba pentilnya bergantian kanan dan kiri dengan gerakan memutar yang halus. Narsih makin menggigil dan tambah mengerang: “Paaak, Narsih malu paak … ssshhh aargghhh … ssshh …”. Aku terus menjilati bibir dan wajahnya sambil berdiri, dan tanganku memijat-mijat susunya yang ranum. Tangan Narsih merangkul leherku, matanya berkejap-kejap, sambil mulutnya terus mendesah di tengah-tengah kuluman lidahku.<br />
<br />
Setelah puas menjilati wajah dan bibirnya, mulutku beralih ke leher dan belakang telinganya. Dia makin menggelinjang sambil setengah menegakkan kepalanya. Aku masih terus berdiri, stetoskopku sudah kulempar jauh-jauh. Segera kemudian, mulutku sudah berada di puting susu kirinya. Aku jilat sepuasnya. Dada Narsih menggeliat dan sekali-kali membusung, sehingga susunya makin terlihat indah dan menggairahkan. Desisan Narsih makin menghebat, “Aaarggghhh, paaaak, aku nggak tahan paaak …”. Tanganku pelan-pelan menelusuri pahanya yang mulus walau pun berkulit agak sedikit gelap. Tapi warna kulit seperti ini justru sangat merangsang diriku. kontol di balik celanaku sudah menegang sejak tadi ketika aku mulai pertama kali melihat BH nya. Aku mulai menelusuri pahanya pelan-pelan ke atas menuju selangkangannya di balik rok yang masih dipakainya, sambil aku masih terus menggelomohi kedua puting susunya. Kulirik wajah manis perawatku ini. Ah, betapa makin merangsangnya tampakan wajahnya, yang sambil sedikit merem-melek matanya menahan nafsu birahi, mulutnya mendesis mengerang terus menerus walau pun tidak dengan suara yang keras, “Aaarghh, paakk, aku … aku nggak tahan lagi paak.”<br />
<br />
Tetapi, begitu tanganku sampai di pinggir celana dalamnya, tiba-tiba dia tersadar dan langsung bilang, “Ah, pak, jangan sekarang pak ..”. Aku agak kaget, “Mengapa Sih? Aku sudah nggak tahan Sih, kepingin menelanjangi kamu.” Narsih menjawab: “Kapan-kapan pak untuk yang itu.”.<br />
<br />
Aku tak berani nekat meneruskan, tapi wajah, bibir, dan susunya masih terus kujilati bergantian.<br />
<br />
Aku berciuman seperti itu sambil pakaianku masih lengkap dan masih tetap berdiri, sedang Narsih sudah setengah bugil sambil tetap tergolek di ruang periksa, kurang lebih setengah jam. Akhirnya, karena aku kawatir kalau istriku datang dari kantor, maka perbuatan kami yang sudah kerasukan nafsu birahi yang menggelegak itu kuhentikan, dan Narsih kusuruh berpakaian kembali dan kuminta segera pulang. Aku sempat berciuman sekali lagi. Mesra, seperti sepasang kekasih yang baru dilanda asmara.<br />
<br />
Beberapa hari kemudian, setelah kantor tutup, Narsih yang sudah sembuh dari diarenya, kuminta datang ke rumah. Dia datang masih memakai seragam dinas. Demikian pula aku.<br />
<br />
Kusuruh dia duduk di sampingku di sofa ruang tamu. Ruang tamuku tetap kubiarkan terbuka pintunya, toh aku tetap bisa mengontrol situasi luar rumah dari kaca besar berkorden dari dalam. Orang luar tak bisa melihat ke dalam, sebab pencahayaan dari luar jauh lebih terang.<br />
<br />
Melihat situasi luar yang cukup aman, dan saat itu di rumah dinasku hanya ada aku dan Narsih, maka kuberanikan mencoba melanjutkan apa yang sudah kumulai beberapa hari sebelumnya.<br />
<br />
Narsih yang berada di samping kananku langsung kupeluk mesra, kuelus rambutnya dan kucium bibirnya dengan rasa sayang. Namun tanpa kuduga, dengan ganas (Narsih sepintas kuperkirakan adalah wanita yang hiperseks, dan di kemudian hari dia memang mengakuinya kalau dia nggak pernah puas ketika berhubungan seksual dengan suaminya, walau pun menurut ukurannya suaminya mempunyai kemampuan seksual yang sangat hebat), dia menyambut ciumanku dengan jilatan-jilatan lidahnya yang memilin-milin lidahku. Tangannya dengan berani meraba selangkanganku yang tertutup celana dinas dan meraba kontolku yang sudah menegang ketika mulai berciuman tadi. Kontolku dikocoknya dari luar dengan trampil dan membuatku keenakan (jujur saja, istriku tidak bisa seperti itu).<br />
<br />
Secara cepat dan trengginas, karena nafsu yang sudah berkobar-kobar, aku pun langsung membuka kancing seragam atasnya, dan dengan lahap kukeluarkan seluruh buah dadanya yang ranum dari cup BH tanpa membuka kancing yang terletak di belakangnya. Susunya langsung kuremas dengan lembut, pentilnya yang imut kupilin-pilin sampai menegang, dan aku terus menciumi bibir dan kadang menciumi wajah dan belakang telinganya. Narsih meregang, dan kali ini dia memanggilku tidak lagi pak atau dok, tetapi sudah berubah menjadi `papa?, “Ehmmpph, sshh … paaaaaah, aku sayang kamu paaah, Narsih sayang papaaah … aaarghh ….”.<br />
<br />
Aku pun berganti menjawab sekenanya dan seberaninya, “Aku juga sayang Narsih, bener aku sayang kamu, hari ini aku ingin memasukkan kontolku ke tubuhmu, sayang, boleh?”<br />
<br />
Narsih langsung menjawab, “Boleh yaaaang, boleh … arrghhh … sshhshh … cepatan ya yaaaang … aaaargrhhh ….”.<br />
<br />
Mendengar jawaban itu, tanpa ragu, aku segera memasukkan jari kedua tanganku ke selangkangannya yang masih tertutup seragam dinas, dan dengan bernafsu kucari celana dalamnya, dan begitu ketemu, tanpa ba-bi-bu lagi langsung kupelorot dan kusimpan di saku celanaku. Demikian pula Narsih, dengan terengah-engah, langsung dia membuka resleting celanaku dengan sebelumnya melepaskan ikat pinggangku yang kemudian dia lempar jauh-jauh, dan tangannya dengan cepat menyergap kontolku yang berukuran panjang 14 cm dengan diameter yang cukup besar. Aku ikut memelorotkan celanaku walau pun nggak sampai kulepas sama sekali. Tangannya dengan cekatan mengelus kontolku, mengocoknya, sembari tubuhnya menggelinjang karena jariku sudah mengelus tempik vaginanya yang basah. Sebagian jariku pelan-pelan kumasukkan ke dalam lubang tempiknya, dan kugeser-geser melingkari lubang sempit itu. Jempolku mencari kelentitnya, begitu ketemu kuelus dengan permukaan dalam jempol.<br />
<br />
“Ah, paaah, aku nggak tahan paaah … aggghhh, ….. paaaah …..eeennaaak paaah …”, dia mengerang setengah berteriak, tetapi mulutnya segera kubungkam dengan mulutku, kukulum agar suaranya tidak terdengar oleh orang-orang yang mungkin ada di luar, kemudian kujilati bibir dan seluruh permukaan wajahnya sampai basah terkena ludahku.<br />
<br />
Sambil setengah bergumul, mataku selalu waspada melihat keadaan luar rumah melalui kaca berkorden untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada orang yang mau masuk ke rumah. Karena situasi yang tidak terlalu aman itu, aku tidak berani melakukan adegan birahi kami ini dengan berbugil total..<br />
<br />
Tanpa menunggu lama lagi, karena darah birahi yang sudah sampai ke ubun-ubun, tubuh Narsih kutarik ke depan tubuhku, sambil dia tetap duduk menghadap ke depan membelakangiku, dan aku bersandar setengah duduk di sofa, dengan perlahan tapi pasti, rok bawahannya kusingkap dan kuangkat, pantatnya kupegang, selangkangannya yang sudah tak bercelana dalam kurenggangkan lebar-lebar, pahaku kurapatkan dengan kontol yang mengacung ke atas, kemudian tangan kiriku memegang kontol dan kubimbing masukkan ke vagina tempik (memek)-nya. Narsih ikut membantu memegang kontolku dengan tangan kanannya, dan perlahan-lahan pantatnya diturunkan ke bawah. Vaginanya terasa sempit juga (mungkin karena belum pernah melahirkan bayi), tetapi berkat bantuan lendir vaginanya yang sudah banyak, tanpa kesulitan yang cukup berarti kontolku akhirnya berhasil masuk juga ke sebagian vagina depannya. Narsih sambil menghadap ke depan terus mengerang, pantatnya mulai bergoyang-goyang, dinaik turunkan, agar kontolku bisa lebih masuk ke dalam.<br />
<br />
“Aduuuh paaaaah, enaaak paaaah …. Ssshhh … arggh , aaduuuh paaah …”, erangnya. Aku juga mulai mendesis merasakan enaknya tempik perawatku yang sangat manis dan hot ini, sambil benakku berseliweran membayangkan keberanianku menyetubuhi istri orang. Ah, persetan, salahnya punya istri manis disia-siakan, sehingga masih mencari memek atasannya. Betul-betul vagina yang nikmat, nggak salah aku ditempatkan di puskesmas ini, aku bisa menikmati sepuasnya vagina Narsih yang sedap. Kepunyaan istriku sendiri tidak senikmat ini.<br />
<br />
“Narsiiih, kamu memang enaak, Narsih …” begitu desisku.<br />
<br />
Sambil aku juga ikut menggerakkan pantatku naik turun seirama dengan naik turunnya pantat Narsih, aku mengocok kelentit Narsih yang ada di depan dengan tangan kananku. Tangan kiriku terus meraba habis susunya yang terasa kenyal di depan. Narsih makin menggelinjang seperti cacing kepanasan, karena kocokan jariku pada kelentitnya yang makin menonjol. Pantatnya makin dia goyangkan selain naik turun juga ke kanan kiri. Rasanya bukan main enak, tak terkirakan. Beginilah rupanya rasa tempik Narsihku, Narsihku yang bisa menggantikan tugas istriku di siang hari, Narsihku yang mempunyai gerakan tubuh yang hebat dan nikmat.<br />
<br />
“Siiiih, kamu sayang papa beneran nggak, aku eeennnaaaak Siiih ….!”<br />
<br />
“Aaaaduuuh paaaah, Narsih sayang paapaaaah, eennaaak juga aku paaaah, koq bisa enaaak gini ya paaaah? Aaaargghhhh ….. ssshh … arrrgggghhhhhhhhhhhhhhhh …. Paaaaah …”<br />
<br />
Aku makin cepatkan kocokanku naik turun, demikian pula Narsih, dia makin menggeliatkan tubuhnya ke sana kemari. Sayang, aku nggak bisa melihat tubuh indahnya sambil berbugil, karena situasinya yang tak memungkinkan.<br />
<br />
Tiba-tiba Narsih, setengah berteriak bergetar-getar tubuhnya, “Aaarghhh … paaah, aku nggak tahaaan paaaah, aku mau orgasme paaaaah, paaaaah …”. Aku sendiri hampir nggak tahan juga merasakan denyutan tempiknya yang asyik. Sekali lagi, betul-betul tempik yang enak dan nikmat<br />
<br />
“Nggak apa-apa Siiih, kalau mau orgasme, nggak usah ditahan Siiih, papa juga mau keluar, aarghhh …”.<br />
<br />
Gerakan kontolku makin kupercepat walau pun tidak terlalu bebas, karena posisiku yang di bawah, sambil tanganku mengocok susu dan bibir Narsih kucari dan kumasukkan jempolku ke mulutnya dan segera diempotnya seperti bayi sambil terus mendesah. Tak lama kemudian, Narsih mengejang, “Arrrggghhhhh paaaaaaaaah …. Arrrghhhhhh ……”, badannya bergetar, rupanya Narsih telah orgasme hebat. Kontolku terasa dijepit berdenyut-denyut. Karena proses orgasme tubuhnya menggeliat seksi ke belakang sehingga tampak makin menggairahkan.<br />
<br />
Pemandangan itu, walau cukup kulihat dari belakang, membuat aku juga sudah merasa nggak tahan lagi, geli hebat mulai terasa di ujung kontol yang masih berada di tempik Narsih. Goyanganku kupercepat lagi, Narsih kupeluk erat-erat, dan … “Aaaarhggggghhh … aku juga keluar Siiiih … eenaaaak Siiih …..”.<br />
<br />
Pantat Narsih kutarik keras-keras ke bawah agar seluruh kontolku terbenam di tempiknya, dan kusemprotkan keras-keras air maniku ke dalam vaginanya, sambil berharap agar ada spermatozoa yang bisa menyerbu ovumnya sehingga menghasilkan pembuahan, karena mendadak hari ini aku merasa mencintai Narsih, tidak sekedar mencari kepuasan seksual saja.<br />
<br />
“Ooooh paaaah, aku cinta kamu paaaah …., Narsih sayang kamu paaah. Aku kepingin anak dari kamu paaah …” kata Narsih sambil terus memutar-mutarkan dan menekan pantatnya menjadikan kontolku seperti diperas-peras isinya, dan beberapa kali menyemprotkan mani sampai ludas. “Aku juga sayang kamu, Narsih … kapan-kapan aku ingin mengajakmu main seks sambil betulan telanjang bulat, mau ya Siih …?”<br />
<br />
Narsih langsung menjawab dengan manja: “Tentu Narsih mau sekali paah, minggu depan ya paah, kita cari tempat enak untuk bikin anak yang nikmat ya paah?”<br />
<br />
Sambil tubuh Narsih masih terduduk di atasku yang juga separuh duduk, lehernya agak kuputar kesamping, dan bibirnya kucium sayang, mesra sekali, sementara kontolku masih tetap berada di dalam jepitan tempik-vaginanya yang masih juga terus berdenyut nikmat ….<br />
<br />
Setelah persetubuhanku yang pertama dengan Narsih perawatku, di hari-hari berikutnya di kantor setiap hari kami selalu menyempatkan berciuman dan bercumbu. Kadang-kadang kami melakukannya di gudang obat di siang hari menjelang puskesmas tutup, kalau pas semua petugas lainnya sudah pada pulang. Di gudang, aku melampiaskan nafsuku dengan menciuminya dan mengangkat rok seragam dinasnya, meremas susunya dengan sedikit membuka beberapa kancing kemeja, meraba tempik dan kelentitnya sampai Narsih menggelinjang panas, menggeser-geserkan kontolku ke tempiknya tanpa melepas celana dalam masing-masing, sampai kami berdua orgasme tanpa bersetubuh. Bagaimana pun, kami tak berani bersetubuh di kantor, sebab kawatir ketahuan orang.<br />
<br />
Pernah, ketika Narsih sedang merawat pasien, membersihkan luka ringan di kepala bagian belakang pasien (pasiennya menelungkup di tempat tidur periksa), aku masuk kamar, pintu kamar perawatan kukunci, kemudian Narsih kudekati dari belakang dan pelan-pelan kuciumi lehernya yang jenjang, roknya kusingkap ke atas sampai pantatnya jelas tampak terlihat indah, lalu celana dalamnya sedikit kupelorot, dan jariku kumasukkan ke sela-sela tempiknya. Kumainkan jariku di dalam tempiknya yang basah sambil sekali-kali kumanipulasi kelentitnya yang menegang, sampai Narsih menggelinjang kenikmatan dengan sedikit terengah-mendesah hampir tak terdengar “… Ssshhhhh …hhh” (berabe dong kalau pasien lelaki itu sampai mendengar desahan perawatnya) dan beberapa kali tangannya yang memakai sarung tangan plastik melepaskan kapas beralkohol atau Betadine yang digunakannya untuk membersihkan kepala pasien. Kemudian kontolku yang masih tertutup celana kugeser-geserkan ke sela-sela pantat Narsih yang celana dalamnya sudah kupelorot ke bawah tanpa kulepas. Sampai akhirnya aku orgasme keenakan setelah sekitar seperempat jam menggeserkannya ke pantat Narsih yang kenyal padat itu. Rupanya, dari raut wajah dan engahannya, walau aku tak tahu pasti, Narsih pun akhirnya orgasme karena kocokan jariku di dalam liang vagina dan kelentitnya itu.<br />
<br />
Perbuatanku merangsang Narsih dan diriku ketika sedang merawat pasien hanya sekali itu saja kulakukan, sebab selain aku takut ketahuan pasien atau orang lain (sebab di luar kamar periksa ada beberapa anak buahku, yang mungkin saja tiba-tiba ingin masuk), juga bisa mengganggu proses perawatan pasien.<br />
<br />
Seminggu setelah persetubuhanku yang pertama dengan Narsih, ketika itu hari Selasa (setiap minggu dua kali ada perawat wanita lain yang membantu datang ke puskesmasku, Selasa dan Kamis) aku janjian dengan Narsih untuk ketemu di suatu tempat di kota kabupaten, karena kebetulan aku saat itu mengurus sesuatu di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten. Hari itu aku ingin mengajak Narsih bergelut bugil total di suatu tempat yang aman.<br />
<br />
Setelah urusanku pagi itu di kantor dinkes selesai, aku langsung menuju ke tempat janjian dengan Narsih. Aku tunggu di mobil sekitar setengah jam, Narsih akhirnya memenuhi janjinya datang.<br />
<br />
“Siapa yang ada di puskesmas, Sih?”, tanyaku untuk memastikan bahwa ada petugas perawat yang tinggal di puskesmas, supaya tidak mengganggu pelayanan kesehatan. “Oh, ada mbak Amani yang tugas koq pa.”, jawabnya. Setelah memastikan semuanya beres, langung kutanya lagi Narsih: “Mau kamu kuajak ke S jalan-jalan?”. Jawab Narsih: “Mau pa. Tapi, ayo cepat, biar nggak kesorean pulangnya, sebab aku bilang kepada pembantu kalau aku pulang sebentar menengok ibuku”. Memang ibu Narsih bertempat tinggal di kabupaten yang sama, tetapi di kecamatan yang agak jauh dari rumah Narsih sekarang.<br />
<br />
Langsung mobilku kupacu cepat ke kota S, sebab saat itu sudah pukul setengah sepuluh pagi, dan kuperkirakan paling lambat pukul 4 sore sudah harus sampai kembali di rumah. Waktu itu aku belum tahu apakah di kota kabupaten ini ada hotel yang bisa dipakai kencan pendek atau tidak, makanya kuputuskan saja ke kota S, yang pasti ada tempat untuk begituan.<br />
<br />
Di tengah jalan, Narsih ingin berhenti untuk membeli celana dalam baru, aku juga nggak tahu apa alasannya membeli baru itu. Tapi nggak kupikirin. Perjalanan ke S kurang lebih 1 jam. Di tengah jalan kemeja seragam dinasku kucopot dan kuganti dengan kemeja lain, sedang Narsih kemeja dinasnya ditutupi dengan jaket.<br />
<br />
Setelah sampai di S, aku tawari Narsih untuk ke pantai yang mempunyai motel-motel yang bisa dipakai kencan gelap. Narsih setuju saja.<br />
<br />
Sampai di pantai, aku pesan kamar yang cukup besar. Kamar-kamar di sini tak terlalu bagus, tapi lumayanlah untuk kencan singkat. Toh yang diperlukan cuma kasur dan air cukup untuk mandi. Waktu itu di S belum ada hotel atau motel bagus yang sekarang bertebaran bisa digunakan untuk keperluan seperti itu.<br />
<br />
Begitu masuk kamar, Narsih langsung kupeluk dan kuciumi, dan segera kupreteli jaket, kemeja dan roknya sampai tinggal celana dalamnya. Begitu hampir telanjang seperti itu, aku terpesona dengan tubuhnya yang ternyata sangat indah dengan kulit yang agak gelap. Baru hari itu aku melihat tubuh indahnya hampir bugil total.<br />
<br />
Sebelum bertindak lebih jauh, Narsih minta pause untuk pipis dulu di kamar mandi. Sementara dia di kamar mandi, aku segera melucuti pakaianku sendiri sehingga tinggal celana dalam saja dengan kontol yang tampak menyembul tegang di dalamnya. Aku susul Narsih ke kamar mandi, dia sudah selesai pipis, celana dalamnya sudah dipasang lagi. Tanpa ayal di kamar mandi, dia kupepet ke dinding, dan kugelomohi seluruh tubuh setengah bugilnya dengan lidahku. Dengan ganasnya Narsih juga berbalik menciumi diriku. Habis-habisan susu ranumnya kujilat dan kugigit halus di sekitar pentilnya, sebab aku tak berani menggigitnya keras-keras (nyupang), takut ketahuan suaminya nanti. Kemudian, lidah kami saling bertaut dan saling memilin. Pokoknya kami keluarkan semua hasrat seksual ini tanpa hambatan, dan kesempatan bebas ini sudah kami tunggu beberapa hari.<br />
<br />
Tak sabar, celana dalam Narsih kupelorot dan kulempar jauh-jauh ke sudut kamar mandi. Dengan posisi Narsih yang masih berdiri, jilatan lidahku kuturunkan pelan-pelan dari bibir, leher, susu, perut, sampai akhirnya ke lipatan selangkangannya. Tanpa memandangi isi lipatan itu, lidahku kujulurkan ke sela-sela jembutnya yang tak terlalu lebat. Mula-mula Narsih merapatkan pahanya, katanya geli “Ah, pah … aku geli, jangan pah …”.<br />
<br />
Tapi aku nggak peduli, dengan Narsih yang masih berdiri dengan punggung menempel rapat di dinding kamar mandi, kukangkangkan selangkangannya lebar-lebar. Aduh, kulihat pemandangan cantik dari tempiknya yang merah kehitaman dengan liang yang sempit. Nafsuku makin berkobar, kontolku makin tegang tidak karuan. Mulutku langsung kudekatkan ke tempik Narsih, dan kujilat tepi liangnya pelan-pelan. “Aachhhh …. Ngkkkkrrr … aarrghhhh pah, papaaaaaah …. “, teriaknya keras. Narsih kelihatan menggeliat keras sambil spontan merapatkan selangkangannya sehingga kepalaku terjepit pahanya. Lidahku makin menggila saja, kumasukkan jauh-jauh ke dalam liang tempik Narsih yang baunya membuatku makin bergairah. Beberapa kali kugigit ringan labia minor dan mayornya. Tak lupa kelentitnya yang menonjol indah juga kukulum habis-habisan. Narsih makin menggelinjang nggak karuan. “Paaaah, Narsih nggak tahan paaah, ayo pah … ke tempat tidur saja.”, katanya terengah-engah setengah lemas.<br />
<br />
Karena aku tak kuat menggendongnya, aku bimbing cepat dia keluar kamar mandi menuju ke tempat tidur.<br />
<br />
Di tempat tidur, segera kutindih tubuh bugilnya yang kenyal itu sambil kuciumi bibir dan langit-langit mulutnya. Narsih rupanya sudah terangsang hebat, dia melenguh, “Aachh paaaah …. “.<br />
<br />
Celana dalamku yang masih kupakai sejak tadi langsung kupelorot saja, sehingga akhirnya kami berdua bergumul dan bergelut dalam keadaan telanjang bulat. “Paaah, ayao paaah masukkan saja, nggak usah lama-lama ….”, Narsih setengah memohon. Padahal aku sendiri sebetulnya masih ingin lebih lama menjilat-jilat dulu sebelum memasukkan kontol ke tempiknya.<br />
<br />
Mendengar permohonannya itu, kontolku yang sedari tadi sudah mengacung tegang, mulai mencari tempiknya. Narsih yang telentang, telah mengangkangkan pahanya terlebih dulu tanpa disuruh. Dengan dibantu tangan Narsih, kontolku perlahan dimasukkan ke liang tempiknya. “Aduh enaknya”, kata hatiku. Ternyata tempik Narsih cukup dahsyat rasanya, begitu masuk, pelan-pelan kugoyangkan pantatku ke kanan-kiri agar dengan mantap kontolku ambles ke dasar tempik Narsih. Hari ini jelas lebih enak dari pada seminggu yang lalu ketika aku memasukkan kontolku dari belakang sambil duduk.<br />
<br />
Narsih tidak tinggal diam. Dia begitu aktif menaikturunkan pantatnya. Kontolku serasa dikulum. Tempik Narsih memang masih sempit, walau pun sudah dimasuki berkali-kali oleh kontol suaminya selama dua tahun (dan aku dengar dari tetanggaku juga sudah pernah disetubuhi oleh pacarnya sebelum suaminya sekarang ini).<br />
<br />
Sambil melumat pentil susunya yang sangat indah bergoyang ketika Narsih menggelinjang kesana kemari, aku juga melirik ke bawah melihat gerakan tempiknya yang naik turun. Oh, betapa asyik pemandangan ini. Narsih memang hebat dalam bercinta, dia betul-betul cewek yang hiperseks dan menggairahkan.<br />
<br />
Mulutnya terus berbunyi, “Ooooh, aaaacchhh …. Paaah …. Papaaaaaah… oooooch … Arrrgh … iiih … paaaah …!”<br />
<br />
Setelah beberapa saat, Narsih menginginkan aku yang mengangkang, dan dia yang merapatkan selangkangannya, “Pah, aku yang merapatkan paha ya …?”, ia memohon. “Boleh”, kataku.<br />
<br />
Setelah merapatkan pahanya, aku dimintanya menggoyang naik turun, “Ayo pah, goyang, pah”. Aku turuti semuanya, aku goyangkan naik turun kontolku ke tempiknya yang merapat. Memang aku agak kesulitan, karena gerakan ini aku tak terlalu enak bagiku karena terhalang sempitnya vagina Narsih yang dirapatkan, tapi demi sayangku pada Narsih ya nggak apa-apa. Narsih rupanya menikmati posisi seperti itu. Erangannya makin menjadi-jadi, “Oooooh…. Oooooch … paahh, aku nggak kuat lagi paaaaah, … aarcggghhh …”. Dia makin menggelinjang, tempiknya ikut dia geser-geserkan tutup buka yang tak terlalu lebar. Aku juga mulai menikmati gerakan ini, walau pun rangsangannya bagiku tak terlalu hebat. Lidahku terus mengenyot puting susunya yang terus bergoyang-goyang, tanpa sadar timbul cupang kecil di sisi sebelah dalam dari pentil susu kanannya karena gigitanku, ah sebodo amat, pikirku. Akhirnya, dengan erangan yang cukup keras dan mengagetkan, “Aaaachh paaaaah, aku mau sampaaaiii paaaah … ooochhh ..”, dia menggelinjang dan segera membuka tempiknya lebar-lebar, dan kusambut dengan kakiku yang ganti merapat dan menghunjamkan kontolku dalam-dalam de dasar tempiknya yang lezat itu. Narsih menggeliat, dengan dada yang dibusungkan ke atas yang makin memperindah tampakan pasangan susunya, dan … “Aaaach paaah, aku ….. aaaach … saaaampaiiii paah … ooooiiich …”. Narsih bergetar sebentar dan lemas, dia telah orgasme. Kontolku di dalam terasa berdenyut-denyut dikenyot oleh otot dalam tempiknya. Nikmat rasanya. Tapi aku belum sampai, walau pun kalau digoyang sedikit saja, pasti sudah orgasme juga.<br />
<br />
Kubiarkan Narsih beristirahat karena kelihatan energinya terkuras dengan datangnya orgasme dahsyat barusan. Kuteruskan jilatan lidahku pada bibir dan dadanya. Aku tidak mau melepaskan kontolku dari tempiknya. Kasihan dia.<br />
<br />
Setelah pause sejenak, aku mulai mencopot kontolku dari tempik Narsih yang basah. Aku berputar dengan wajahku di bawah dan kontolku di wajah Narsih. Narsih tetap terlentang. Mulai kuserbu lagi tempik Narsih dengan jilatan lidahku. Narsih pun demikian, dia mulai mengulum permukaan kontolku, tapi sayang, kulumannya tidak terlalu enak, bahkan agak geli, dan sekali-sekali tergigit, sehingga kenyamananku terganggu. Rupanya Narsih belum pandai mengulum kontol. Mungkin suaminya tidak pernah mengajarinya untuk mengulum kontol dengan benar, atau suaminya memang tidak suka dikulum-kulum kontolnya.<br />
<br />
Posisiku kuubah kembali, aku melorot ke bawah di antara kedua pahanya, dan tetap memainkan lidahku di kelentitnya. Sekali-sekali kupandangi tempik Narsih. Ternyata dari jarak dekat ini, tempik Narsih sangat bagus, dikelilingi jembut yang tipis tetapi melingkari sisi atas kanan dan kiri tempik secara teratur. Kelentitnya cukup menonjol. Lendir tempik tidak berlebihan, baunya pun merangsang gairah nafsuku. Lubang anus di bawah juga sempit, bersih, dan jelas tidak pernah dimasuki benda apa pun. Lubang anusnya pun kujilati yang membuat Narsih mendesis sambil mengangkat pantatnya, sehingga tempiknya pun makin menganga lebar. Kupindahkan lagi lidahku dari anus, dan kusergap lubang tempiknya, kujilati lagi, dan Narsih kembali mengerang, rupanya gairahnya setelah orgasme pertama sudah pulih lagi , “Ayooo paaah, dimasukkan lagi … papaaah ‘kan belum … ooooch paaaah … “.<br />
<br />
Aku kembali merayap ke atas dan kembali Narsih kutindih, dan kontolku siap kumasukkan lagi ke liang tempiknya yang tetap menganga lebar. Narsih menggeliat-geliat tak beraturan. Aku dengan setengah duduk, menghunjamkan kontolku ke dalam tempiknya dalam-dalam, secara teratur kukeluar-masukkan. “Aaach … acchhh, paaah …”. Narsih menyambut gerakanku dengan memutar-mutar pantatnya, sehingga kontolku terasa diperas-peras. “Addduuuh, Narsih, eeenaaak Narsiiiih …”. Narsih pun menjawab dengan mengerang pula, “Yaa, sayyyaaaang, aku saaaayaaang papaaah, ooooch papaaaah … aku cinta papaaaah Wawaaan …”. Dia mengerang terus dan terus, sambil geliatannya makin menghebat, ditingkahi gerakan susunya yang makin merangsangku. Mata Narsih terpejam, dengan bibir indah yang menggumam namaku sekali-sekali. Oh, kamu manis sekali Narsihku. Kamu bidadariku. Kamu asyik-menggairahkan sekali. Kamu tak akan kulepas sampai kapan pun. Akan kusuburkan benih rahimmu dengan spermaku.<br />
<br />
Akhirnya rasa geli yang memuncak di kontolku tak tertahankan lagi. Juga Narsih makin mengelojot. “Naaarsssssih, aku mau keluuuuaaar Sih …., aku masukkan semuanya ke tubuhmu Siiih …”. “Yaaah, paaaah, tolong aku dibikinkan anak paaaaah … ooooch paaaaah”.<br />
<br />
Air maniku tak tertahankan lagi menyemprot beberapa kali ke dalam liang tempik Narsih yang kusayangi ini. “Acch Siiiih ….”. “Semprot yang kuuuaaat paaaah, aku sayang kamuuu paaaah, … ooooch …”.<br />
<br />
Langsung Narsih kudekap erat-erat, kedua kakinya dilingkarkan ke pinggangku erat-erat, seperti nggak mau dipisahkan lagi. Kontolku dikenyot-kenyot oleh tempiknya yang berdenyut-denyut menerima spermaku. Rasanya aku makin sayang Narsih.<br />
<br />
Tak terasa jam terus bergulir. Tapi masih ada waktu.<br />
<br />
Kusuruh Narsih membersihkan tempiknya, dan pipis, aku pun demikian. Aku masih ingin melanjutkan permainan ke babak berikutnya.<br />
<br />
Setelah ngomong-omong ringan sambil berbaring, kontolku di pijat-pijat oleh jari-jari Narsih yang lentik. Dia cukup pintar memijat kontol (walau pun tidak bisa mengulum kontol), sehingga kontolku bangun kembali. Narsih tersenyum manis. Rupanya dia menginginkan hari itu diakhiri dengan kehangatan sekali lagi. Aku pun merespons dengan menciumi bibir, hidung, leher, telinga, dan seluruh wajahnya, sehingga semuanya basah mandi ludahku. Dia senang dengan gelomohan lidahku itu. Sambil jari-jariku kembali mengobok-obok tempik-vagina dan kelentitnya.<br />
<br />
Karena waktu yang tak mau berkompromi, sehingga kami harus cepat-cepat pulang, maka permainan harus cepat diselesaikan.<br />
<br />
Narsih kuminta untuk membalik badan, dan sedikit mengangkat pantat atau menungging. Tanganku kujelajahkan pada seluruh permukaan tempiknya dari belakang. Pemandangan dari belakang ternyata tak kalah indahnya, kelihatan tempik yang merekah merah kehitaman dengan liang yang menggoda. Gairahku langsung ke puncak ubun-ubun melihat pemandangan seperti itu. Tanpa lama-lama, kontolku dengan bantuan tangan kanan Narsih kuserobotkan masuk ke dalam tempiknya dari belakang. “Aduuuh paaaah, eenaaak paaaah”, gumam Narsih. Satu tanganku kulingkarkan ke depan dan meremas-remas susunya yang menggantung indah. Narsih makin mendesis kenikmatan, aku pun juga nikmat. Tapi Narsih tak bertahan lama menungging, mungkin kelelahan, dia segera merebahkan pantatnya ke ranjang tetap sambil tengkurap. Kuikuti saja posisinya, sambil terus menghunjamkan keluar masukkan kontolku. Narsih makin mengerang, ibu jariku kumasukkan ke mulutnya, dan dia isap keras-keras. Aku terus menggoyangkan kontol, disambut dengan gerakan ringan dari Narsih yang juga memaju-mundurkan pantatnya. Tapi rupanya dia agak lelah, sehingga gerakannya tidak sedahsyat tadi. Kujilati punggungnya dari belakang. Rupanya dia sangat terangsang dengan jilatan itu, sehingga erangan dan desahannya kerasnya muncul kembali. “Aaaduuh paaah, nggak kuuuaaat paaaah, geeliiii … “. Aku sodokkan terus kontolku sambil menjilati punggung dan meremas susu dari belakang. Lehernya kutolehkan ke samping, mulutnya kucari dan kugelomoh dengan bibirku, aduh, rupanya dia sangat terangsang, mulutku dibalas dengan jilatan bibirnya dari samping dengan ganasnya.<br />
<br />
Aku tiba-tiba merasa akan sampai. Dengan cepat kubalikkan badannya, dan kontolku yang terlepas kembali kuhunjamkan dalam-dalam ke tempiknya yang sudah telentang kembali. Narsih juga merespons dengan melingkarkan lagi kakinya rapat-rapat ke pinggangku sambil menaikturunkan pantatnya. Kontolku seakan-akan diisap-isap. “Paaaah, ayo cepet keluar paaaah, aku mau keluuuaaaar paaaah …. Oooooocccc iiiicch …”, teriak Narsih. Mendengar erangannya, aku makin terangsang, kenikmatanku mulai sampai ke ujung kontol, dan segera kumuntahkan air maniku untuk kedua kalinya hari itu jauh-jauh ke dalam rahimnya, “Aaaaach Narsiiiih, aku keluuuuaaaaar …..”. “Saaaamaaaa paaaaah, aku sampaaaaai jugaaaa …. Ooooch paapaaaaaah sayaaaaang ….. iiiiich …”.<br />
<br />
Kupeluk Narsih erat-erat dengan kontol yang juga masih terkulum erat-erat oleh tempiknya, seakan-akan besok akan kiamat. Narsih, aku sayang kamu …<br />
<br />
Setelah persetubuhanku dengan Narsih di pantai kota S, hubunganku dengan Narsih makin intim dan liar. Setiap ada kesempatan aku menggumulinya, di mana pun tempatnya, kecuali di kantor. Aku bisa menyetubuhi Narsih di rumah (tapi tak pernah di rumah Narsih), di dalam mobil di pinggir jalan raya, di pinggir hutan, atau di pinggir pantai, di motel atau hotel di beberapa kota (di antaranya kota S, P, Md, Ml, atau J). Malah aku pernah menyetubuhinya dalam keadaan menstruasi. Itu pun tidak terasa mengganggu, tetap terasa nyaman bagi kami berdua, sebab bagi kami prinsipnya semuanya dilakukan dalam kondisi kemaluan yang bersih.<br />
<br />
Suatu saat, siang hari pukul satu, aku harus ke teman sejawatku di puskesmas lain se kabupaten yang cukup jauh dari puskesmasku untuk suatu keperluan yang berkaitan dengan pekerjaan. Aku mengajak Narsih karena memang aku perlu bantuannya. Perjalanan itu melewati hutan jati yang berbukit-bukit dan berliku tetapi aspalnya cukup mulus. Jarang sekali kendaraan atau orang yang melintasi daerah itu.<br />
<br />
Persis ketika mobilku melintas hutan yang sepi itu, aku mulai tergoda melihat Narsih yang ada di sisiku. Dengan tangan kananku tetap menyetir, tangan kiriku mulai bergerilya mengelus-elus paha Narsih yang ada di balik roknya. Roknya kusingkap ke atas, sehingga pahanya yang mulus sedikit gelap terpampang jelas di mata ku. Narsih kuminta untuk mencopot celana dalamnya. “Pa, hayo apa-apaan ini, koq main-main di jalan raya?” katanya. “Sudahlah Sih, aku sudah ngaceng lho.”, jawabku. “Hati-hati pa, lihat jalan, atau kita berhenti saja.”, dia memperingatkanku. Karena aku harus segera sampai ke tujuan, aku jawab: “Nggak usah, berhentinya nanti saja sepulang dari sana, nanti keburu ditinggal pergi oleh dokter Herman, ‘kan rugi kalau sudah jauh-jauh tapi gagal ketemu.” Narsih diam saja mendengar jawabanku itu, dan pelan-pelan dicopotnya celana dalamnya dan dimasukkan ke dalam tas tangannya. Begitu Narsih tak lagi memakai celana dalam, segera tangan kiriku makin naik menyusuri pahanya dan menyerobot masuk ke selangkangannya, kucari vaginanya, dan mulai kugeser-geser bibir tempiknya. Mulai terangsang, tangan kanan Narsih berpindah ke kontolku yang masih tertutup celana dinas. Merasakan tangannya yang mulai mengelus-elus kontol, aku bilang: “Sih, buka saja celanaku, sabuknya dilepas dulu, ayo …”. Narsih mulai melepaskan ikat pinggang dan resleting celanaku, setelah itu tangannya langsung menyelusup ke balik celana dalamku tanpa dilepasnya. Aku merasakan nikmatnya kontol yang dipijat halus oleh tangannya. Jari-jariku sendiri makin liar mengubek-ubek tempik Narsih, sampai dia mulai mendesis seperti biasanya: “Aaah paaah, kamu nakal paaaah …”. Narsih mulai menggeliat kenikmatan, dan tempiknya makin basah dan licin, sehingga jari telunjukku makin bebas menerobos masuk liangnya. Kelentitnya pun berhasil kumanipulasi dengan jari tengahku. Narsih makin menggeliat, “Paaaaah, aku nggaaak kuuaat lho paaaah. Berhenti saja di pinggir paaah, aku nggak kuuuaaaat paaah”, dia memohon tanpa sadar tangan kanannya memeras kontolku kuat-kuat, sehingga aku terkaget. Sebetulnya aku ingin menuruti permintaannya agar berhenti di tepi jalan, dan ngeseks di situ, tapi mengingat waktu, permintaannya sementara tak kuhiraukan. Mobil tetap kujalankan pelan, sekali-sekali berpapasan dengan motor atau truk. Dengan kadang-kadang kupakai untuk mengoper persneling, tangan kiriku tetap mengubek-ubek vaginanya yang makin basah. Narsih makin mengerang, sehingga akhirnya tangan kanannya melepas kontolku, dan kursi yang didudukinya direbahkannya sehingga Narsih berposisi agak berbaring, dan pantatnya dinaikkan karena rangsangan yang tak kuat ditahannya, “Aaaaccrhh paaaah, kamu menyiksa aku paaaah, aku sudah kepingin paaaah, ayo paaaah, sekarang saja kita main paaah….”, rintihnya. Rok luar dan dalam bagian depan kusingkap makin ke atas, sehingga tempik Narsih langsung tampak menyembul merekah, dengan tangan kiriku masih mengubek-ubek di dalamnya. Narsih terpejam menahan birahinya yang kelihatan makin menggelegak Aku sudah paham betul bagaimana raut wajah Narsih ketika terangsang kuat oleh birahi. Dia makin mendesah. Melihat wajah seperti itu aku pun makin bernafsu, sayang, tangan Narsih sudah dilepaskannya dari kontolku yang sebetulnya menghendaki kocokan agar aku pun bisa merasakan nikmatnya permainan ini sampai orgasme. Tempik Narsih makin basah dan makin basah saja. Tanganku tak berhenti memutar-mutar ujung kelentitnya, “Paaaaaah, aaaaddduuuuh paaaaah, aaaakuuu nggaaaak taaaahaaaan paaaaah, aku .. aku …. hampir sampaaaiii paaaah … oooooooocchhhh paaaah …”. Pantat Narsih makin naik, tempiknya makin merekah, dan tiba-tiba tubuhnya bergetar, dan pantatnya jatuh ke jok dan lemas. Orgasmelah dia, “Aaaacchhhh … sssshhhhh .. hhehhhh … paaaah .. ooooooocchhhh ….”. Dan wajahnya kemudian direbahkan ke kedua pahaku dan pipinya ditempelkan ke kontolku yang masih ngaceng. Tanganku pun kulepaskan dari tempiknya. Kubiarkan Narsih terengah-engah lemas di pangkuanku. Kuelus-elus sayang rambutnya yang sebahu itu. Kupercepat laju mobilku.<br />
<br />
Mendekati tujuan, aku merapikan baju dan celanaku, tetapi Narsih nggak sempat memasang kembali celana dalamnya, karena dia kelelahan dan agak tertidur di pangkuanku. Ah, biar saja, siapa sih yang tahu Narsih nggak pakai celana dalam, kecuali kalau dia menyingkapkan roknya.<br />
<br />
Aku cukup lama di rumah dinas sejawatku tadi, ngobrol kesana-kemari, karena dia dulu adalah seniorku di fakultas kedokteran. Setelah keperluanku selesai, aku pamit pulang. Hari sudah sore, pukul empat.<br />
<br />
Di tengah perjalanan pulang, jalan di tengah hutan makin sepi karena sudah senja. Birahiku timbul kembali melihat suasana senja yang indah di hutan yang sejuk itu. Aku mulai merangsang Narsih kembali dengan membuka kancing-kancing baju dinasnya (sejak mulai berangkat pulang Narsih sudah merebahkan jok depan, dia dalam posisi setengah berbaring sambil memejamkan mata, karena ngantuk). Narsih tersadar akibat gerakan tanganku yang mulai meraba-raba BH nya. “Hayo … mulai lagi … nakal ih”, katanya. Aku nggak peduli, kontolku mulai ngaceng lagi. Di tempat yang agak datar dan cukup aman, mobil kutepikan agak menjorok ke arah hutan. Kemudian dengan cepat celanaku kubuka. BH Narsih kusingkap ke atas, sehingga susunya menyembul dengan indahnya, langsung kuisap dengan lembut puting kanannya. Narsih mulai mendesah lagi, “Paaaah … aaaccchhh …”. Rok luar-dalam Narsih yang tak bercelana dalam kusingkap sama sekali ke atas sampai terlihat pusarnya, lidahku berpindah dari pentil susu ke paha Narsih, kujilati dan kugigit-gigit sampai Narsih sedikit menjerit, “Paaaah ….”. Selangkangannya kurenggangkan, pelan-pelan bibirku kuarahkan ke vaginanya yang sudah terpampang indah bagai bunga merekah di depan mataku. Birahiku makin memuncak. Kulumat habis-habisan liang tempik Narsih, sehingga dia makin mengerang setengah berteriak, “Aaaaduuuh paaaah … cepet paaah, main saja yuuuk … oooooch ….”. Aku tak menggubris erangannya, klitorisnya kusergap dengan lidahku dan kupilin-pilin, Narsih merespons gerakan lidahku dengan makin mengangkat pantatnya sambil terus mengerang. Sudah nggak tahan lagi, aku berpindah tempat dari jok kanan ke jok kiri dan menindih tubuh Narsih yang setengah bugil dan mengangkang itu. Celana dalamku langsung kupelorot tanpa kulepas, dan dibantu dengan tangan Narsih yang sudah nggak sabar, kontolku kumasukkan pelan-pelan ke tempiknya yang sudah licin tapi kenyal itu. “Aaaach paaah …. Papa sayang Narsih paaaah?” dia bertanya. “Mengapa kamu tanya itu … jelas sayang dong .. aaah eeenaaak Siiih …” aku menjawab sambil mendesis keenakan.<br />
<br />
Kontolku kumaju mundurkan dengan teratur, tanpa peduli pada beberapa kendaraan yang melintas di jalan itu. Bibirku melumat bibir Narsih yang mendesah-desah dan tubuhnya terus menggeliat. Agar aku mudah bermanuver, jok kurebahkan dan kumundurkan posisinya maksimal ke belakang. Hebatnya, walau pun dalam posisi yang tak terlalu menguntungkan karena sempit, Narsih tetap bisa membuat gerakan yang lumayan. Kedua kakinya dilingkarkannya ke pinggangku sehingga kontolku bisa tandas membenam ke dasar vaginanya. Enak juga posisi ini, dan suasana di tepi hutan lumayan romantis. Asyik dan unik. Agar lebih nyaman, kancing-kancing baju atasku kucopot walau pun baju tidak kulepas, demikian pula kulepas kaitan belakang BH Narsih dan kemudian BH nya kucopot sama sekali, sehingga dada telanjang kami bisa bersentuhan langsung. Kedua tangan Narsih dilingkarkan erat ke punggungku melalui sela-sela bajuku. Kami betul-betul bersatu, menjadi satu tubuh, bersetubuh, walau pun tidak bugil total. Kunikmati persetubuhanku kali ini dengan rasa sayang. Kuciumi rambutnya, belakang telinganya yang membuat Narsih terhentak-hentak mengelinjangkan pantatnya sehingga kontolku makin terkenyot oleh tempiknya yang melebar maksimal. “Aku makin saaayaaaang kamu papaaa … aku nggak mau dipisahkan dari kamu paaah, aku cinta kamu paaaah … kamu enak paaaaah … aaaaaaacchhhhhhhh paaaah,” erangnya sambil memejamkan mata. Tangannya makin erat merangkulku. Punggungku dicengkeramnya kuat. Keringat mulai bercucuran dari dada tubuh kami. Dada kami makin licin, sehingga gesekan antara dadaku dengan kedua susu Narsih yang kenyal itu makin terasa enak dan merangsang.<br />
<br />
Kontolku makin kupercepat gerakannya. Narsih makin menggelinjang dan dadanya dibusungkan sehingga kepalanya terkulai ke belakang. Posisi tubuhnya makin terlihat seksi. “Aaaayoooo paaaah, aaaakuuu hampir orgasme lagi paaaah ….. “. Lingkaran kakinya makin dipererat sehingga pinggangku terjepit kuat, kontolku makin terbenam dalam. Aku pun terangsang hebat, rasa geli sudah pula mulai menjalar di seluruh tubuhku dan berakhir di ujung kontol. “Aku juga mau keluuuaaaaaar Siiiiiih …. Ayo Siiih goyang pantatmu Siih, kocoook yang keras Siiih ….”. Narsih menggeliatkan pantatnya kesana kemari sambil kedua tangan dan kakinya makin menjepitku erat. Aku makin merasakan keindahan percintaan dan persetubuhanku dengan Narsih. Sebentar kemudian, Narsih berteriak hampir bersamaan dengan lenguhanku juga, “Oooooiiiich paaaah Narsih eeeeenaaaaak paaaaah …., saaaaampaaaai paaaah …..”. Aku merasakan cakaran kuku-kuku jari tangannya di punggungku. “Akuu juuugaaaa Siiiih, ayo Siiiih rapatkan dan tekan lagi Siiiiih, aaaarrgggggh ….. hhhhhhh …. Hhhhh …”, aku pun menyemprotkan spermaku kuat-kuat ke dalam vagina Narsih. “Semproooot keras-keras paaaah, aaakuuuu saaa … saaaaayaaaaang paaaapaaaaaaah …. Ooooooohh …”.<br />
<br />
Keringat kami membasahi seluruh tubuh, dada kami yang bersatu seperti diberi pelumas oleh peluh kami berdua. Angin berdesir dari luar mobil masuk ke sela-sela ke empat jendela mobil yang sedikit kubuka agar terasa sejuk. Oh indahnya persetubuhanku kali ini di tengah hutan jati yang lebat di atas bukit.<br />
<br />
Aku tidak segera melepas kontolku dari tempik Narsih. Tangan Narsih sudah terkulai ke pinggir jok, demikian pula kakinya sudah berselonjor ke lantai mobil sambil mengangkang lemas. Sekali-sekali kuelus rambut dan dahi kekasih gelapku ini. Sekali-sekali kuciumi bibir dan wajahnya yang berkeringat deras. Demikian pula buah dadanya yang licin mengkilat oleh peluh sekali-sekali kubelai dan kucium lembut. Narsih tersenyum manis. Dia tampak sangat puas memadu cinta denganku meski bukan di tempat yang wajar.<br />
<br />
Setelah berkemas, kami pulang dengan pikiran yang nyaman. Sesampai di rumah istriku mau pun suami Narsih tak mencurigai apa saja yang telah kami perbuat hari itu.<br />
<br />
Dari hari ke hari, menurut pandanganku, Narsih makin seksi, makin manis dan makin menggairahkan. Benar kata orang, bahwa biasanya seorang wanita yang sedang jatuh cinta akan lebih cantik dan ceria, Narsih pun begitu, saat itu dia ‘kan sedang jatuh cinta berat padaku. Aku pun makin sayang padanya, sampai-sampai aku sering ‘cemburu’ bila saat dibonceng motor suaminya kulihat dia melingkarkan tangan ke pinggang sang suami. Setelah kukatakan padanya bahwa aku ‘cemburu’ melihat pemandangan seperti itu, maka dia tak lagi pernah melingkarkan tangan ke pinggang suaminya bila melewati depan rumahku. Lucu juga jadinya. Rupanya dia lebih mencintaiku daripada suaminya. Buktinya, Narsih selalu menuruti setiap keinginanku, termasuk menghentikan kebiasaannya mandi bareng dengan suaminya, karena aku tidak suka itu.<br />
<br />
Aku tidak pernah ingin merusak rumahtangganya (hubunganku dengan suaminya sangat baik, kami biasa saling membantu pada saat-saat diperlukan), sebab aku pun tidak ingin rumahtanggaku rusak gara-gara perselingkuhanku dengan Narsih. Sebesar apa pun cintaku pada Narsih, aku masih tetap mencintai istri, anak, dan keluargaku. Bagiku cinta sebetulnya bisa dibagi, dengan kualitas yang sama penuhnya. Aku tetap ingin keluargaku utuh, sementara aku tetap bisa menyetubuhi kekasihku Narsih kapan saja aku ingin.<br />
<br />
Di samping itu, perselingkuhan antara aku sebagai pimpinan puskesmas dengan Narsih yang perawat bawahanku tidak boleh mengganggu pekerjaan kantor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan masyarakat. Kalau pun kami ‘terpaksa’ harus meninggalkan kantor untuk melampiaskan hasrat seksual di tempat lain pada saat jam kantor, terlebih dulu kupastikan bahwa ada petugas pengganti yang standby sehingga pelayanan tidak terganggu. Biasanya aku meninggalkan kantor pada jam-jam saat pasien sudah sedikit, atau pada hari-hari aku sedang tidak ada kegiatan ke lapangan. Semua kegiatanku termasuk bercinta dengan Narsih selalu kurencanakan rapi jauh sebelumnya (paling cepat 4-5 hari sebelumnya), sehingga semuanya beres. Pekerjaan beres, percintaan beres, dan, yang penting, tidak seorang pun mencurigai hubungan gelap kami.<br />
<br />
Untuk komunikasi, kami masing-masing kebetulan memiliki HT (handy talky) 2 meteran ORARI (waktu itu belum ada telepon di daerahku, apalagi handphone), sehingga kapan pun aku bisa menghubunginya dengan mudah.<br />
<br />
Suatu saat Narsih harus mengikuti pelatihan keperawatan berkelanjutan di kota Mg yang sangat jauh dari rumah selama satu bulan. Bisa dibayangkan bagaimana kangenku padanya (saya kira Narsih juga mempunyai perasaan yang sama). Memang sih, dia setiap Sabtu sore pulang ke rumah dan Minggu sore balik ke Mg. Tapi saat dia pulang jelas tidak mungkin kugunakan untuk bertemu memadu cinta. Kesempatan kami bertemu selama ini hanya pada hari kerja. Tapi aku tak kurang akal. Ketika kebetulan istriku punya rencana mengantar anakku ke neneknya yang ada di kota J selama seminggu pada minggu depan, aku membuat janji dengan Narsih yang ada di Mg melalui telekomunikasi radio (HT), agar bilang pada suami untuk tidak pulang pada Sabtu-Minggu depan dengan dalih ada acara di pelatihan itu. Nah, pada saat itu aku bikin janji untuk menjemputnya di suatu tempat untuk kuajak menginap semalam di P, kota kecil di pegunungan yang sejuk. Dia setuju dengan rencana itu.<br />
<br />
Tepat pada hari perjanjian itu, istriku sudah tiga hari di J dan baru pulang empat hari lagi, sore hari aku meluncur ke tempat rendezvous dan menunggu Narsih datang dengan bus dari Mg. Sekitar dua jam aku menunggu, benarlah Narsih datang dengan celana jin dan t-shirt ketat yang menambah keseksian dan kemanisannya. Ternyata tak salah aku mempunyai kekasih Narsih yang bisa dipamerkan (Tapi akan dipamerkan kepada siapa? Narsih pun bukan milikku.). Selama ini, terlihat jelas banyak lelaki yang memandang Narsih dengan kagum (mungkin sambil menelan ludah), terutama kalau dia sedang tak berseragam dinas hansip. Narsih berpenampilan cukup modis dan serasi dalam berpakaian, ditunjang pula oleh bentuk tubuh dan wajah yang menarik. Walau pun Narsih tinggal di desa kecamatan, dia tak kalah dengan ‘wanita kota’, juga tak kalah dengan istriku yang lumayan cantik. Bedanya Narsih hitam manis, istriku kuning ayu. Tapi Narsih mempunyai kelebihan, yaitu lebih seksi dan jauh lebih panas (tentu, lebih memuaskan) di tempat tidur. Soal intelejensia kukira Narsih tidak kalah dengan istriku (tampak dari cara mengemukakan pendapat dan apa isi pendapatnya), kekurangannya dibandingkan istriku tentu saja adalah tingkat pendidikannya.<br />
<br />
Narsih langsung masuk ke mobil, dan kami segera meluncur ke P yang sejuk. Di jalan, tak henti-hentinya Narsih menyandarkan kepalanya di bahuku dan sekali-sekali mencium pipi dan telinga kiriku dengan mesra. “Aku kangen pa, kita lama ya nggak ketemu, dua minggu lebih. Di Mg aku selalu memimpikan kamu pa. Anehnya Narsih sama sekali nggak pernah kangen pada Bakdi suamiku, apalagi mimpi dia.”, katanya. “Kalau begitu, sama dong kangennya”, ujarku senang.<br />
<br />
Nakalnya, Narsih kadang-kadang secara tiba-tiba menyentuh dan meremas kontolku ketika aku lagi konsentrasi nyetir di jalan yang berkelok-kelok itu sampai aku terkaget-kaget.<br />
<br />
Menjelang magrib, kami sampai di P dan kami mulai mencari-cari villa yang bisa disewa. Akhirnya ketemu sebuah villa yang cukup besar dan berpemandangan indah di sekitarnya, dengan harga sewa yang tak terlalu mahal. Halamannya cukup luas dengan garasi terpisah dari rumah cukup untuk dua mobil. Villa itu mempunyai 3 kamar tidur, salah satunya adalah kamar tidur utama dengan ukuran cukup luas 7 x 5 meter dengan kamar mandi dalam yang mempunyai bath tub dan shower dengan air panas-dingin. Di dalam kamar tidur utama terdapat lemari besar memanjang dengan cermin sepanjang salah satu dinding sejajar dengan sebuah ranjang besar. Dapur kering, ruang makan dan ruang tamu tidak dipisahkan oleh sekat apa pun. Pokoknya villa dengan kondisi yang lebih dari cukup untuk memadu cinta bersama kekasih sehari semalam.<br />
<br />
Petang itu penjaga villa (suami-istri menjaga rumah itu di kamar belakang yang terpisah dengan rumah induk) kuminta membelikan makan malam dan makanan kecil, agar malam itu kami tak terganggu oleh tetek-bengek apa pun, sebab aku merencanakan menghabiskan akhir pekan ini dengan kenangan indah yang dahsyat tak terlupakan.<br />
<br />
Saat magrib tiba, setelah mandi, Di petang yang dingin itu kami mulai bercengkerama bebas, saling memeluk, mencium dan menggoda di kamar. Lama-lama aku mulai tak tahan, karena sudah beberapa minggu tak ketemu, aku cepat beranjak panas. Di depan cermin rias, Narsih yang berdaster motif kembang dengan tali penutup dada di depan tanpa celana dalam dan tanpa BH dengan ganas sambil berdiri mulai kupeluk dari depan. Bibirnya kulumat dengan nafsu yang berkobar, Narsih pun membalas tak kalah panasnya. Sambil memilin lidahku, celana kolorku dipelorotnya cepat, dan mengacunglah kontolku dengan gagahnya, sebab aku tak memakai celana dalam. Aku pun melolosi tali depan daster Narsih, dan tersibaklah buah dadanya yang memungkal indah itu. Kedua pentil susunya segera kuserbu dengan jilatan lidahku, seluruh pentil dengan areolanya kukenyot dengan kuluman lidahku tanpa ampun. Narsih mengimbanginya dengan mengelus kontolku dengan pijatan-pijatan halus. Tubuh Narsih pun mulai menggelinjang tak teratur, sambil menggumam, “Aku kangeeen paaah …. “. Nafsuku memuncak tatkala mendengar gumamannya itu. Narsih kududukkan ke atas meja rias membelakangi cermin. Bagian bawah dasternya kusingkap jauh ke atas sampai kelihatan jembutnya yang tipis, dan pahanya kurenggangkan selebar mungkin dan perutku yang sudah telanjang kutaruh di sela-sela selangkangannya. Tangan kananku mulai mengelus jembut dan turun ke bawah ke lipatan selangkangan sampai menemukan liang yang mulai licin berlendir, jariku pun mengelus dan mengorek apa saja yang ada di sana. Narsih merintih cukup keras, “Paaaah, lama nggak begini ya paaaah …, ooooccchh … aaaargghhhh ….”. T-shirtku yang masih kupakai dilepasnya, lalu dadaku yang sudah telanjang dengan rakusnya diciumi oleh Narsih. Aku yang gantian menggelinjang kegelian enak. “Aduuuh Siiiih …, kamu pinter merangsang Siiih ..”. Tak kalah dengannya, dasternya pun kulepas melalui kepalanya, sehingga sekarang kami berdua telanjang bulat. Pemandangan itu makin menaikkan birahi berlipat-kali karena kami bercumbu persis di depan cermin rias, sehingga seperti nonton blue-film. Rupanya Narsih sudah tak tahan lagi sehingga, tanpa permisi kontolku yang persis berada di depan vaginanya segera dimasukkannya ke liangnya. Aku yang juga tak sabar karena sudah begitu kangen dengan tempiknya, setuju saja. Dengan masih duduk di atas meja rias, Narsih sambil bertelekan dengan satu tangan di atas meja, tangan satunya menarik pantatku ke tubuhnya, sehingga cepat terbenamlah kontolku dalam-dalam ke tempiknya yang memang sejak tadi sudah siap. “Aaaachhh paaaaah … eeenaaaak …. Goyang paaah …. Aku kangeeen … ayo paaaah …”. Narsih memang tak pernah menyembunyikan ekspresinya ketika bersetubuh. Dia ucapkan semua yang dirasakannya secara lepas-bebas. Itulah yang membuatku makin lengket padanya. Sekarang kedua tangannya disandarkan pada meja, dadanya membusung dengan kepala agak terkulai ke belakang, betul-betul pemandangan yang indah dan begitu seksi. Kocokan kontolku kukontrol ritmenya, mundur sampai hampir terlepas, dan cepat kumasukkan lagi dalam-dalam, begitu di dalam kuputar dengan pangkal pubis kugeserkan ke klitorisnya. Begitu berkali-kali. Kurasakan enaknya gerakan ini, Narsih pun merasakan hal yang sama, dia makin mengerang dan merespons dengan memutar pinggulnya sambil menjepit pantatku dengan kedua kakinya. Keenakan, lebih-lebih dengan adanya tambahan rangsangan bayangan di cermin, aku menjadi mendengus, “Narsiiih … kamu enaaak Narsiiih …. Kita bikin anak di sini ya Siiih …. Ssshhh …”. “Iya paaah … aaaachhhh …. Teeeruuuus … teeeruus paaaah … “.<br />
<br />
Merasa mau orgasme, kuhentikan gerakanku, sebab aku nggak mau mendahului Narsih yang belum sampai (aku kasihan pada Narsih kalau aku duluan selesai). Narsih kuminta turun dari meja, kontol kucabut, dan Narsih kuminta berbalik menghadap cermin. Pemandangan menjadi makin indah. Kurenggangkan selangkangannya sambil sedikit membungkuk, dan kumasukkan kontolku dari belakang. Narsih agak malu melihat dirinya di cermin dalam keadaan bugil disetubuhi seperti itu. Wajahnya yang malu-malu dengan keadaan polos seperti itu makin manis dan meningkatkan birahiku, apalagi melihat kedua susunya yang berukuran tak begitu besar itu menggantung bagus. Setelah kontolku masuk, tubuhnya agak kutegakkan, kedua tanganku kubawa ke depan dan kedua susunya kuraba dan sedikit kuremas, lehernya kujilat dari belakang, sehingga Narsih melenguh kembali, “Aaaduuuh paaaah … kamu pintaaar paaah … aaku … aakuu … eeenaaak paah ..”. Tangan kiriku kuturunkan ke bawah mengocok kelentitnya, bersamaan dengan kocokan kontolku di vaginanya. Perlakuan itu kupertahankan beberapa lama sampai Narsih betul-betul nggak tahan, geliatannya menjadi tak teratur, dan teriakannya (betul-betul teriak!) makin keras, “Aaarrgghhhh paaaah, akuuu maaauu saaampaaai paaaah, ayo teeruuss ….”, ibu jariku yang ada di dadanya dibawanya ke mulut dan diempotnya. Pemandangan di cermin makin asyik. Akhirnya, aku nggak tahan, “Aaayoo Siiih, aku keluuuaaar Siiih …” “Aakuu juugaaa paaaah … aaaccch oooooocccchhh …… hhh … hhhh …. Papa saaayaaaang …. Oooocchhh … “, desahnya juga. Air maniku menyemprot beberapa kali, diterima dengan denyutan otot vagina Narsih yang nikmat. Tubuhku dan tubuh Narsih sama-sama berkelojotan di depan cermin. Wajahnya kutolehkan agak ke samping dan kucium mesra bibirnya … lama sekali …<br />
<br />
Merasa capek, Narsih kubawa berbaring ke tempat tidur, kuambil selimut dan kututupkan pada kedua tubuh kami, lalu kupeluk dia berhadapan sambil kucium. Dia akhirnya tertidur dalam dekapanku.<br />
<br />
Rupanya aku ikut tertidur. Begitu terbangun, kulihat jam di dinding menunjukkan pukul sembilan malam lebih. Lumayan lama aku tertidur. Narsih kulihat masih pulas, suara napasnya halus dengan ritme yang teratur. Capek sekali rupanya dia setelah mengalami perjalanan jauh dari Mg. Kucium pipinya dan kuelus rambutnya dengan rasa sayang. Wajahnya tetap manis.<br />
<br />
Aku pipis dan membersihkan diri ke kamar mandi, dan ketika kulihat meja makan, di sana sudah tertata rapi makanan malam (pasti ditata oleh pak atau bu penjaga villa). Pikirku, “Jangan-jangan penjaga villa mendengar ‘keramaian’ di kamar tadi. Ah, biarin.”. Aku menyeduh kopi dan secangkir teh manis hangat untuk Narsih. Tiba-tiba Narsih sudah ada di belakangku dengan berdaster. Kuajak dia makan bersama, karena perut kami sudah lapar.<br />
<br />
Setelah makan malam, kami duduk-duduk di sofa kamar tamu sambil berangkulan, kepala Narsih di sandarkan ke bahuku. Inilah pengalaman pertama kami bisa menikmati suasana sesantai ini.<br />
<br />
Malam itu pula aku mendengar segala problema Narsih yang menyangkut kehidupan keluarganya. Ayah Narsih ternyata sudah beberapa lama, sejak Narsih di SMP, meninggalkan keluarganya tanpa kabar berita, sehingga Narsih dan adik-adiknya (Narsih adalah sulung) kurang mendapatkan kasih sayang seorang ayah.<br />
<br />
Katanya, dari diriku, selain mendapatkan kepuasan seks, dia telah mendapatkan kasih sayang penuh, yang selama ini didambakannya. Selain itu, aku dinilainya sebagai lelaki sejati yang bisa memperlakukan wanita dengan baik. Sikapku halus, galant dan menghormati wanita. Dia selama ini juga memperhatikan bagaimana sikapku terhadap wanita-wanita lain, seperti terhadap istriku, teman kantor, tetangga, atau pasien.<br />
<br />
Kepribadian dan perilaku suaminya, Bakdi, dinilai sangat jauh tak sebanding denganku. Bakdi kekanak-kanakan, dan sangat tergantung pada orangtuanya. Narsih mengaku pernah mendapatkan perlakuan seksual secara semena-mena dari suaminya. Misalnya, beberapa kali Bakdi, ketika sedang berhubungan seksual, memaksa memasukkan seluruh kepalan tangannya yang besar ke dalam vagina Narsih. Aneh. Hal itu sangat menyakitkan baik secara fisik maupun mental, yaitu melecehkan harga dirinya sebagai wanita. Narsih merasa diperlakukan seperti pelacur oleh suaminya sendiri. Perlakuan-perlakuan semacam itu sudah dialami Narsih sejak beberapa bulan setelah menikah. Namun, karena baktinya pada sang suami, Narsih tidak banyak memprotes, dia hanya menangis saja. Dia sudah pernah menceritakan keadaannya kepada ibunya, tetapi ibunya meminta Narsih untuk tetap sabar. Demikian pula soal kehamilannya yang tak kunjung tiba, padahal dia sudah kawin lebih dari dua tahun.<br />
<br />
Ketika Narsih menceritakan semuanya itu, tak terasa air matanya meleleh, dan akhirnya tersedu. “Aku kepingin mempunyai suami seperti papa Wawan. Istrimu sangat beruntung ya pa, mendapatkan suami seperti kamu. Tapi, aku nggak mau mengganggu kehidupan rumahtangga papa. Aku hanya ingin ikut merasakan kasih sayang papa yang tulus padaku. Tak lebih.”, katanya. “Jujur aku katakan, Narsih juga selalu ingin berhubungan seks yang nikmat. Aku nggak pernah mendapatkan kepuasan sejati dari suamiku yang kasar itu. Mungkin aku hiperseks karena aku nggak pernah merasa puas. Terus terang, dulu sebelum ketemu papa Wawan, aku sering mempermainkan kemaluanku sendiri untuk mendapatkan kepuasan. Itu pun nggak selalu berhasil. Jadi pa, aku sangat berterima kasih padamu, karena setiap berhubungan dengan papa aku selalu bisa orgasme. Terima kasih pa”, katanya lagi sambil mengusap air matanya dan merebahkan diri ke pangkuanku. Sambil menghapus air matanya dengan tangan dan jilatan lidahku, aku menjawab: “Narsih, kamu jangan memujiku berlebihan. Rumput di halaman tetangga selalu kelihatan lebih hijau.”<br />
<br />
“Ah, nggak juga pa. Aku sudah pernah berpacaran dengan orang lain, dengan teman sekolah ketika di sekolah perawat dulu, atau dengan mas Totok tetangga di depan rumah itu. Semuanya nggak ada yang punya sikap seperti papa. Juga, maaf, aku mau terus terang lagi, aku sudah pernah main seks ketika berpacaran dengan mas Totok beberapa kali, tapi toh aku belum pernah merasa puas seperti yang kualami dengan papa.”, jawabnya. Aduh, senangnya bukan main aku mendengar kata-kata Narsih seperti itu.<br />
<br />
Rambut Narsih kuelus dengan lembut. Narsih masih berbaring dipangkuanku di sofa. Malam makin larut dan dingin. Birahiku timbul kembali. Dengan perlahan kuelus susu Narsih dibalik daster yang tak berBH itu. Narsih pun menggeliat. Dadanya diangkat dan bibirnya direkahkan ingin kucium. Tak ayal kusambut bibirnya yang basah itu, dan kulumat dengan penuh nafsu birahi. Tali dasternya kembali kubuka dan susunya kuremas-remas. Tanganku yang lain menyusur kakinya ke atas dan ketika sampai di lipatan vaginanya, jariku kuelus kedalam liangnya yang sudah kembali basah dan licin. Sebaliknya Narsih mulai mencari kontolku dibalik celana kolor yang kupakai. Tangannya dimasukkan ke balik kolor itu, dan kontolku mulai dipermainkannya dengan trampil. Aku tak tahan, lehernya kucium. Narsih mengerang lagi seperti biasanya, “Aaaachhhh paaaaah … eeecch ..ssh …”. Mendengar itu aku makin panas, seluruh lehernya kujilat, dan kuberi cupang merah di bagian kiri lehernya. Aku berani memberi cupang, karena toh selama seminggu ini Narsih pasti nggak akan ketemu suaminya.<br />
<br />
Narsih menarik kontolku keluar dari kolor, kemudian diciumnya kontolku dan dijilat-jilat setengah dikulum. Kenikmatan mulai terasa. Narsih mulai pintar mengulum kontol. Aku segera berputar mengarahkan mulutku ke vagina Narsih dan sambil kontol masih tetap dikulumnya. Tanpa melepas dasternya lidahku kujulurkan ke tempik Narsih, dan kuisap liangnya yang berlendir itu. Narsih melepas isapan pada kontolku mengerang, “Paaaah, aaaarrrgghhh paaah … eeenaaaak paaaah ….”. Tak kupedulikan erangannya, kucari kelentitnya dan kuisap pula, sambil satu jariku kumasukkan ke vaginanya untuk mengorek dinding dalam depannya. Narsih menggeliat tak teratur dan makin menjerit, “Paaah … sudaaaah paaaah … aku nggaaaak kuuuaaaat …. Suuudaaaah …”. Rupanya dia terangsang hebat. Aku masih tak peduli. Korekan jariku kuteruskan ritmis, dan mulutku berpindah ke paha dalamnya, kujilat-jilat menyusuri sepanjang paha ke atas bawah dan sedikit kugigit kecil. Gelinjang Narsih makin menghebat, kontolku sudah dilepas, dan tangannya meremas kuat kain pinggiran sofa, “Aaach paaa, aaaayooo paaah… masukkan saja, aku nggak tahaaan … paaaah …”.<br />
<br />
Kasihan juga mendengar erangannya itu, kuputar tubuhku sambil melepas t-shirt dan kolorku (terasa sekali dinginnya hawa pegunungan), Narsih pun membuang dasternya. Di sofa itu pula kulebarkan paha Narsih, kumasukkan kontolku tanpa ampun ke tempiknya. Narsih mendesah kenikmatan, juga aku, “Ssshhhhh, Narsiiiih …”.<br />
<br />
“Paaaah … aku jangan ditinggal ya paaaah … papah masih sayang Narsih paaaaah? …. Oooooccchhhh iiiichh …”, desah Narsih sambil pantatnya diangkat sehingga kontolku makin tandas masuk ke dalam tempiknya yang sempit enak itu. “Yaa Siiiih, aakuu … aakuu maakiin sayaaang kamuu … kamu eeenaaaak … “. “Paaapaaah ….”.<br />
<br />
Aku yakin erangan Narsih terdengar di luar karena begitu kerasnya tak terkendali.<br />
<br />
Posisiku sedikit kuubah, aku agak duduk dengan satu kaki kutaruh di lantai dan kaki lain kutekuk lutunya, pantat Narsih sedikit kuangkat dan kutahan dengan tangan. Gerakan kontol kukontrol penuh dengan memaju-mundurkannya dibantu tanganku yang memaju-mundurkan pantat Narsih. Aku bisa melihat masuk-keluarnya kontolku di tempik Narsih. Karena sempitnya tempik Narsih, maka ketika setiap kontolku kutarik keluar, bibir depan vagina Narsih ikut tertarik keluar. Begitu seterusnya. Pemandangan asyik itu jelas makin menaikkan birahiku ke ubun-ubun. Narsih makin terengah-engah. Jeritannya makin menjadi-jadi, “Oooooiiichhh paaaah, ayo cepet paaah, goyang cepeeet paaaah ….”. Tangan Narsih makin mencengkeram kuat pinggiran sofa menahan birahi. Tangan kiri kupakai meremas susunya yang bergoyang-goyang indah. Narsih menggeliat dan merintih, mulutnya terus mendesis dan matanya terpejam. Kepalanya mulai bergoyang juga. Aku kembali merebahkan dadaku padanya, dan kuhangatkan tubuhnya, kedua tangannya sekarang mencengkeram punggungku, tanganku ikut melingkari punggungnya. Kontolku terus kukocok sambil kugeserkan pangkalnya ke kelentit yang terasa menegang. Keringat kami mulai bercucuran, sehingga melicinkan gesekan kulit dari dada sampai ke pubis. “Aaadduuuuh paaaah, kamuu … eeeenaaak …. Paaaah …”. “Kamu juga Siiiiih …”.<br />
<br />
“Aaaayooo paaaah bikinkan anak paaaaah ….. aaakuuu pingin anaaaak paaaah …”. “He’eeh Siiih … kubikinkan anak Siiih …”.<br />
<br />
Narsih memindahkan tangannya dari punggungku, ganti dia pegang kedua paha belakangnya dengan kedua lutut ditekuk, sehingga selangkangannya terbuka lebar-lebar. Dia rupanya sudah begitu enak menikmati permainan itu. Tempiknya terus digoyang-goyang. “Paaaah …. Aaakuuu eeenaaakk sekali …. Teruuuus paaaah …. gooooyaaang Narsih teeeruuuus paaaah … ooooccchh … Yaaa … aaampuuuuuun …. oooooooocchhhh …. ”<br />
<br />
Tapi, kali ini kontolku agak tahan, belum ada tanda-tanda orgasme. Masih di sofa, posisi Narsih kubalik, dia di atas aku di bawah. Dengan tertelungkup, kedua paha Narsih kulebarkan, dengan satu kakinya menyentuh lantai. Dengan lutut sedikit kutekuk aku masih sanggup mengontrol gerakan. Dengan posisi itu rupanya Narsih lebih enak. Buktinya gerakan kocokan vaginanya makin cepat, aku pun menaik-turunkan kontolku sambil kedua tanganku memaju-mundurkan pantat Narsih. Narsih makin cepat saja bergoyang, “Aaaaaah paaaah … akuuu muuuulaaaai saaaampaaaai lagiiii paaaah …. “. “Teruskaaaan Siiiih, akuu juga enaaak …. , desisku yang memang merasa enak juga.<br />
<br />
“Aaaayoooo paaaah … paaah aaaakuuuu saaaampaaaai paaaah ….”, betul-betul Narsih sudah sampai secepat itu setelah posisinya di atas. Dia menggeliat dan merebahkan seluruh tubuhnya yang berkeringat banyak ke tubuhku, padahal udara sedingin ini. Sayang, aku belum orgasme. “Aaaduuuh paaaaah, aku sampai duluan, padahal papa belum apa-apa. Nggak apa-apa ya pah …?” “Nggak apa-apa Sih, nanti juga kamu bakal kugarap habis-habisan supaya aku bisa orgasme habis-habisan juga”. “Ih, papa jahat …”, katanya tetap di atas tubuhku sambil mencubit pantatku, lalu dia mencium bibirku lembut.<br />
<br />
Agar tak kedinginan, kuajak Narsih masuk kamar. Dan kami kembali berselimut sambil tetap bugil berpelukan berhadapan, sekali-sekali berciuman mesra. Tidurlah sayangku, tidurlah …<br />
<br />
Kami tertidur sampai pagi.<br />
<br />
Agar dingin tak terlalu menyengat, semua lampu kamar, yang tadi malam hampir semua kumatikan, kali ini kunyalakan sehingga suasana terang benderang.<br />
<br />
Dari kamar mandi kami berpelukan rapat lagi, masih bertelanjang bulat di bawah selimut. Hawa dingin menerobos masuk ke dalam kamar. Hawa seperti ini, ditambah dengan pergesekan tubuh kami yang telanjang, membuat nafsu birahi kembali menggelegak, apalagi pada permainan kedua tadi malam aku belum orgasme, sehingga aku berhasrat melampiaskan ‘dendam’ di subuh yang sangat dingin ini.<br />
<br />
Aku mulai menciumi bibir Narsih sambil menggeser-geserkan dada kami yang telanjang, selangkangan kami saling bergesekan, kontolku langsung bersentuhan dengan bibir vaginanya, sehingga kontolku terbangun kembali dengan sempurna. Narsih juga sudah terangsang, lidahnya mulai mencari langit-langit mulutku. Tanpa sadar selimut kami sudah terjatuh sehingga tubuh-tubuh bugil kami tak tertutup apa-apa lagi. Ketika kulihat cermin besar di sepanjang lemari dinding, makin menggelegaklah nafsuku, melihat tubuh-tubuh bugil kami yang saling berpelukan tertampang jelas di cermin itu. Narsih melihat itu agak tersipu, tapi rupanya dia juga makin terangsang, buktinya, lipatan selangkangannya makin digesekkan pada selangkanganku yang kontolnya sudah ngaceng.<br />
<br />
Aku menindihnya kembali sambil terus menggesekkan bagian tubuh kami, rasanya enak, apalagi udara begitu dingin. Narsih sudah mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Aku gesekkan terus kontolku ke permukaan bibir tempiknya. Cukup lama. Narsih sudah merintih. “Paaah …. Masukkan saja paaah ….”. Tanpa kulakukan manipulasi lagi pada susu, tempik dan kelentit, birahi Narsih sudah sampai di puncak. Udara dingin itulah rupanya yang menyebabkannya.<br />
<br />
Segera saja kumasukkan kontolku pelan-pelan ke dalam tempiknya yang sudah basah (betul juga, Narsih sudah terangsang berat). Dan agar agak sensasional, aku bergeser sambil memegangi pantat Narsih agar kontolku tak terlepas dari vaginanya, lalu kusandarkan punggungku pada pinggir bagian kepala tempat tidur sedikit terduduk, kakiku kuselonjorkan, sehingga Narsih duduk di pangkuanku dengan kontolku terbenam pada tempiknya. Narsih kuminta bergerak maju-mundur yang kubantu dengan gerakan tanganku pada pantatnya. Sementara mulutku menjilati kedua puting susunya yang persis ada di depan wajahku. Narsih, lagi-lagi mulai mendesis, “Ooooooh paaaah …. Aaaaduuuh ….. “. Sementara kami bergoyang maju-mundur, kulirik cermin besar di lemari dinding. Aduh, menggairahkan sekali. Kira-kira kalau adegan ini difilmkan, rasanya akan laku keras, sebab si wanitanya manis dan begitu seksi dengan tubuh yang merangsang nafsu lelaki mana pun. Gerakannya pun pasti membuat siapa pun akan tidak tahan lama untuk segera ejakulasi.<br />
<br />
“Narsih, lihat itu di cermin, kamu seksi banget …”, kataku. Narsih melihat cermin, dan tanpa kuduga, dia melenguh dan mempercepat gerakan maju-mundurnya yang disertai gerakan memutar permukaan pubis atasnya agar kelentitnya langsung bergesekan dengan pangkal kontolku, tangannya makin erat merangkul leherku, “Aaaaaah paaaah … aaaaah …. Iiiichhh paaaah …”. Mungkin akibat melihat bayangan menggairahkan di cermin itu, Narsih tambah bernafsu. Aku ikut memutar pinggulku sehingga pangkal kontolku bisa bergesekan langsung dengan permukaan kemaluan Narsih bagian atas. Aku merasakan betapa nikmatnya posisi ini. Tanpa sadar aku telah mencupang beberapa tempat di sekitar pentil susu Narsih, baik susu kanan mau pun kiri. Biarin, pikirku. Beberapa cupang merah-biru di tubuh Narsih makin membuat nafsuku meninggi. Tambah seksi dan hot.<br />
<br />
“Aaah, Narsiiiih …. Kamu hebat!”.<br />
<br />
“Papah yang hebat … ooooooh paaaah …..”, erang Narsih.<br />
<br />
Posisi ini tak bertahan terlalu lama, karena membutuhkan enersi yang cukup besar. Narsih kubaringkan kembali miring membelakangiku menghadap cermin lemari dinding. Lalu, selangkangannya kurenggangkan lebar, dan kontolku kumasukkan dari belakang. Bayangan di cermin makin membuatku bernafsu, sebab dari cermin itu kami bisa melihat keluar masuknya kontolku ke tempik Narsih. Tanganku yang bebas kupakai untuk meraba dan menggesek-gesek kelentit Narsih, sedang mulutku melumat leher samping dan telinganya. Merasakan perlakuan yang makin merangsangnya itu, Narsih tanpa sungkan berteriak keras di pagi subuh itu, “Oooooiiihhhhh paaaaah, aaaakuuuu eeeenaaaak paaaaaaaaaah …… paaaaah eeenaaaak ….. masukkan semuaaanyaa paaaaah …. seeemuuuaaaaa …”.<br />
<br />
“Siiiih … aakuuu cinta kamuuu Siiiih …. Hhhh hhhhhhehhh …”, bibirku mendesis keenakan.<br />
<br />
“Iiiyaaaa paaaah …. Aaaakuuuu ciiintaaaa paaaapaaah … akuuuu cintaaa … oooooochhhh … paaah”.<br />
<br />
Dari leher, lidahku turun ke punggung, kujilati dan kugigit yang bisa kugigit. Punggungnya menjadi merah-merah juga. Kali ini hampir seluruh bagian tubuh Narsih terlukis bekas gigitan dan cupangku merah-biru. Di leher ada cupang di bagian depan dan samping , di daerah susu kanan dan kiri, di pangkal paha bagian dalam, di punggung atas dan tengah. Saya nggak tahu bagaimana nanti Narsih menyembunyikan cupang yang ada di lehernya dari penglihatan teman-teman sepelatihannya di Mg.<br />
<br />
“Paaaah, aaaakuuuu saaaampaaaai laagiii … paaaaah …. Ooooooh … aaaah … paapaaaah …”, tiba-tiba dia mendesah keras sambil menggelinjang meregang. Lemas. Oh, Narsih sudah orgasme duluan, padahal rasanya aku hampir juga.<br />
<br />
Aku tidak mau kehilangan momentum lagi untuk orgasme, aku ingin secepatnya orgasme juga. Maka, tak peduli Narsih sudah lemas karena orgasmenya, dia kuangkat dan kubaringkan telentang ke atas tubuhku dalam posisi membelakangiku. Kontolku yang masih tegang tetap menerobos tempiknya dari belakang. Narsih yang sudah lemas itu kukocok tempiknya dengan kontolku yang makin liar. Aku lihat bayangan di cermin, makin asyik adegan itu, terlihat betapa indahnya tubuh Narsih di atas tubuhku telentang sambil susunya kuremas dari belakang dan kontolku masuk maju-mundur dari belakang, kepala Narsih terkulai ke belakang dengan jari-jari meremas seprei kasur, sambil mulutnya kulumat dengan mulutku dari samping. Ah, menggairahkan sekali …<br />
<br />
Narsih hanya bisa bergumam lirih, “Hhhhhehhh hhhh sssshh …. Paaaah … paaaah … aku nggaaak kuuuaaaat paaaah ….”. Kurasakan tempiknya berdenyut-denyut, sehingga kontolku pun merasakan enaknya dipijat-pijat.<br />
<br />
Remasan tangannya pada seprei makin menguat, sampai seprei itu tertarik. Dalam hatiku, apakah Narsih mulai bernafsu kembali?<br />
<br />
Ternyata benar, pantatnya digerakkan maju-mundur sehingga kontolku seperti diperas-peras, “Oooooh eeenaaaak Siiiih …. Betul begitu Siiiih ….”. Narsih makin bergoyang tidak hanya maju mundur, juga berputar-putar. Sementara kontolku bergerak dari belakang, tanganku mengucek klitorisnya lagi dari depan. Terus kuucek. Narsih menggelinjang kembali dengan kerasnya, seprei makin tertarik. “Ooooooh paaaah … kamu jaaahaaaat paaaah …. Eeeenaaaak paaaah …. Oooooh ….”.<br />
<br />
Aku sudah mulai tak tahan. Rasa geli sudah melanda sekujur tubuhku. Akhirnya aku mendesah keras ketika air maniku memuncrat ke dalam tempik Narsih, “Naaaaarsiiiiih … aakuuuu keluuuaaaar ….. hhhheh hhhhh ….”. Narsih juga ikutan meregang dan mendesah, “Paaaah …. Aaaakuuuu juuugaaaa …. Oooooooohhhhh …. Terima kasih paaaah ….”.<br />
<br />
Kedua tubuh kami melemas tak bertenaga lagi. Kontolku lepas dengan sendirinya dari tempik Narsih, sementara masih memuncratkan spermanya di luar sehingga membasahi jembut dan paha Narsih, juga meleleh di seprei.<br />
<br />
Segera Narsih kubaringkan ke sampingku dan kupeluk lagi erat-erat sambil kuciumi dahi, pipi dan bibirnya dengan rasa sayang yang tak terhingga. Semalaman ini aku telah merasakan kenikmatan yang tak ada taranya.<br />
<br />
Hari sudah mulai terang …<br />
<br />
Sepagian kami bercengkerama dan bercumbu sambil menikmati pemandangan alam sekitar lewat jendela kamar yang kubuka lebar-lebar. Beberapa kali di hari itu kami bergelut memadu cinta sepuasnya. Dan siangnya, setelah matahari mulai turun, Narsih dengan berat hati kuantar ke terminal bus kembali ke Mg.<br />
<br />
Sejak tahun ketiga masa dinasku di puskesmas itu, aku tinggal sendirian di rumah dinas, keluargaku (istri dan anak) tinggal di rumah yang kami beli di S, agar istri tidak kecapekan pulang pergi ke kantornya yang berada di S. Sebelumnya, anakku lebih banyak dibawa neneknya yang tinggal di J. Selama sisa masa dinasku itu, aku jadikan Narsih sebagai pengganti istriku.<br />
<br />
Selama ini perselingkuhanku aman-aman saja, meski ada staf priaku yang agak-agak curiga, karena dia hampir memergokiku menggeluti Narsih di kamar tidur rumahku pagi hari sebelum jam kantor buka.<br />
<br />
Di pagi hari itu, seperti biasanya, ketika suami Narsih sudah pergi ke pabrik, pembantuku belum datang (biasanya pukul 7), seperti hari-hari sebelumnya Narsih ke rumahku menemuiku untuk meminta ‘jatah sperma pagi’, tetapi agar tidak mencurigakan dia membawa makanan untuk sarapan buat, sebab pembantu rumahtangganya memang diminta istriku untuk menyediakan sarapan pagi buatku setiap hari. Biasanya dia datang ke rumah sudah memakai baju dinas melalui pintu belakang.<br />
<br />
Pagi itu, begitu datang langsung kuajak masuk ke kamar tidur (ada dua tempat yang biasa kami pakai ngeseks, yaitu kamar tidur atau kamar periksa). Kedua pintu rumah, belakang dan depan, tak pernah kututup kalau Narsih ke rumah, agar tidak membawa kecurigaan orang lain.<br />
<br />
Untuk kegiatan ’seks harian’ seperti ini kami tak banyak melakukan foreplay, sebab waktunya sempit dan situasinya tak aman benar.<br />
<br />
Begitu masuk ke kamar tidur, pintu kamar kukunci, dan langsung Narsih kupeluk dan kuajak tiduran di ranjang, rok bawahnya kusingkap jauh-jauh ke atas, sehingga tempik Narsih terpampang indah (seperti biasanya, Narsih datang tanpa bercelana dalam, celana dalam di simpannya di saku rok, dan baru dipakai menjelang pulang). Hari itu aku hanya memakai sarung dan kaos oblong. Sarungku dan celana dalamku kulepas, sedang kaos oblongku kusingkap saja sampai ke leher, kemudian kutindih Narsih yang sudah merenggangkan selangkangannya lebar, lalu kontolku yang sudah siap menunggu, tanpa berlama-lama kumasukkan ke dalam liangnya. Kancing kemeja dan BH Narsih kubuka tanpa kulepas, kuremas tetekya dan kulumat bibirnya, sampai dia merintih lirih, “Aaaaaacchhhh paaaah … cepeeeet kooocoook yaaang …. Cepeeet … “. Kontolku kugerakkan dengan irama beraturan sementara nafasku memburu.<br />
<br />
Karena terburu waktu, aku dan Narsih tak terlalu lama mencapai orgasme (menurut pengalamanku, stress, misalnya akibat desakan waktu, ternyata bisa berperan dalam mempercepat datangnya orgasme, tapi pada penyebab stress lain kadang-kadang justru sebaliknya), kurang lebih setelah sepuluh menit. “Aaaaahhhh Siiih, aaakuuu keeluuuaaar … “, desisku lirih. Badanku mengejang, yang diikuti dengan mengejangnya tubuh Narsih. “Aaaakuuu juuuugaaa paaaah …. Hhhh hhhhh sssshh … iiicchhh ….”. Aku menciumnya kembali, dan sejenak kubiarkan semprotan maniku beberapa lama di vaginanya. Denyutan otot tempiknya terasa di ujung kontol. Aku hampir selalu puas dengan Narsih, sebab Narsih cepat orgasme, padahal menurut pengakuannya dia sukar terpuaskan oleh suaminya, sehingga dulu aku cukup cemas bakal sukar memuaskannya.<br />
<br />
Setelah beristirahat sejenak dengan kontol yang kubiarkan tetap berada di liang tempiknya, kubantu dia membersihkan tempiknya dari lelehan spermaku dengan tissue.<br />
<br />
Narsih segera merapikan pakaiannya, tetapi toh tampilan wajahnya tidak sempurna betul karena ada bekas jilatan lidahku. Kemudian kami keluar dari kamar. Tapi, astaga … begitu aku mengantarkan Narsih ke luar dari pintu belakang, kami ketemu salah satu staf priaku Joko. “Oh, mbak Narsih … “, katanya, sedikit curiga karena melihat Narsih ada di rumahku sepagi itu dengan rias wajah yang tak sempurna, apalagi melihatku di rumah hanya pakai kaos dan sarung yang tak terpakai rapi. Sambil gelagapan, Narsih menjawab, “Oh .. eh, dik Joko … eh … saya mengantar sarapannya pak dokter. Biasa tiap pagi dik … Perintah ibu boss … hihihi ..”, sambil ketawa kecut. Narsih bergegas meninggalkan rumahku. Ternyata Joko kebetulan pagi itu ke rumah guna minta bantuanku mengobati ayahnya yang sakit cukup parah di rumahnya. Untungnya, Joko nggak datang ketika aku masih asyik bergelut dengan Narsih di dalam kamar. Juga, cukup beruntung bahwa yang curiga adalah Joko, sebab seorang lelaki biasanya tidak mudah mengobral rumor seperti halnya perempuan (maaf ya buat kaum perempuan … ).<br />
<br />
Sejak itu aku lebih berhati-hati ketika bergelut dengan Narsih di rumah. Aku lebih sering menggunakan kamar periksa dan menyetubuhinya di atas bed periksa yang walau sempit dan tinggi, tetapi sedikit lebih aman.<br />
<br />
Yang terang, aku nggak pernah menghentikan kebiasaanku bercinta di pagi hari, kecuali kalau ada halangan yang berarti, misalnya sedang menstruasi, atau keadaan tak memungkinkan karena misalnya suaminya ada di rumah. Itu menjadi tugas rutinku, selain karena aku menginginkannya, itu juga kebutuhan Narsih sendiri. Pokoknya kami berdua sudah bak suami-istri dalam persoalan seks. Menurut pengakuan Narsih, dia pusing kalau tak sempat bersetubuh denganku, sekali pun malam harinya dia sudah disetubuhi suaminya habis-habisan.<br />
<br />
Di kemudian hari, yang membuat kebiasaan rutin kami bersetubuh di rumah bisa berlangsung dengan lebih mulus, adalah karena bantuan pembantu Narsih. Pembantu Narsih bernama mbok Nah, seorang janda yang sudah agak tua, antara 55-60 tahun. Begitu dekatnya Narsih dengan mbok Nah (dia sudah ikut sejak Narsih masih gadis, ketika baru tinggal di rumah dinasnya), sehingga hampir tidak ada rahasia Narsih yang tidak diceritakannya ke mbok Nah, termasuk perselingkuhannya denganku. Mbok Nah senang dan menyetujui perselingkuhan itu, dan dia sangat membantu kami untuk melampiaskan hasrat seksual di hampir setiap pagi itu, dengan cara menunggui kami yang sedang bersetubuh di luar kamar dan sekaligus mengawasi dan menyamarkan kami kalau-kalau ada orang datang ke rumah. Sulit dipercaya, tapi nyatanya begitu.<br />
<br />
Cuma, memang, persetubuhan di rumah tak pernah memuaskanku 100 persen, sebab situasinya tak bebas, sehingga kami tetap mencari peluang untuk bercinta di tempat lain yang jauh lebih aman.<br />
<br />
Anehnya lagi, Narsih tak kunjung hamil, padahal sudah milyaran spermatozoaku yang normal menyerbu rahim dan ovariumnya. Tak adakah spermatozoa yang mampu menembus ovumnya? Padahal, aku dan Narsih sangat menginginkan seorang anak, buah cinta kami. Pernah Narsih kuminta memeriksakan diri ke seorang dokter obgyn, dan dia dinyatakan normal.<br />
<br />
Ada beberapa kali pengalaman menarik yang berhubungan dengan ’seks radio’. Aku dan Narsih masing-masing memiliki radio komunikasi handy-talky (HT).<br />
<br />
Di suatu siang, setelah makan dan sholat, sambil bersarung tanpa baju, aku berbaring di tempat tidurku. Aku melamun. Tiba-tiba muncul ide di benakku untuk bermain seks jarak-jauh dengan Narsih (jadi, sejak dulu aku sudah memelopori semacam ‘cybersex’ itu jauh sebelum aktifitas ini populer). Kuhidupkan HT-ku, aku menuju frekuensi tempatku biasa mojok dengan Narsih (pada frekuensi yang sangat rendah), tanpa antena terpasang. Kupanggil-panggil Narsih. Setelah beberapa lama, Narsih merespons panggilanku. Aku tanya dia, apakah suaminya sudah datang. Ternyata belum. Lalu kuminta Narsih membawa HT-nya ke kamarnya dan menguncinya dari dalam.<br />
<br />
“Narsih, mau nggak kamu membuka pakaian sekarang sampai telanjang?, mintaku. “He, apa-apaan pa? Sinting kamu pa.”, sahutnya.<br />
<br />
“Sudahlah, mau apa enggak? Kalau mau, ayo, buka saja semua pakaianmu, dan tiduran di ranjang, sambil terus memonitorku. Aku di sini sudah telanjang lho.”, kataku sambil melepas sarungku sampai aku telanjang bulat sendirian di tempat tidur. “Iya deh, aku buka baju ya.”, sahutnya lagi di seberang sana.<br />
<br />
“Sudah pa, aku sudah telanjang bulat-lat … Malu, ah, pa”, katanya genit, “Terus ngapain?”.<br />
<br />
“Nah, kalau sudah, raba dan remas susumu dengan tangan satumu seolah-olah yang meremas itu adalah tanganku. Pokoknya anggap aku ada di sampingmu sekarang ini, dan anggaplah aku lagi menggumuli kamu. Aku juga anggap kamu ada di bawahku kutindih dan kugeluti. Ayo, Narsih. Hhh ssssshh hhhhehhhhh ….”, aku mulai mendesis sambil tanganku yang satu mengelus kontolku sendiri.<br />
<br />
“Yaaah paaaah, aku sudah meremas susuku paaaah. Ssssshhh ….”, desah Narsih.<br />
<br />
“Terus Siiih, kalau mendesah, mendesahlah yang keras. Aaaah Siiiih, mulai eenaaak Siiih … “. “Aku juga paaaah, aaakuuu eeenaaaak paaaah … , sssshh. Aaakuuu masukkan ke lubang Narsih yaaaaang … Eeenaaak ….”, mulai terdengar rintih Narsi. Walau tanpa melihat, aku yakin Narsih mulai menggosokkan jarinya sendiri ke tempiknya, sebab dulu sebelum ketemu aku, dia mengaku sering bermasturbasi. Membayangkan hal itu dan membayangkan bagaimana tubuh bugil Narsih yang indah menggeliat, aku makin terangsang, “Hhhhhh sssshhhh ssss Siiiih, aaakuuu terangsang Siiih … teeeeruuuusss Siiih ….”. “Iii iiiyaaaa paaaah .. aakuu teeerusss … Kaamuu juugaaaa teeerusss paaaah … aaaacchhhh ….”, sahutnya di sana.<br />
<br />
“Teeeruuus Siiiih …. Kontolku terasa eeenaaak Siiiih ….”. “Aaaaah paaapaaa, aakuuu pingiin kontolmu paaaah … maasukkan paaaah ….. aakuuu suudaaah basaah paaaah … sssshhhhh … paaaah … “, Narsih terus mengerang.<br />
<br />
Birahiku makin terangkat ke atas ubun-ubun, “Siiiih … akuu tambah eenaaak Siiiih …. Kumasukkan dalam-dalam ke lubangmu ya Siiiiih ….”. “Iiyaaa paaaah …. Aaakuu .. akuu suuudaaah nggaaak taaahaaan paaaah … masukkan paaaah ….”. Aku membayangkan kontolku mengocok liang vagina Narsih, “Siiih, kukocok teruus ya Siiiih …. Kaamuuu eeenaaak Siiih … “. “Paaah … kaaamuuu juuugaaa eenaaak paaaah …. Aaaargggghhhh paaaaah … koooocoook paaaah …. Aaakuuu maaauuu saaampaaaai paaaah … kooocoooooooook laagiiiiiii ….. oooochhhh … “, kudengar teriak Narsih di telingaku.<br />
<br />
Mendengar desahan dan rintihan yang merangsang seperti itu, aku sudah merasa nggak tahan, aliran nikmat di ujung kontolku mulai terasa memuncak, “Aaaaah Siiiih … aaakuuuu hampiiiir …. Siiih … “. Di seberang sana Narsih merintih juga, “Aaaakuuu juugaaa paaaah … aayoooo sama-samaa paaah … oooochhh … saaayaaang … “.<br />
<br />
“Aaaduuuh Siiiih … aakuuu keeeluuuaaaar Siiiiih …. Hhhhhh ssssshhh hhhh ….”, tiba-tiba air maniku memuncrat-muncrat ke atas, membasahi tanganku, perutku, dan sebagian ada yang memuncrat jauh ke seprei kasur. “Ooooiiiiiccch yaaaaang … Narsih juuugaaaa paaaah … paaaaah eeenaaak ….. akuuu saaampaaaiiii … hhhhh ooooiiiccch ….”. Dan, suara Narsih menghilang, rupanya HT-nya terlepas dari tangannya. Tanganku terus mengocok dan memijat-mijat kontolku yang masih berdenyut dan mengeluarkan sisa-sisa spermaku. Aku puas.<br />
<br />
Tiba-tiba, suara Narsih memanggil di HT-ku, “Pa, terima kasih, aku puas sampai lemes pa. Ini pengalaman pertama bagiku. Kamu juga puas pa?”<br />
<br />
“Ya, Sih. Aku sangat puas. Kamu pintar merangsangku di HT ini Sih. Tapi kamu pura-pura mainnya atau betulan Sih?”, selidikku, sambil masih terengah-engah. “Ah, papa koq nggak percaya sih, aku sampai lemes. Tanganku basah semua ini lho. Kalau nggak percaya papa ke sini. Kalau perlu kita lanjutkan mainnya di tempat tidurku. Ayo ke sini.”, godanya centil.<br />
<br />
“Kalau begitu, terima kasih ya Sih, kapan-kapan kita coba lagi. Selamat tidur siang ya sayang … “.<br />
<br />
Aku tertidur kecapean, masih telanjang bulat sendirian di ranjang.<br />
<br />
Selama hampir lima tahun aku dinas di puskesmas itu, tak terbilang lagi, sudah ratusan adegan cinta super panas antara aku dan Narsih. Aku tak pernah bosan padanya. Narsih selalu bisa menyediakan ‘menu baru’ dalam bermain seks. Aku juga banyak mengkreasi berbagai posisi dalam bersetubuh. Kami adalah tim yang kompak dan inovatif dalam bercinta. Aku selalu kangen dia.<br />
<br />
Hubungan intim yang panas antar aku dan Narsih kekasihku yang kusayangi ini justru berhasil meningkatkan kualitas hubunganku dengan istri. Dalam seminggu aku dua kali pulang ke S berkumpul dengan keluargaku. Kehidupan dalam keluargaku makin harmonis. Aneh? Aku berhasil menambah seorang bayi cantik yang lahir dari rahim istriku.<br />
<br />
Sebaliknya Narsih tidak kunjung hamil.<br />
<br />
Suatu hari, menjelang masa dinasku habis di puskesmas itu, aku punya janji dengan Narsih, tanpa sepengetahuan suaminya, untuk mengantarkan salah seorang adik perempuannya, Ningsih, yang akan mengikuti ujian masuk universitas di M. Sabtu sore Narsih dengan adiknya kujemput di rumah teman adiknya, dan kami bertiga langsung meluncur ke M. Sampai di M sudah malam, kami mencari hotel dan memesan satu kamar ber-AC dengan sebuah tempat tidur besar untuk kami gunakan bertiga.<br />
<br />
Setelah makan, kami tidur. Besok kami harus berangkat mengantar Ningsih melihat tempat ujian.<br />
<br />
Posisi tidur: aku di sisi luar, Narsih di tengah, dan adiknya di sisi dalam dekat dinding.<br />
<br />
Dini hari aku terbangun, kulihat Narsih dan Ningsih sudah pulas membelakangiku.<br />
<br />
Merasakan tubuh Narsih bersinggungan dengan tubuhku, birahiku timbul. Tanganku kananku rupanya tadi secara sengaja ditaruh Narsih di bawah lehernya dan jari-jariku digenggamnya. Jari-jari tangan itu kulepas dari genggamannya pelan-pelan, lalu kurabakan ke permukaan dada Narsih yang tanpa BH. Lehernya mulai kuciumi. Pelan-pelan bagian belakang baju tidurnya kusingkap ke atas sampai kelihatan pantatnya. Astaga, ternyata Narsih juga tak memakai celana dalamnya. Rupanya aku dan dia sudah sehati, sehingga tahu apa keinginan masing-masing, sehingga selalu siap bertempur setiap ada peluang.<br />
<br />
Celana pendekku kupelorot, dan kukeluarkan kontolku yang sudah menegang (aku sengaja tak bercelana dalam), kutempelkan pada belahan pantat Narsih. Mungkin karena kena gesekan benda hangat di pantatnya, Narsih mulai menggeliat terbangun. “Hayo, papa mulai nakal.”, katanya, masih terkantuk. “Biarin, aku kepingin banget koq.”, timpalku, sambil mulai meremas susunya dari luar baju tidurnya. Narsih jadi betul-betul terbangun. “Ssssstt, hati-hati lho … jangan sampai Ningsih terbangun. Kalau ketahuan ‘kan malu.”, katanya. “Biarin ketahuan, toh adikmu sudah tahu kalau kita pacaran.”, godaku, sementara jari tangan kiriku sudah menjelajah ke bibir vagina Narsih lewat sela-sela pantatnya. “Aaaah paaah … naaakaaal sekali kamuu paaah ….”, Narsih mulai merintih pelan. Sambil terus mengorek liang vaginanya, aku melumat bibir Narsih dari samping. Tangan kiri Narsih memijat-mijat dan mengelus kontolku dengan halus, dengan tetap tubuhnya masih membelakangiku untuk mengawasi adiknya.<br />
<br />
Jari-jariku yang ada di dada, langsung menyelusup ke dalam susunya melalui leher baju tidur Narsih yang rendah. Putingnya kupilin-pilin dan kuputar-putar dengan lembut. Sementara jari-jari tangan satunya mengubek-ubek liang tempiknya yang sudah licin basah, sambil sekali-kali satu jari mengelus lubang anusnya. Narsih mulai menggeliat dan mendesis sangat lirih, “Oooooch yaaaang … kaaamuuuu naaaakaaaaaal … paaaah … mmmmppphhhh hhhhh”. Dia mencoba menahan desahannya, takut Ningsih terbangun. Kelihatan Narsih agak kesukaran menahan diri, sebab kalau sedang dirangsang atau disetubuhi dia biasa berteriak cukup keras. Kasihan melihatnya. Tapi bagaimana lagi, masa’ kami bercumbu dilihat adiknya sendiri. Nggak lucu dong.<br />
<br />
Agar tidak kelamaan menahan birahi seperti itu, kontolku yang sudah ngaceng lama itu, kuselipkan ke bibir vaginanya dari belakang, dan tangan kiriku berpindah ke depan, mencari kelentitnya yang agak mengeras dan menggeseknya agar dia cepat orgasme. Tanganku bergerak di bawah baju tidur yang bagian depannya tetap menutupi kemaluan Narsih, agar bila sewaktu-waktu Ningsih terbangun tidak terlihat kemaluan kakaknya sedang dimasuki sebuah kontol. Kaki kiri Narsih agak diangkat dan diletakkannya di atas sisi luar paha kiriku, sehingga selangkangannya merenggang, untuk memudahkan pergerakan kontolku di dalam vaginanya. Kontolku kumaju-mundurkan dengan perlahan-lahan. Nikmat sekali rasanya. Narsih makin mendesah lirih, “Mmmmmfffhhh … hhhhhehhhh … shhhh …. Ayoooo paaaah … “. Pinggulnya pun mulai digoyangnya pelan. Asyik betul.<br />
<br />
Inilah pengalaman pertamaku bersetubuh dalam situasi ‘berbahaya’ yang sewaktu-waktu bisa disaksikan orang ketiga. Tetapi nafsu yang sudah memuncak seperti ini tidak banyak punya pertimbangan lain.<br />
<br />
Terus secara teratur kontol kukocok, maju-mundur, ke kanan-kiri, dan kuputar-putar. Aku mulai merasakan denyutan otot vagina Narsih yang masih cukup ketat. Vagina yang belum pernah dilewati kepala bayi. Vagina yang masih senikmat vagina perawan. Vagina yang membuatku selalu ketagihan selama hampir lima tahun.<br />
<br />
“Aaaarrgghhhh paaaah … mmmmffffhhh … hhhhh … yaaaaaang … “, Narsih terus merintih. Dia mulai tak bisa mengendalikan diri. Erangannya mulai mengeras. Tapi kulirik, Ningsih tak terbangun. Atau pura-pura tidur? Mungkin saja. Ah, peduli amat. Biarin kalau Ningsih tahu. Nafsu yang sudah di ubun-ubun, ternyata sudah tak mengenal malu lagi.<br />
<br />
Aku menahan diriku untuk tak mendesah. Narsih lah yang justru nggak bisa tahan.<br />
<br />
Permainan ini kukendalikan sepenuhnya. Kontolku masih bergerak teratur dan pelan. Jariku terus mengorek bagian depan bibir vagina dan kelentit bergantian, sedang dada Narsih terus kuremas dan kugosok. Telinga belakangnya kujilati dengan lidahku. Posisi terus kupertahankan seperti itu, sebab tak mungkin menerapkan posisi lain.<br />
<br />
Narsih merintih agak keras, “Paaaaah … akuuuu suuuuudaaaah nggaaaak taaahaaaan … mmmfhhh ssssh sshhhhh hhh …. Papaaah … “. Goyangan pinggulnya makin tak beraturan. Narsih menggeliat, dengan tangan kirinya mencengkeram paha kiriku kuat-kuat.<br />
<br />
Agar tak terlalu ribut. Ibu jari kiri ku kumasukkan ke mulut Narsih. Seperti bayi, jempolku dikulumnya kuat-kuat, sambil mendesah terus, “Mmmmmfffhh … mmmmfhhh … aaaacchhhh iiiichhhh … “.<br />
<br />
Kontolku terus kukocok. Belum juga orgasme.<br />
<br />
Narsih makin liar. Kepalanya bergoyang-goyang seperti orang kesakitan. Tangan kanannya menarik seprei, sehingga tubuh Ningsih di sampingnya agak bergoyang sedikit terseret. Gelinjang Narsih makin menghebat. Narsih betul-betul liar, rupanya dia tak terlalu peduli lagi ada adiknya di sampingnya. “Aaaaachhhh paaaah … mmmmmmfffh …. Hhhh ….”.<br />
<br />
Melihat Narsih makin liar seperti itu, aku makin terangsang. Gerakan kontolku kupercepat, dan kuputar dan sekali-sekali kubenamkan dalam-dalam ke dasar vaginanya. Aku mulai mendesis, “Hhhhhhh … hhhhh … ssshhhhh … “.<br />
<br />
Mendadak, Narsih setengah berteriak melepaskan ibu jariku dari mulutnya, “Paaaah … aaakuuuu ….. suuuudaaaaaah ….. suuuudaaaaah …. Hhhhhhh sssshhhh … paaaaah ….”. Cepat-cepat mulutnya kubungkam dengan bibirku agar teriakannya tak berlanjut. Paha kiriku dicakarnya kuat, dan, astaga … seprei tempat tidur dicengkeramnya kuat sehingga tubuh adiknya tertarik sampai punggungnya bersentuhan dengan tanganku yang sudah kembali meremas susu Narsih. Pikirku, mustahil Ningsih tak terbangun.<br />
<br />
Merasakan denyutan kuat tempik Narsih pada saat orgasme itu, aku hampir bersamaan mencapai saat yang paling nikmat itu. Air maniku menyemprot kuat di dalam vagina Narsih. Pantatnya kutarik kuat ke belakang sehingga kontolku bisa betul-betul terbenam di dalamnya. Aku pun sudah tak peduli kalau Ningsih ternyata tahu apa yang kami lakukan. Aku ikut melenguh, “Aku keluuaaaar Siiiih … aaah eenaaaak … hhhhh … “. Narsih terengah-engah, masih dipelukanku. Seperti biasanya setiap mengakhiri persetubuhan, kukulum bibir Narsih dengan rasa sayang. Jari-jari tangan kanannya kugenggam mesra dengan jari-jari tangan kiriku.<br />
<br />
Sejenak beristirahat, kukenakan lagi celana pendekku. Kemudian kuambil tissue di meja, dan kubersihkan vagina Narsih dari lelehan spermaku. Narsih mencubit tanganku dengan tersenyum sambil bergumam lirih , “Kamu bener-bener nakal pa. Sinting … “. Aku tertawa kecil mendengarnya.<br />
<br />
Aku tidur kembali.<br />
<br />
Paginya kami antar Ningsih ke kampus sebuah universitas di M untuk melihat tempat ujian masuk. Ningsih kelihatan biasa saja, dan dia bisa ngobrol tanpa kikuk baik denganku mau pun kakaknya. Aku merasa lega. Rupanya Ningsih tak tahu apa yang kulakukan bersama kakaknya tadi malam.<br />
<br />
Setelah dari kampus, kami antar Narsih ke tempat kos adik perempuan lainnya, Narti, yang kuliah di M ini juga. (Hebat Narsih, karena dia lah yang membiayai adik-adiknya belajar di perguruan tinggi)<br />
<br />
Ningsih ditinggal di sana, agar bisa belajar dan besok akan diantar Narti ke tempat ujian.<br />
<br />
Siang itu, saya dan Narsih bebas dari ‘gangguan’ adiknya, sehingga nanti bisa melanjutkan permainan cinta yang tak pernah membosankan itu. Hari Minggu ini kami merencanakan menginap lagi, dan besok Senin subuh kembali ke puskesmas untuk bekerja. Kemarin aku sudah menelpon istriku kalau akhir minggu ini aku nggak bisa pulang ke S dengan alasan ada suatu acara para dokter di hari Minggu, dan aku janji untuk pulang ke S hari Senin sore besok.<br />
<br />
Siang itu kuajak Narsih jalan-jalan mengelilingi kota M, kemudian kembali ke hotel.<br />
<br />
Sesampai di kamar hotel, Narsih tampak seperti kebingungan, dan berkali-kali kaya’ salah tingkah. Aku jadi heran.<br />
<br />
“Mengapa Sih, kamu koq aneh, seperti bingung?”, tanyaku. “Ah, enggak. Aku cuma ngantuk pa.”, jawabnya. Lalu dia ke kamar mandi, cukup lama, tapi kubiarkan saja. Dari kamar mandi, dia kemudian berbaring. Agak aneh, bahwa dia nggak mencium aku seperti biasanya kalau mau tidur. Tapi aku nggak terlalu memikirkannya. Kubiarkan dia tidur sampai sore. Aku menonton televisi, sampai tertidur juga.<br />
<br />
Sekitar pukul 4 sore aku bangun, kulihat Narsih juga sudah bangun tetapi masih berbaring. Dia kuganggu, dengan kujawil teteknya. “Jangan pa … geli … “, sambil memegang tanganku agar tidak melanjutkan pekerjaannya. “Lho kenapa Sih, marah ya?”, tanyaku.<br />
<br />
“Jangan kecewa ya pa. Menstruasiku datang siang tadi. Coba pa pegang selangkanganku, aku sedang pakai soft-tex Bagaimana pa, apa kita pulang saja? Soalnya ‘kan percuma di sini nggak bisa main.”, katanya.<br />
<br />
“Oooo, gitu toh … Begitu saja koq nggak terus terang dari tadi sih? Ya nggak apa-apa toh, perempuan itu selalu menstruasi setiap bulan, itu ‘kan wajar. Mengapa mesti pulang sekarang, apa tujuan kita ke sini cuma mau main?”, jawabku tenang, padahal dalam hatiku ya agak kecewa karena sisa waktu ini nggak bisa kugunakan untuk bercumbu seperti tadi malam.<br />
<br />
“Nggak apa-apa ya pa. Aku memang nggak pingin pulang sekarang, aku masih ingin semalaman bersama papa. Sebetulnya, meski pun aku sedang menstruasi, aku tetap pingin main koq pa. Sungguh, aku masih kepingin. Tapi menurut kesehatan ‘kan dianjurkan nggak usah melakukannya. Juga katanya menurut agama nggak boleh.”, ujar Narsih lagi. “Memang bener. Dusahakan menghindari main pada saat haid, kecuali kalau yakin penis dan vagina kita betul-betul bersih. Tapi kalau soal agama, kita ini sudah melanggar ajaran agama sejak lama Sih.”, kataku sambil tersenyum kecut.<br />
<br />
Sore itu Narsih kuajak nonton bioskop dan makan di restoran di dekat alun-alun. Sejak di dalam gedung bioskop kami bermesraan terus.<br />
<br />
Sepulang dari jalan-jalan kami kembali ke kamar hotel. Kulihat waktu sudah pukul 9 malam.<br />
<br />
Sebelum tidur, bibir Narsih kukecup sayang, sambil mengucapkan selamat tidur. Tapi, tak dinyana, Narsih memeluk leherku dan lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku dan dengan ganas lidahku dipilin-pilinnya. Tentu saja aku terangsang dengan perlakuannya, kulakukan ciuman dalam. Akibatnya Narsih mulai mendesah, “Ooooch sayaaaang …. Aku dirangsang ya yaaang ….”. Ajakan itu tak kusia-siakan. Tanganku mulai meraba teteknya, baju tidurnya kupelorot ke bawah melalui bahunya dan kedua tangannya, sehingga telanjanglah bagian dadanya. Puting susunya kusergap dengan ganas. Seluruh areola buah dadanya kuempot dan kujilat. Lekukan di antara kedua tetek, kugigit-gigit ringan. Narsih merintih cukup keras, “Aaaaach paaaah …. Aku suudaaaah terangsang paaaah …. “. Dia dengan sigap melepas kaosku. Lalu dijilatinya kedua dadaku. Satu tangannya mencari kontolku di bawah yang masih tertutup celana pendek berikat-tali. Talinya dilepas, dan tangannya menerobos ke balik celana, dirabanya kontolku, dan dipijatnya dengan lembut. Dielusnya kontolku memanjang dari buah pelir menuju glans di ujung kontol. Rabaannya bukan main nikmat, “Aaah … eenaaak Siiih ….”. Celanaku kulepas saja, agar Narsih bisa lebih bebas memanipulir kontolku, dengan harapan aku bisa orgasme melalui manipulasi tangan atau mulutnya, karena kupikir aku nggak bakal orgasme melalui persetubuhan, sebab dia dalam keadaan menstruasi. Agar aku lebih terangsang, baju tidur Narsih kupelorot dan kulepas sama sekali melalui kakinya. Tinggallah celana dalam yang masih dipakainya dengan di dalamnya terdapat pembalut wanita yang menutupi vaginanya. Keadaan itu tak mengurangi keseksiannya. Menurut pengamatanku dari waktu ke waktu tubuh Narsih makin indah saja. Teteknya makin kencang dan agak membesar, mungkin karena Narsih lebih gemuk dari sebelumnya sehingga lebih tubuhnya makin berisi. Betul-betul tubuh idaman lelaki. Kakinya yang indah masih ditumbuhi bulu-bulu agak lebat yang tak pernah dicukurnya, sehingga menambah birahi. Apalagi melihat ketiaknya yang sedikit berbulu hitam halus, ah, sungguh merangsang darah lelakiku. Perlahan mulutku menyusur ke bawah menuju pusarnya, dan kujilati lubang dangkal pusar itu. Narsih mendesah, “Oooocchhh yaaaang … geeliiiii …. Oooooch … “. Mukaku terus turun ke bawah, kulewati saja selangkangannya yang tertutup pembalut dan kujilati sisi dalam pahanya. Kontolku kugesek-gesekkan ke kedua tetek Narsih. Enak rasanya. Dibantu tangan Narsih, sambil dielus-elus, ujung kontolku digosok-gosokkannya ke pentil susunya. Aku merasa nikmat, aku ingin orgasme dengan cara begitu. “Teeruuus Siiih … gosok teruus seperti itu ya yaaang … “, pintaku. Sementara jilatan dan kenyotan ringanku pada paha mendekati lipatan selangkangannya juga makin menghebat. Akibat perlakuanku itu, Narsih menjerit, “Paaah …. Aaakuuu nggaaaak kuuaaat ….”. Tak tahan karena manipulasiku lidahku di sekitar selangkangannya, Narsih akhirnya minta, “Paaah, aku ditindih sajaaa paaaah … aaayooo paaaah …. Cepeeet … “. Kuturuti permintaannya, Narsih kutindih, dan selangkangannya kurenggangkan agar kontolku bisa berada di lipatan paha atas itu. Kucium Narsih dengan penuh nafsu. Narsih menggeliat, dengan menggesek-gesekkan selangkangannya yang berpembalut itu ke kontolku, “Aaakuuu nggaaaak taaahaaan yaaaang … “.<br />
<br />
Birahiku sudah tak terkontrol lagi, kontolku kucoba kumasukkan melalui sela-sela celana dalam Narsih, agar bisa menyentuh bibir vaginanya. Agak sulit masuk ke sana. Narsih rupanya juga ingin aku bertindak lebih dari itu, tiba-tiba tangannya masuk ke celana dalamnya dan disingkirkannya pembalut wanita penutup vaginanya yang berfungsi mencegah mengalirnya darah menstruasi keluar.<br />
<br />
“Ayoo paaaah, masuukkan saajaaa paaaah … “. Begitu penghalang itu tak ada. Celana dalam Narsih kusibak dari sisi kanan tanpa kulepas, dan kucoba masukkan kontolku ke vagina Narsih. Pelan tapi pasti dengan bantuan dorongan pinggulku, kontolku masuk ke vaginanya. Terasa agak becek memang, tetapi tetap enak. “Nggaak apa-apa Siiiih ….? Aku sudah masuk … “. “Teruuus saja paaaah … nggak apa-apa …. Oooooochhhh ….”, jawabnya sambil mengerang.<br />
<br />
Mendengar jawaban itu, kukayuh kontolku dalam-dalam. Becek-becek enak. Narsih makin meregang dan menggeliat, “Teeeruuuus paaah …. Gooooyaaaang …. Aaaarrrghhhhh ….. ooooch … “. Lidahku menjilati bagian leher samping Narsih, sehingga makin menggeliatlah dia tanpa beraturan. “Aaaayooo paaaah …. Teeeeruuus … sssshhhh …. Oooochhh … aakuuu cintaaa paaaapaah Waaawaaaan … ooooocchhh ….”.<br />
<br />
Cukup sensasional juga rasa vagina yang becek seperti ini. Denyutan otot dalam vagina Narsih mulai terasa. Ujung kontolku seperti dipijat nikmat. “Eeeenaaaak saaaayaang … aaakuu saaaayaaaang kamuu Siiiih ….. kaaamuuu eeenaaak … “, lenguhku, sambil makin keras mengocok dan memutar kontolku di dalam tempiknya. Kedua jari tangannya yang berada di kasur kugenggam sayang.<br />
<br />
Makin menghebatlah gerakan Narsih, dadanya menggeliat membusung, pantatnya diangkat-angkatnya sehingga ujung kontolku makin terasa ditekan-tekan enak. Satu tangannya melapas genggamanku dan ganti meremas seprei kasur, matanya terpejam dengan mulut yang merekah komat-kamit sekali-sekali merintih. Sungguh pemandangan yang menggairahkan darah lelaki mana pun.<br />
<br />
Akhirnya waktunya tiba, hampir bersamaan kami berdua meregang dan menggelinjang, dibarengi semprotan maniku berkali-kali ke dalam vagina Narsih yang basah oleh darah menstruasi, “Aaah Siiiih … aakuuu keeluuuuaar … “. “Oooooooch iiiiiichhhhh …. Paaaaaaaah ….. aaaarggghhhhh ….”, teriak Narsih sembari tangan satunya mencakar punggungku kuat-kuat, dan kemudian lemas terengah-engah.<br />
<br />
Oh, enaknya, terasa sekali denyutan ritmis otot tempik Narsih yang memijat-mijat kontolku.<br />
<br />
Kuciumi Narsih, dari buah dadanya yang basah oleh peluh kami berdua, sampai leher dan seluruh wajahnya.<br />
<br />
Seprei tempat tidur basah oleh darah menstruasi bercampur dengan air maniku yang meleleh keluar. Juga celana dalamnya.<br />
<br />
Ah, aku sayang kamu Narsih …<br />
<br />
Itulah beberapa adegan persetubuhan liar yang mengesankan antara aku dan Narsih yang penuh kasih sayang. Ratusan adegan lain yang pernah kami lakukan tentu tak mungkin cukup diceritakan di sini.<br />
<br />
Sekarang aku sudah tak lagi pernah bertemu dengan Narsih. Aku dengar akhirnya dia cerai dari Bakdi suaminya, dan tetap tidak punya anak. Ada kabar dari seorang teman, bahwa Narsih telah menikah lagi dengan seorang duda yang beranak tiga. Katanya, Narsih hidup cukup berbahagia dengan suaminya yang sekarang. Tempat dinasnya pun sudah pindah dari puskesmas itu.<br />
<br />
Sampai saat ini aku masih mengenangnya. Aku tetap merasa bahwa cinta Narsih tulus padaku. Sebaliknya juga, rasa sayangku tulus padanya. Sayang, kami tak mungkin bersatu. Di samping Narsih, aku tetap mencintai istri dan anak-anakku dengan sepenuh hati.<br />
<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-31862426458207292932012-10-17T17:39:00.000-07:002012-10-17T18:55:38.479-07:004 Foto Cewek Salon Plus Plus Informasi mengenai: 4 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul: 4 Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Pengorbanan Wati</b></span> <br />
<br />
<br />
Sepertinya aku harus mengubur dalam-dalam impianku untuk menjadi satu-satunya perempuan dengan gelar MBA di kampung ini. Sia-sia sudah semua jerih payah selama masa kuliah dulu. Semuanya berawal dari datangnya musim kemarau yang berkepanjangan tahun lalu.<br />
<br />
Untuk mengembangkan usahanya, Abah telah mendapatkan kredit yang lumayan besar dari sebuah bank swasta. Semula, Abah tidak mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya karena hasil yang diperoleh Abah dari perkebunannya yang luas dan modern sangat berlimpah. Karena itulah Abah dapat mengirim aku ke Jawa untuk kuliah di sebuah universitas terkemuka di negeri ini. Namu, musim kemarau berkepanjangan tahun lalu telah menghancurkan semuanya. Semua tanaman di ladang dan kebun Abah mati kekeringan. Karena stress, Abah terkena stroke dan aku pun harus membatalkan niatku untuk melanjutkan kuliah di tingkat S2.<br />
<br />
Semakin hari kondisi Abah tambah menurun. Kami sekeluarga harus menjual barang-barang berharga kami untuk biaya pengobatan dan membayar cicilan kredit ke bank. Pada bulan ke-enam, kami sudah tidak punya apa-apa lagi yang dapat kami jual, sementara rumah dan lading sudah diagunkan Abah ke bank untuk mendapatkan kredit sehingga tidak mungkin kami menjualnya.<br />
<br />
Sebulan yang lalu, beberapa orang petugas bank datang menagih pembayaran cicilan kredit yang sudah tidak lagi dapat kami bayar selama tiga bulan. Mereka mengancam akan menyita rumah dan lading apabila kami tidak dapat melunasi tunggakan pembayaran dalam waktu dua minggu. Kami hanya bisa menangis, memohon belas kasihan orang-orang bank itu. Namun, mereka hanya petugas rendahan yang tidak memiliki wewenang besar, sehingga mereka tidak dapat membantu kami.<br />
<br />
Di tengah kekalutan, datang seorang laki-laki paruh baya yang bersedia membantu kami. Dia adalah salah seorang terkaya di kampung kami, yang juga sekaligus merupakan saingan usaha Abah. Kami mengenal pria ini sebagai Pak Kusrin. Semua hutang-hutang kami dibayar lunas oleh Pak Kusrin pada hari itu juga. Kami semua sangat senang dan berterima kasih pada Pak Kusrin, karena tanpa dia, kami mungkin harus tinggal di kolong jembatan atau emperan toko.<br />
<br />
Malam itu Pak Kusrin datang ke rumah kami dan aku menemani Mak untuk menemuinya. Tak disangka, ketika Mak pergi menengok Abah di kamar, Pak Kusrin mengatakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiranku.<br />
<br />
“Kamu sadar, kan … Wati, Utang abah kamu besar sekali. Saya harus mengeruk tabungan untuk melunasinya. Tentunya saya tidak mau itu dianggap amal jariah. Saya harus mendapatkan sesuatu. Saya ingin mendapatkan kamu, Wati,” kata Pak Kusrin.<br />
<br />
“Ma …. Mmaa …maksud Pak Kusrin, bapak mau mengambil saya sebaga istri?” tanya ku terbata-bata.<br />
<br />
“Wati … Wati …Kalau saya mengambil kamu sebagai istri, maka hubungan utang piutang di antara kita akan hilang. Saya tidak mau itu. Saya bilang kan tadi saya ingin mendapatkan kamu, tubuh kamu persisnya. Saya ingin menikmati tubuh kamu sampai saya anggap utang itu lunas,” kata Pak Kusrin sambil menyeringai.<br />
<br />
Begitu mendengar keinginan Pak Kusrin, Mak langsung meminta Pak Kusrin pergi dari rumah kami, namun Pak Kusrin membalas ucapan Mak dengan mengatakan bahwa dial ah yang sebenarnya berhak untuk mengusir kami dari rumah ini. Pak Kusrin benar dan kami tidak punya alasan lain untuk membantahnya. Aku dan Mak menangis sambil berpelukan. Namun aku sadar bahwa dengan merelakan tubuhku, aku akan dapat menyelamatkan kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi. Karena itu, aku mengiyakan permintaan Pak Kusrin.<br />
<br />
Malam itu, Pak Kusrin menjadi lelaki pertama yang menyetubuhi aku. Aku merelakan keperawananku untuk membayar utang Abah.<br />
Di sini, di kamar ini, untuk pertama kalinya aku melayani laki-laki. Pak Kusrin bahkan tidak mau repot-repot menghabiskan uang untuk menyewa kamar hotel untuk menikmati tubuhku. Begitu aku mengiyakan niatnya, dia meminta aku bersiap-siap di kamarku sambil menunggu obat kuat yang diminumnya bereaksi. Aku masih duduk di ujung tempat tidur ketika Pak Kusrin masuk ke kamarku. Dia langsung menghampiri aku tanpa peduli bahwa dia membiarkan pintu kamarku terbuka lebar dan kemudian membelai rambutku. Tiba-tiba dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang. Aku terkesiap. Itu adalah kali pertama aku melihat kontol, dan kontol itu ada di depan wajahku.<br />
<br />
Pak Kusrin meminta aku mengulum kontolnya. Dengan tangan gemetar aku memegang kotol Pak Kusrin dan memasukkannya ke mulutku. Air mataku berlinang. Betapa tidak, aku yang berpendidikan tinggi ini pada akhirnya terpaksa harus mengulum kotol laki-laki tua. Pak Kusrin menjambak rambutku dan memaksa aku untuk mengocok kontolnya dengan mulutku. Meski sempat tersedak, aku berusaha untuk menyenangkan lelaki tua bangka ini. Pak Kusrin menikmati layananku sambil mendesah dan mendesis. Setelah beberapa menit berlalu, kotol Pak Kusrin menjadi semakin tegang dan Pak Kusrin memegang kepalaku dengan kedua tangnnya sambil mendorong kontolnya ke dalam mulutku. Dia mencapai klimaks dan air maninya menyembur keluar di dalam mulut ku. Karena kepalaku tertahn kedua tangan Pak Kusrin, aku terpaksa menelan peju yang keluar agar aku tetap bisa bernafas. Sebagian peju Pak Kusrin meleleh keluar dari mulutku ketika Pak Kusrin menarik keluar kontolnya dan tumpah membasahi bajuku.<br />
<br />
Kemudian Pak Kusrin meminta aku membuka semua pakaian yang aku kenakan. Pak Kusrin menjadi lelaki pertama yang pernah melihat aku telanjang bulat. Dia memandangi tubuh mulusku sejenak dan meminta aku rebah di atas tempat tidur, sementara dia melucuti pakaiannya sendiri. Dia naik ke atas tempat tidur dan kedua tangannya mulai mengeranyangi dadaku. Dia meremas payudaraku dengan lembut sambil memainkan pentilnya. Aku terdiam bagaikan patung. Aku berusaha untuk mengabaikan rasa geli yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya pada buah dadaku. Salah satu tangannya meraih ke selangkanganku dan membelai lembut memekku. Sementara itu, dia memainkan lidahnya pada salah satu payudaraku. Aku begitu marah pada diriku sendiri karena aku seharusnya tidak menikmati apa yang dia lakukan pada tubuhku, namun aku tidak kuasa menahannya. Pak Kusrin telah memberikan sensasi yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sensasi yang membuat aku melambung ke awing-awang.<br />
<br />
Tanpa sadar aku membuka lebar-lebar kedua pahaku dan mengerak-gerakkan pantatku. Pak Kusrin membuka bibir memekku dan dengan jari-jarinya dia mulai menggosok-gosok itilku dengan lembut. Mulutnya tak henti-hentinya menyedot pentil buah dadaku. Tubuhku sudah di luar kendaliku sendiri karena nafsu birahi telah menguasaiku. Kini aku yang mendesah dan mendesis. Perlahan-lahan kepala Pak Kusrin berpindah dari dadaku, turun ke perutku dan akhirnya dia menempatkan kepalanya di selangkanganku. Kini dengan lidah dan bibirnya dia melahap memekku. Habis sudah pertahananku. Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut rambutnya. Sensasi yang tak pernah aku rasakan itu begitu indah dan nikmat.<br />
<br />
Melihat aku sudah sangat terangsang, Pak Kusrin berhenti dan mengambil posisi di antara kedua pahaku. Kontolnya dia gesek-gesekkan ke itil dan lubang memekku. Aku yang sudah dikendalikan nafsu justru mengangkat pantatku sehingga ujung kotol Pak Kusrin menyodok masuk ke lubang memekku. Aku tersentak. Sensasi yang aku rasakan ternyata jauh lebih nikmat sehingga tanpa sadar aku memohon Pak Kusrin untuk cepat-cepat memasukkan kontolnya ke memekku yang sudah basah oleh cairanku endiri dan liur Pak Kusrin.<br />
<br />
“Masukin, Pak … Masukin …. Aku sudah gak tahan lagi,” kataku.<br />
<br />
“Hehehehe … Siapa tadi yang menagis tersedu-sedu gak mau melayani aku? Hahahaha … Nih, aku kasih ….” katanya sambil melesakkan kontolnya ke lubang memekku yang masih sempit. “Agak sakit sedikit, kamu tahan ya …”<br />
<br />
“Ahhhhhhh …… Shhhhhhh …. Enakkk …Pak,” kataku. Separuh kotol Pak Kusrin kini sudah masuk ke dalam memekku. Dia mengerakkan pingulnya maju mundur dengan perlahan. Aku meracau dilanda kenikmatan yang timbul karena gesekan dinding memekku dengan kotol Pak Kusrin. Tiba-tiba Pak Kusrin mengigit leherku dan menyentak pinggulnya maju sehingga kontolnya masuk semuanya ke memekku.<br />
<br />
“Aaaaauuu …. Sakit …. …Pak!” aku tersentak. Selaput daraku kini sudah tembus di dorong kotol Pak Kusrin. Namun rasa pedih di leher dan rasa kaget karena digigit secara tiba-tiba membuat aku tidak terlalu merasakan pedih yang timbul karena sobeknya selaput daraku. Pak Kusrin cuma terkekeh.<br />
<br />
“Gimana? Gak terlalu sakit kan memek kamu?”<br />
“Enggak Pak, tapi pelan-pelan keluar masuknya. Masih agak nyeri …”<br />
Kemudian Pak Kusrin mulai melakukan gerakan memompanya. Awalnya perlahan-lahan dan kemudian semakin cepat.<br />
<br />
“Ahhhhh Watiiiii …. Nimaaat bangeeeet ….. “ kata Pak Kusrin.<br />
Aku tidak menjawabnya. Aku terlalu sibuk menikmati persetubuhan itu dan sesekali aku mengangkat pantatku untuk menyambut tusukan kotol Pak Kusrin di memekku. Aku merangkul dan membelai-belai punggung Pak Kusrin. Aku sudah memperlakukan Pak Kusrin seperti seorang suami. Pak Kusrin mempercepat gerakannya dan aku pun semakin melambung ke angkasa. Aku merasakan dorongan yang sangat kuat di bagian rahimku yang membuat aku seperti mengejan. Seluruh otot-otot di tubuhku mengejang. Memekku berdenyut-denyut.<br />
<br />
“AAAAAAAAAAH ……. AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …” aku menjerit keras ketika aku mencapai orgasme pertamaku. Hal yang semula aku lakukan karena terpaksa untuk menyelamatkan martabat orang tuaku ternyata begitu nikmat. Mungkin ini adalah kompensasi yang diberikan Tuhan atas pengorbananku. Tubuhku begitu rileks setelah puncak kenikmatan bersetubuh itu aku capai. Aku terbujur di atas tempat tidur sambil meresapi setiap sensasi yang aku rasakan.<br />
<br />
Pak Kusrin yang belum mencapai klimaks tidak terlalu suka dengan kondisi memekku yang sangat basah serta tubuhku yang lemas tanpa reaksi. Dia mencabut kontolnya dari memekku dan berganti posisi. Dia menempatkan kontolnya di antara kedua buah dadaku. Dia memegang buah dadaku dengan kedua tangannya sehingga kontolnya terjepit kedua benda lembut tapi kenyal itu. Lalu dia menggerakkan pinggulnya dan memperlakukan celah di antara kedua buah dadaku seperti yang dia lakukan pada memekku. Aku yang masih lemas karena orgasmeku hanya terdiam memandangi kepala kotol Pak Kusrin yang timbul tenggelam dari celah itu. Setelah beberapa menit Pak Kusrin mempercepat gerakkannya dan akhirnya air maninya menyembur membasahi wajah, leher dan payudaraku. Dia pun ambruk di sisiku sambil mengatur nafasnya.<br />
<br />
“Bukan main! Asyik sekali yang barusan itu ….” kata Pak Kusri sambil kembali mengenakan pakaiannya. “Mulai hari ini sampai batas waktu yang aku tentukan nanti, kita akan sering melakukannya. Kamu harus siap kapan pun saya ingin menyelipkan kotol ini di memek kamu,” sambungnya sambil berjalan meninggalkan aku yang terbujur lemas di atas tempat tidur.<br />
<br />
Begitu aku sadar tentang apa yang telah terjadi, air mataku menitik keluar. Aku tidak menyesali pengorbananku, namun aku menyesali mengapa aku begitu menikmati persetubuhan itu. Aku merasa jijik pada diriku sendiri, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa kenikmatan yang aku dapat dari persetubuhan itu memang begitu indah. Aku bahkan tidak menyeka mukaku yang berlumuran air mani Pak Kusrin yang bercampur air mataku.<br />
<br />
Mak yang rupanya sempat menyaksikan detik-detik terakhir persetubuhanku dengan Pak Kusrin dengan setengah berlari menghambur masuk ke kamar dan menghampiriku “Watiiii …… Maafkan Mak dan Abah ya nak. Karena kami kau harus melakukan ini,” kata Mak sambil membersihkan wajah. Leher dan dadaku dari air mani Pak Kusrin dengan sapu tangan yang diambilnya dari meja riasku. (Aku masih menyimpan sapu tangan bernoda air mani Pak Kusrin itu dan sesekali aku menciumi aroma laki-laki yang samar-samar masih tersisa di sana). Aku hanya diam mematung di atas tempat tidurku, tak mapu untuk berkata apa-apa. Mak menutup tubuh telanjangku dengan selimut dan menyuruh aku untuk tidur. Aku pun terlelap sampai pagi.<br />
<br />
Sebelum pergi meninggalkan rumah kami, Pak Kusrin sempat menaruh beberapa lembar uang ratusan ribu di atas meja riasku. Aku pergunakan uang itu untuk biaya pengobatan Abah dan makan sehari-hari. Sejak saat itu, aku telah menjadi gundik pemuas nafsu birahi Pak Kusrin untuk waktu yang aku pun tidak tahu berapa lama.<br />
<br />
Pagi tadi, ketika aku kembali dari pasar, aku bertemu Pak Kusrin di tengah jalan. Dia sedang berdiri sambil mengobrol dengan Pak Jono, sopirnya. Rupanya Pak Kusrin sedang meninjau pembuatan sumur bor di tengah ladangnya. Jalan di desa kami memang tidak pernah terlalu ramai, sehingga Pak Kusrin bisa memarkir mobilnya di bahu jalan tanpa menghalangi orang yang lalu lalang. Pak Kusrin menyapaku dan meminta aku untuk berhenti sebentar.<br />
<br />
“Wah baru selesai belanja rupanya …” kata Pak Kusrin.<br />
<br />
“Ya, Pak … Untuk makan siang dan makan malam Abah dan Mak nanti,” jawabku.<br />
<br />
“Sini kamu. Aku kepingin sarapan dulu,” katanya sambil menarik tanganku untuk mendekatinya.<br />
<br />
Menyadari posisiku yang lemah, aku tidak berani melawan. Begitu aku berdiri di sampingnya, Pak Kusrin membuka retsleting celananya dan aku mengerti apa yang dia mau. Aku berjongkok dan mulai mengulum kontolnya. Sambil terus mengawasi orang-orang yang sedang membuat sumur bor, Pak Kusrin menikmati “sarapan pagi” yang sedang aku berikan. Aku pegang kontolnya dan aku gerak-gerakkan kepalaku maju mundur sehingga kepala kontolnya keluar masuk dari mulutku. Sesekali aku jilati ujung kontolnya sambil beristirahat. Pak Kusrin begitu menikmatinya sehingga dia mengerang, mendesis bahkan kadang bergumam tidak jelas. Suaranya membuat orang-orang yang sedang membuat sumur bor menoleh ke arah kami. Malu juga rasanya ditonton orang, walau hanya cuma beberapa kepala saja.<br />
<br />
kotol Pak Kusrin sudah begitu tegang dan keras. Dia meminta aku berdiri dan melepas celana dalamku. Semula aku menolak. “Masak di sini sih, Pak … Kan gak enak ditonton orang,” kataku. “Tenang saja … Ayo cepat buka,” katanya sambil mengocok-ngocok kontolnya dengan tangannya sendiri. Aku angkat rokku dan aku copot celana dalamku dengan hat-hati agar memekku tidak terlihat oleh orang-orang di lading atau Pak Jono yang berdiri tidak jauh dari kami, setelah itu aku lipat dan taruh di keranjang belanjaanku. Pak Kusrin meminta aku berdiri di samping mobil dan menaruh kedua tanganku di atas kapnya. Pak Kusrin kemudian berdiri di belakangku dan menyingkap bagian belakang rokku. Pantatku yang telanjang terasa dingin diterpa angin. Aku malu sekali karena pantatku bisa dilihat oleh banyak orang sekarang. Akan tetapi bayangan akan disetubuhi di udara terbuka dan disasksikan orang banyak membuat aku agak terangsang. Pak Kusrin sempat tersenyum begitu dia menyentuh memekku dari belakang, karena memekku ternyata sudah cukup basah.<br />
<br />
“Wah sudah basah nih, sudah kepingin ya?” katanya. “Baguslah, coba bungkukkan badanmu sedikit biar saya gampang masuk,” sambungnya. Aku mnegikuti keinginannya. Badanku aku bungkukkan sedikit sehinga pantatku agak menonjol ke belakang. Kakiku dilebarkan. Akhirnya, hal itu pun terjadilah. kotol Pak Kusrin masuk ke dalam memekku yang masih sempit ini. Pak Kusrin masih agak kesulitan menembus lubang di selangkaganku. Pelan-pelan dengan dibimbing tangannya kotol Pak Kusrin akhirnya melesak masuk. Badanku agak bergetar begitu aku merasakan gesekan kotol Pak Kusrin pada dinding-dinding dalam memekku. Perlahan-lahan Pak Kusrin mulai menggenjot kontolnya keluar masuk memekku.<br />
<br />
“Ahhhhh ….. Aaaaahhhhhhh …. Aaaaaaahhhhhhh….” desahku pada setiap tusukan. Aku menggoyang pinggulku untuk mengimbangi genkotan Pak Kusrin. “Shhhhhhh …. Yeeeeeaaahhhhhh …… Aaaaaaahhhh …” aku terus mendesah.<br />
<br />
“Nikmat sekali … Goyang terus, Wati … Yaaaa …… Kayak gituuuuu …… Uuuuuuuhhhhhhh …..” kata Pak Kusrin. Tangan Pak Kusrin memegangi pinggangku setiap kali dia mendorong kontolnya masuk ke memekku. Sesekali dia meremas buah dadaku dari balik baju.<br />
<br />
Sensasi bersetubuh di pinggir jalan dengan beberapa orang yang menyaksikannya sangat luar biasa buat aku. Aku merasa seperti wanita jalang yang hanya punya satu tujuan hidup: seks. Aku sangat menikmati persetubuhan itu sehingga tanpa sadar aku mengeleng-gelengkan kepalaku sambil terus mendesah, mendesis dan bahkan berteriak. Kenikmatan itu sudah mengambil alih kendali atas tubuhku.<br />
<br />
“Lebih cepat, Pak …. Lebih cepat ….. Yeeeeeaaaaaahhhh …. Shhhhh …. Genjot lebih cepaaaaat …. Aku sudah mau keluar …” Pak Kusrin pun memenuhi permintaanku. Kontolnya bergerak lebih cepat keluar masuk memekku. Aku merasa sudah hampir mencapai orgasme. Tubuhku mengejang dan melengkung ke belakang hingga berhimpitan dengan tubuh Pak Kusrin.<br />
<br />
“Aku mau keluar Pak …. Aku mau keluaaaaarrrrr …. AAAAAHHHHH …. AAAAAAAAHHHHHHHH …..AAAAAAHHHHHHHHHHH ….” Aku berteriak melepaskan semua rasa ketika orgasme meledak-ledak di dalam tubuhku. Orang yang lewat dan para tukang yang sedang bekerja di lading membuat sumur bor mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berdua. Aku sudah tidak peduli lagi. Kenikmatan seksual ini jauh lebih berharga bagiku. Sesaat setelah tubuhku kembali melemas, Pak Kusrin mencabut kontolnya dari memekku dan meminta aku melakukan oral lagi. Hanya beberapa menit saja aku mengulum, mengenyot dan menjilari kotol Pak Kusrin hingga akhirnya kotol itu menumpahkan air mani kental berwarna putih. Sebagian air mani itu membasahi bajuku dan rambutku. Lalu aku menjilati sisa air mani dari kotol Pak Kusrin hingga bersih.<br />
<br />
Setelah itu aku membenahi rok dan bajuku dan minta ijin Pak Kusrin untuk pulang. Celana dalam sengaja tidak aku pakai lagi. Di sepanjang jalan, ada beberapa orang yang menoleh ke arahku ketika berpapasan. Aroma air mani segar yang tumpah di bajuku mungkin yang menarik perhatian mereka. Aku terus bejalan tanpa mempedulikan mereka. Sesampai di rumah aku memberika belanjaanku kepada Mak yang bingung melihat ceceran air mani di bajuku. Tapi dia tidak banyak tanya. Selitas aku melihat air matanya berlinang. Aku pun tidak peduli. Kalau memng aku harus menjadi budak seks Pak Kusrin untuk menolong orangtuaku, mengapa tidak sekalian saja aku menikmati setiap persetubuhan yang aku lakukan. Bagaimanapun, aku toh harus melakukannya ….<br />
<br />
Hari ini aku kembali membawa Abah ke rumah sakit untuk melanjutkan pengobatannya. Syukurlah, dokter bilang kondisi Abah sudah banyak kemajuan. Aku menyempatkan diri ketika sedang berada di rumah sakit untuk mengunjungi dokter kandungan. Aku minta pada dokter itu untuk memasangkan spiral di rahimku. Semula dokter menganjurkan aku untuk mengurungkan niatku, namun dengan sedikit kebohongan dia pun bersedia melakukannya. Aku katakana pada dokter itu bahwa aku sedang menyelesaikan kuliah S2-ku. Kehamilan pasti akan sangat mengganggu. Entah aku dapat ide dari mana untuk mengarang cerita bohong itu. Dengan spiral di rahimku, aku tidak akan takut lagi persetubuhanku dengan Pak Kusrin berakhir dengan kehamilan.<br />
<br />
Setelah beberapa hari tidak menyentuh tubuhku, sore tadi Pak Kusrin bertandang ke rumah. Aku tahu apa maksud kedatangannya dan aku pun sudah menyiapkan diriku untuk kembali melayaninya. Bayangan akan kenikmatan orgasme membuat aku menjadi bergairah. Aku sambut Pak Kusrin di pintu depan dan menyilakannya duduk di ruang tamu. Setelah menghidangkan secangkir teh, aku menemani Pak Kusrin berbicang-bincang sebentar.<br />
<br />
“Wati, kita ngewek di taman belakang sana yuk …” kata Pak Kusrin. “Sudah lama kan kita gak ngewek.” “Terserah Bapak saja … Saya kan gak bisa nolak,” jawabku pasrah. Pak Kusrin bangkit dari kursi tamu dan menarik tanganku untuk mengikutinya ke taman belakang rumah. Taman di belakang rumah tidak terlalu terbuka. Pagar sampingnya lumayan tinggi, tetapi bagian belakangnya sengaja hanya dipagari dengan pohon perdu setinggi pinggang yang selalu dipangkas rapi. Di taman itu, ada beberapa buah kursi taman dari batu tanpa sandaran serta sebuah meja batu besar. Di sekelilingya ditumbuhi berbagai tanaman hias dan bunga. Ah, bersetebuh di udara terbuka, membayangkannya saja aku sudah terangsang. Tanpa disentuh pun, memekku sudah basah ….<br />
<br />
Pak Kusrin meminta aku menanggalkan semua pakaianku. Dia agak kaget melihat ternyata aku sudah tidak memakai celana dalam. Setelah tidak ada benang sehelai pun yang menempel di kulitku, Pak Kusrin meminta aku duduk di pinggir meja batu besar. Dia juga mencopot pakaiannya, sehingga kami pun berdua bugil seperti bayi baru lahir. Dia berjongkok di hadapanku dan mengangkat kedua kakiku. Ternyata dia ingin menciumi dan menjilati memek dan itilku. “Ssssshhhhhh …. Yahhhhhhhhhh ….. Itilnya, Pak ……… Itilnya ………… Yahhhhhh ……. Ohhhhhhhhhhhh ………” kataku sambil terus mendesis menikmati setiap sapuan lidahnya di itilku.<br />
<br />
Setelah memekku benar-benar basah, Pak Kusrin duduk di salah satu kursi batu dan meminta aku duduk di pangkuannya. Dengan mudah kontolnya masuk ke memekku ketika aku menurunkan pantatku. Dengan bertumpu pada pundak Pak Kusrin aku bergerak naik turun sehingga kotol Pak Kusrin bergerak bebas keluar masuk memekku. Sebentar saja aku sudah tenggelam dalam kenikmatan birahi. Aku terus mendesah dan mendesis. Ternyata Pak Kusrin sangat menyukai tingkahku setiap kali dia menyetubuhiku. Istrinya atau wanita lain yang sering dia setubuhi biasanya hanya diam saja menerima segala perlakuan Pak Kusrin. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah. Sambil duduk seperti itu, itilku selalu bergesekan dengan jembut Pak Kusrin yang kasar setiap kali aku bergerak turun.<br />
<br />
Setelah bermain dengan posisi duduk selama beberapa puluh menit, Pak Kusrin meminta aku rebah di meja batu besar dan dia pun menyodokkan kontolnya ke memekku sambil berdiri. Kedua kakiku dilipat ke atas dan ditopang oleh kedua tangannya. Dengan begitu, memekku menjadi menyembul ke atas dan lebih keras menjepit kotol Pak Kusrin. “Aaaaahhhhhh …… Ini baru enaaaaaakk ….” Kata Pak Kusrin sambil terus menggenjot pinggulnya. “Genjot yang kuat, Pak …. Ayo … dong ….” Kataku memberi semnagat. Satu tanganku menjulur ke bawah untuk meraih itilku sendiri. Sambil terus menikmati setiap tusukan kotol Pak Kusrin di lubang memekku, aku menggosok-gosok dan memilin-milin itilku. Sementara tangan yang satu lagi aku pergunakan untuk memilin-milin pentil buah dadaku.<br />
<br />
Tanpa sadar mulutku terbuka lebar mendapatkan kenikmatan rangsangan itu. “Ahhhhhh … ahhhhhhh …. Ahhhhhh ….. ahhhhh ….” Keluar dari mulutku setiap kali Pak Kusrin menyodokkan kontolnya. “Kocok yang cepat, Pak … Lebih cepat, lebih cepat …. Tolong, Pak … Kocok lebih cepaaaattt ….. Aku sudah mau keluaaaarrrr ……Ahhhhhh ……” seperti yang sudah-sudah Pak Kusrin pun memenuhi permintaanku. Dia menarik dan mendorong kontolnya lebih cepat. Ergesekan kotol Pak Kusrin dan memekku mengeluarkan bunyi berdecak-decak. Tubuh kami sudah bermandi keringat. Entah pada sodokan yang keberapa aku pun mencapai orgasme. “AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH …………… AHHHHHHHHHHHHHH …. AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH ….. EENNNNNNAAAAAKKKKKHHH !!!” teriakku. Kakiku kaku menjulur ke atas dan pahaku mengatup. kotol Pak Kusrin tak bisa lagi bergerak. kotol itu berdenyut-denyut di dalam memekku dan akhirnya menyemburkan cairan kental memenuhi rahimku. “AAAARRRRGGHHHHHH ……” Pak Kusrin pun berteriak sambil memancarkan cairan spermanya. “WATIIIII …. SAYA JUGA KELUARRRRR…”<br />
<br />
Pak Kusrin tertunduk lemas sambil bertopang pada meja batu dengan kedua tangannya. Kedua kakiku kini menjuntai lemas. Namun Pak Kusrin sepertinya sengja tidak mencabut kontolnya dari memekku. Bahkan dia beberapa kali mendorongnya agar masuk lebih dalam. Ketika kontolnya sudah benar-benar lemas lunglai, barulah Pak Kusrin mencabutnya dan rebah disampingku.<br />
<br />
“Wati, kamu tadi menjepit kotol saya sehingga saya tidak bisa mencabutnya. Air mani saya tumpah semua di dalam memek kamu. Apa kamu sengaja agar kamu hamil?” tanya Pak Kusrin. “Tenang Pak. Aku sudah pasang spiral . Kecil kemungkinannya aku hamil,” jawabku. “Ohhhh … sukurlah. Aku agak kaget tadi,” kata Pak Kusrin lega dan untuk pertama kalinya dia mencium keningku.<br />
<br />
Setelah merenggut keperawananku dan menyetubuhiku berulang kali, inilah kali pertama Pak Kusrin menciumku. Aku memegang wajahnya dan membelainya. Entah siapa yang memulai, kami kemudian berpagutan. Kami berciuman dengan lembut dan tidak tergesa-gesa. Indah sekali … Lima menit kami berciuman. Lidah kami bertemu dan bergelut di dalam mulutku. Karena ciuman itu Pak Kusrin dan aku kembali terangsang.<br />
<br />
Tangan Pak Kusrin kembali beraksi meremas payudaraku dan memainkan itilku secara bergantian. Sementara aku membelai dan mengocok kotol Pak Kusrin agar tegang kembali. Begitu kontolnya kembali tegang, aku mendorong Pak Kusrin agar rebah di atas meja batu dan aku naik ke atas tubuhnya. Dengan sekali sentakan, kotol Pak Kusrin kembali masuk ke memekku yang masih basah oleh air maninya tadi. Dan kami pun terhanyut kembali dalam gelombang birahi Desahan dan teriakan kenikmatan kembali keluar dari mulut kami.<br />
<br />
Sore itu, dua kali Pak Kusrin menumpahkan air maninya di dalam memekku dan dua kali pula aku menguyur kotol Pak Kusrin dengan cairan memekku ketika kami orgasme. Setelah puas, Pak Kusrin kembali berpakaian dan pamit pulang. Tak lupa dia menyelipkan beberapa lembar uang ratusan ribu di tanganku. Aku menerimanya. Aku butuh untuk pengobatan Abah, membayar listrik dan makan sehari-hari.<br />
<br />
Aku sengaja tetap tinggal di taman belakang, rebahan di atas meja batu, telanjang bulat. Air mani Pak Kusrin menetes keluar dari memekku. Mungkin aku sempat terlelap di atas meja batu itu, karena begitu aku tersadar tubuhku sudah tertutup kain batik. Mungkin Mak yang menyellimuti aku tadi. Aku pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk memberihkan badanku dari keringatku dan keringat Pak Kusrin. Setelah itu, aku masuk ke kamar dan rebahan di atas tempat tidur hanya berbalut daster. Aku mencoba memutar kembali rekaman persetubuhan kami tadi dalam benakku. Nikmat sekali …. Sejenak aku bisa melupakan semua kesulitan dan masalah yang membelit keluargaku. … Terima kasih, Tuhan…<br />
<br />
Aku mendapat kabar dari Pak Jono tadi siang ketika dia membawakan satu kardus penuh berisi jamu-jamuan untuk wanita bahwa Pak Kusrin dan istrinya bertengkar hebat karena ada yang melaporkan “kegiatan” kami berdua di pinggir jalan tempo hari. Istri Pak Kusrin mengancam untuk mengajukan gugatan cerai, tapi Pak Kusrin cuma tersenyum saja mendengar ancaman itu. Aku sempat bingung ketika Pak Jono bilang terima kasih kepadaku. Ternyata setelah pertengkaran itu, istri Pak Kusrin sudah beberapa kali mengajak Pak Jono bersebadan.<br />
<br />
“Saya sebenarnya berharap bisa ngewek sama Neng Wati, tapi itu kan gak mungkin. Tapi, dapat sering-sering ngewek sama Ibu saja saya sudah senang … Hehehehe … Buat selingan, Neng. Bosan juga sama yang di rumah,” kata Pak Jono.<br />
<br />
Tadi sore Pak Kusrin datang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan seperti biasa. Kali ini dia tidak pakai basa-basi lagi. Begitu aku duduk di sampingnya di sofa, dia langsung menyergap aku dan kami pun berciuman. Selama beberapa puluh menit bibir dan lidah kami bertautan. Sementara itu tangan Pak Kusrin terus bergerilya di setiap bagian tubuhku. Baju kami pun stu per satu lepas dari badan kami, sehingga kami berdua benar-benar telanjang seperti bayi yang baru lahir.<br />
<br />
Di sana, di atas sofa di ruang tamu, ketika sinar matahari sore masih menerangi ruangan itu, aku dan Pak Kusrin kembali terhanyut dalam panasnya gelora birahi. Tanpa mempedulikan bahwa kami dapat menjadi tontonan orang yang lewat di jalan depan rumah, kami terus bergelut di atas sofa yang kini mulai basah dengan keringat kami.<br />
<br />
Pak Kusrin mendorong tubuhku hingga rebah di sofa. Kedua kakiku diangkatnya, lalu disangga dengan bahunya. Perlahan-lahan dia mengarahkan kontolnya ke memekku. Aku membantu membimbing ujung kotol Pak Kusrin agar tepat sasaran. Sekali dorong, kotol Pak Kusrin pun menerobos masuk liang sanggamaku. Sambil memegang kedua betisku,Pak Kusrin mulai melakukan gerakan maju mundur sehingga kontolnya timbul tenggelam dalam memekku. Buah dadaku berguncang-guncang seirama dengan setiap sodokan kotol Pak Kusrin ke dalam memekku.<br />
<br />
Aku meraih sebuah bantal sandaran sofa untuk menyangga kepalaku. Dengan posisi begitu, aku bisa melihat gerakan kotol Pak Kusrin yang keluar masuk memekku. Setiap kali Pak Kusrin mendorong masuk kontolnya, memekku menjadi agak kempot dan ketika kotol itu ditarik keluar, memekku menjadi agak gembung. Aku sangat terkesan dengan apa yang aku lihat di selangkanganku. Semua itu membuat aku semakin terangsang.<br />
<br />
“Kamu suka melihatnya, Wati?” tanya Pak Kusrin sambil terus bergoyang. “Ahhhhhh ……Iya, Ahhhhhhhhh …….. tapi aku lebih suka rasanya. Ahhhhhh …. Yeahhhhh …. Sssssshhhh …. Yeahhhhh …. Ahhhhhhh ….” Jawabku di sela-sela desahan kenikmatan. Setelah sekitar sepuluh menit, kakiku terasa pegal. Pak Kusrin menekuk lututku sehingga sekarang pahaku bertumpu pada perut dan dadaku. Namun baru lima menit disodok dengan posisi seperti itu, gentian Pak Kusrin yang merasa pegal dan dia minta ganti posisi. Aku menyuruhnya berbaring di sofa dengan kedua kaki lurus di atas sofa. Aku naik ke atas tubuhnya dan menancapkan kontolnya kembali ke memekku. Aku merasa seperti seorang koboi yang sedang menunggang kuda.<br />
“Oooooohh … yeahhhhhhh …. Hussss …. Hussssss,” kakatu sambil bergaya seperti koboi. “Ya … Goyang terus, Wati …. Enak sekali …. Teruuuuuss ….” Ujar Pak Kusrin sambil menggapai buah dadaku dan meremasnya.<br />
<br />
Aku terus menggerakkan pantatku naik turun sehingga kotol Pak Kusrin bisa terus bergesekan dengan dinding-dinding dalam memekku. Setiap gesekan memberi kami sensasi yang luar biasa dan tidak terbayang nikmatnya. Keringat semakin deras mengucur dari tubuh kami. Aku mempercepat gerakkanku karena kau merasa sudah hampir mencapai klimaks. “Ahhhhh …. Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku sudah mau sampai, Pak …. Aahhhhh …. Ahhhh …” kataku. “Saya juga ..” kata Pak Kusrin sambil menggerakkan pantatnya sehingga gesekan antara memekku dan kontolnya semakin cepat. Tak lama kemudian puncak itu pun tercapai. “YEEAAAAHHHHH…. AAAAAHHHHHHHHH …….AHHHHHHHHHHH,” kami pun berteriak bersamaan melepas semua rasa. Badanku mengejang dan menekuk ke belakang sehingga aku harus bertumpu pada kedua kaki Pak Kusrin yang juga menjadi kaku. Tubuhku bergetar hebat dan akhirnya aku tumbang dan rebah di atas dada Pak Kusrin. Nafas kami memburu cepat, secepat detakan jatung kami.<br />
<br />
Kami berpelukan dan kembali berciuman selama beberapa menit. Tangan Pak Kusrin mengelus-elus punggungku sementara aku terus berbaring di atas badannya. Aku biarkan kotol Pak Kusrin tetap di dalam memekku walaupun kotol itu sudah tidak lagi tegang. Aku ingin lebih lama merasakan kehadiran kotol itu di memekku. Ketika akhirnya aku bangkit berdiri, air mani Pak Kusrin yang bercampur cairan dari memekku sendiri merembes keluar dan mengalir di sisi dalam kedua pahaku. Aku duduk di sofa dan aku biarkan cairan kami itu membasahi sofa.<br />
<br />
Setelah berpakaian kembali, Pak Kusrin menghampiriku yang masih terduduk lemas di sofa dan telanjang bulat. Pak Kusrin mengecup keningku dan mengucapkan terima kasih atas kenikmatan yang baru saja dia dapatkan dari tubuhku. Sebelum melangkah keluar, Pak Kusrin seperti biasa mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dari dompetnya. Kali ini uang itu dia gulung dan diselipkannya ke dalam memekku yang masih saja mengucurkan sisa-sia air maninya.<br />
<br />
Setelah hilang lemasku, aku raih pakaianku yang terserak di lantai dan berjalan masuk menuju kamarku sambil tetap telanjang. Setelah melempar pakaianku ke atas tempat tidur, aku ambil selembar handuk. Aku keluar kamar dengan handuk di tangan menuju ke kamar mandi. Di ruang makan, aku bertemu Mak. Aku berikan uang pemberian Pak Kusrin yang telah basah terkena air mani dan cairan memekku tadi ke Mak. Hari ini, uang yang kami butuhkan untuk makan itu benar-benar keluar dari memekku ….<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
<br />Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-77744471261688142852012-10-17T17:38:00.002-07:002012-10-17T18:56:49.544-07:003 Foto Cewek Salon Plus Plus Untuk sementara waktu artikel tentang: 3 Foto <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Cewek Salon Plus Plus</a> <br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang: 3 Foto<a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/"> Cewek Salon Plus Plus</a> <br />
trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Orgasme Dewi. .</b></span><br />
<br />
Awalnya aku hanya iseng mengobrol mengisi waktu luang di waktu jam istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu staffku yang agak manis malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Ya sebuah misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan.<br />
<br />
Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewanitaannya.<br />
<br />
Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.<br />
<br />
“Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?” tanyaku.<br />
“Mungkin sekitar 10 menit” jawabnya pasti.<br />
“Gaya apa yang dipakai suami kamu?”<br />
“Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala”<br />
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.<br />
“Kira-kira berapa besar penis suami kamu?”<br />
“Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!” jawabnya bingung.<br />
Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal.<br />
“Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?”<br />
Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat.<br />
“Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!”<br />
Aku tak dapat menahan senyumku.<br />
“Maksud kamu, ‘helm’nya masih nongol?”<br />
“Ya!” Dewipun tersenyum juga.<br />
<br />
Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum.<br />
“Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!”<br />
“Bagaimana dengan kekerasannya?” tanyaku lagi.<br />
“Keras sekali, Pak, seperti batu!”<br />
<br />
Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme, sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?<br />
<br />
“Kok diam Pak?”<br />
“Aku lagi mikir penyebabnya.”<br />
“Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar” terangnya.<br />
Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya.<br />
“Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan.”<br />
Aku sedikit mengerti maksudnya,<br />
“Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?” tanyaku.<br />
“Ya, betul, kenapa ya Pak?”<br />
Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis.<br />
“Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?”<br />
“Oke deh!” sahutnya riang sambil meninggalkan aku.<br />
<br />
Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada pengalamanku selama ini.<br />
<br />
Aku kirim SMS kepadanya, “Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?”<br />
5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca isinya.<br />
“Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya”<br />
Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali,<br />
“Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga”<br />
<br />
Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.<br />
<br />
“Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?”<br />
Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme.<br />
“Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!”<br />
“Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?”<br />
“Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping”<br />
“Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!” jawabku tegas.<br />
“Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!”<br />
Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot.<br />
<br />
Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, “Belum berhasil, Pak!”.<br />
Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya.<br />
Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya.<br />
“Memang kenapa?”<br />
Tak lama Dewi pun membalasnya.<br />
“Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak.”<br />
<br />
Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku.<br />
“Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak”<br />
Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya.<br />
“Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?”<br />
Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku.<br />
Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.<br />
<br />
Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku,<br />
“Pak.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya<br />
Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya,<br />
“Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme kamu?” suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung.<br />
“Terserah Bapak deh” jawabnya manja sambil mencubit tanganku.<br />
<br />
Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,<br />
<br />
Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati,<br />
“Tubuh kamu bagus sekali, Wi!” Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.<br />
<br />
Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme.<br />
<br />
Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya,<br />
Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku.<br />
“Terima kasih, Pak” ia mencium keningku.<br />
“Saya masih mau lagi” ucapnya serak.<br />
<br />
Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal senjataku menambah sensasi tersendiri.<br />
<br />
“Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?” sambil aku mempercepat kocokanku.<br />
“Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!” erangnya.<br />
Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi.<br />
Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.<br />
<br />
Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi.<br />
<br />
Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai kapan<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-8810895375330478422012-10-17T17:37:00.002-07:002012-10-17T18:57:49.258-07:003gp Salon Plus Plus Informasi mengenai: 3gp <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul: 3gp <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b><br /></b></span>
<span style="font-size: x-large;"><b>Nonton Di Bioskop</b></span> <br />
<br />
Pada akhir Januari 2004, aku dan pacarku (Michael) menonton film Lord Of The Ring 3 di sebuah mall besar di Jakarta Barat. Film dimulai sekitar jam 4 sore.<br />
<br />
Karena keberuntungan saja, kami dapat tiket pada kursi deretan paling atas (berkat mengantri 5 jam sebelumnya) walau berada di hampir pojok kanan. Film ini sangat digandrungi anak-anak muda saat itu, jadi kami perlu memesannya jauh sebelum film dimulai.<br />
<br />
Aku sebenarnya kurang begitu suka film seperti ini namun karena pacarku terus membujuk, akhirnya aku ikut saja. Lagipula aku merasa tidak rugi berada di dalam bioskop selama 3 jam lebih karena memang selama itulah durasi film tersebut.<br />
<br />
Setelah duduk di dalam bioskop, kami membuka ‘perbekalan’ kami (berhubung selama 3 jam ke depan kami akan terpaku di depan layar). Aku mengeluarkan popcorn dan minuman yang telah kami beli di luar.<br />
<br />
Michael duduk di sebelah kiriku. Dua bangku paling pojok di sebelah kananku masih kosong. Beberapa menit kemudian, trailer film-film sudah mulai diputar. Menjelang film Lord Of The Ring dimulai, seorang pria bersama pacarnya duduk di sebelah kananku. Aku hanya dapat melihatnya samar-samar karena suasana di dalam ruangan itu sangat gelap.<br />
<br />
Pria itu duduk tepat di sebelah kananku dan pacarnya di sebelah kanan pria itu. Mereka pun mengeluarkan makanan dan minuman untuk disantap selama film diputar.<br />
<br />
Sepuluh menit berlalu setelah film tersebut berjalan. Aku sekilas melihat pria di sebelahku menaruh tangan kirinya di alas lengan di antara kursi kami berdua. Sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan pacarnya.<br />
<br />
Ia mengenakan sebuah cincin dengan hiasan batu cincin besar yang sangat mencolok di jari tengah tangan kirinya. Dan di jari manisnya ia mengenakan sebuah cincin yang sangat sederhana. Menurut analisaku pria ini telah menikah. Selain dari cincin yang kuduga adalah cincin pernikahan, aku juga melihat sekilas wajah pria itu.<br />
<br />
Kulitnya lebih hitam dari kulitku yang putih (aku dari keturunan chinese). Dari wajahnya aku memperkirakan umurnya sekitar 35-an. Akan tetapi aku tidak sempat melihat wanita yang datang bersamanya (istrinya?). Pikiranku menduga-duga apakah pria ini sedang berselingkuh dengan wanita lain. Namun segera aku tepis pikiran itu dan mengatakan pada diriku sendiri bahwa pria itu sedang bersama istrinya dan tidak perlu aku berprasangka buruk terhadap mereka.<br />
<br />
Aku kembali berkonsentrasi pada film di layar di hadapanku sambil menikmati kudapan. Sesekali Michael juga meraup popcorn yang kupegangi itu. Michael begitu serius menonton. Memang ia sangat menyukai film yang merupakan akhir dari 2 seri sebelumnya. Setengah jam kemudian, semua makanan dan minuman yang kami beli tadi sudah habis.<br />
<br />
Boleh dikatakan film itu sangat tegang. Dengan adegan perang yang sangat seru, mataku mau tidak mau terpaku pada layar. Pada satu adegan yang mengejutkan, aku sampai terlonjak dan berteriak. Michael meraih tangan kiriku dan menggenggamnya dengan lembut. Aku pun semakin mendekatkan diri padanya karena memang pada dasarnya aku takut menonton adegan perang.<br />
<br />
Dari ujung mataku, aku merasakan pria di sebelahku memandangi kami (atau aku?). Karena pria itu hanya sebentar saja memandangi kami, aku tak menggubrisnya. Akan tetapi makin lama, pria itu semakin sering dan semakin lama memandangi kami. Aku menyempatkan diri untuk melirik ke arahnya dan benar dugaanku bahwa pria itu memang memandangi kami, atau lebih tepatnya ia memandangi aku.<br />
<br />
Walau merasa risih, aku memutuskan untuk mengacuhkan pria itu. Untunglah film itu terus menerus mengetengahkan adegan-adegan yang seru sehingga aku dapat dengan mudah melupakan pria itu.<br />
<br />
Film telah berlangsung hampir setengahnya. Michael berkata bahwa ia ingin buang air kecil. Dalam gelap, ia meninggalkanku (kebetulan film bukan sedang adegan yang seru).<br />
<br />
Setelah Michael hilang dari pandanganku, tiba-tiba pria itu menepuk lenganku dan berkata, “Sudah baca bukunya?”<br />
<br />
Aku terlonjak karena kaget tiba-tiba diajak ngobrol seperti itu di tengah pemutaran film. Seingatku aku tidak pernah berbicara dengan orang asing di dalam bioskop (apalagi saat film sedang berlangsung).<br />
<br />
Aku mengira-ngira apa yang dimaksud dengan pertanyaan pria itu. Aku rasa ia menanyakan tentang buku Lord Of The Ring 3. Aku menjawab singkat, “Belum.”<br />
<br />
Entah mengapa jantungku jadi berdebar kencang. Ada perasaan aneh yang menyelimuti hatiku. Campuran antara kaget, curiga, penasaran dan… takut. Dari awal berbicara denganku, pria itu menatap mataku dalam-dalam seperti sedang membaca pikiran dalam benakku.<br />
<br />
“Sayang sekali. Baca dulu deh, baru bisa lebih menikmati filmnya,” pria itu menyanggah dengan suara yang dalam namun pelan.<br />
<br />
Setelah itu ia kembali menatap ke depan dan meneruskan menonton. Aku ditinggalkan dalam perasaan yang tidak menentu dan agak kosong. Anehnya aku merasa seperti ingin menangis. Pada saat itulah Michael kembali.<br />
<br />
Aku tidak menceritakan kejadian aneh itu kepadanya. Mungkin karena aku tidak ingin mengganggu kenikmatannya menonton film itu. Tapi alasan yang lebih menonjol adalah timbulnya rasa takut untuk menceritakannya kepada pacarku saat itu.<br />
<br />
Aku berusaha untuk menonton lagi walau pikiranku terus melayang ke sana kemari. Ketika pikiranku berputar-putar tak tentu arah, tiba-tiba aku merasakan ada yang menyentuh pundak kananku.<br />
<br />
Awalnya aku mengira Michael yang menyentuhnya. Tetapi setelah kuperhatikan, ia sama sekali tidak bergerak (ia masih serius memperhatikan layar bioskop).<br />
<br />
Aku melihat ke belakangku. Tidak ada apa-apa karena memang kami duduk di baris paling belakang. Aku melihat ke sebelah kananku dan mendapati pria itu sedang menonton dengan asik bersama istrinya.<br />
<br />
Setelah lelah mencari-cari, aku kembali menonton. Dalam hati aku masih mencari-cari apa yang menyentuh pundakku itu. Tadi aku benar-benar merasakan sebuah tangan menyentuh pundakku. Aku yakin benar. Namun aku jadi bingung karena tidak melihat adanya orang lain di sekitarku yang mungkin melakukannya.<br />
<br />
Kepalaku menjadi pusing dan berputar. Aku merasa mual dan tidak enak badan. Aku menutup mataku untuk menenangkan pikiranku. Beberapa detik kemudian, aku merasakan diriku seperti sedang mengapung di air yang sejuk dan tenang. Semua perasaan tak enak tadi sekonyong-konyong lenyap begitu saja dan digantikan dengan perasaan nyaman dan santai.<br />
<br />
Mataku masih terpejam pada saat aku kembali merasakan sebuah tangan menjamah pundak kananku. Aku berusaha untuk tetap tenang. Aku melirik ke pria di kananku. Ia duduk berdempetan dengan istrinya. Pria itu sedang merangkul pundak istrinya.<br />
<br />
Kecurigaanku padanya langsung hilang begitu mengetahui ia tidak sedang berada dekat dengan tubuhku. Aku menengok ke Michael dan juga mendapati ia sedang asyik menonton. Dengan adanya perasaan sebuah tangan sedang merangkul pundakku, aku meneruskan menonton sambil mencoba untuk tidak memikirkan hal itu. Usahaku sia-sia.<br />
<br />
‘Tangan’ di pundak kananku bergerak-gerak ke atas dan ke bawah seperti sedang mengusap-usap lembut tubuhku. Kemudian aku merasakan ada angin hangat berhembus perlahan meniup bagian kiri leherku.<br />
<br />
Aku langsung menengok ke arah datangnya angin itu. Tidak ada apa-apa. Michael sedang duduk melipat tangan di depan dadanya sambil bersilang kaki.<br />
<br />
Belum sempat aku berpikir lebih jauh, aku merasakan leherku dijilat. Ya, aku benar-benar merasakan sebuah lidah yang hangat dan basah menyapu leherku itu. Bulu kudukku spontan meremang.<br />
<br />
Langsung aku menengok lagi sambil mengusap leherku pada bekas jilatan itu. Kering. Tidak basah sama sekali. Dan tidak ada apa-apa di sampingku.<br />
<br />
Michael rupanya agak terganggu dengan kegelisahanku. Dia menanyakan ada apa. Aku tidak memberitahukannya. Aku menyuruhnya untuk kembali menonton.<br />
<br />
Michael kembali menonton. Ia menggenggam tangan kiriku dan mendekatkan tubuhnya sehingga lengan kanannya menempel dengan lengan kiriku. Aku masih merasakan pundak kananku dirangkul oleh ‘tangan’ yang tak nampak.<br />
<br />
Dalam posisi yang lebih dekat dengan pacarku, aku bisa menjadi lebih tenang. Namun perasaan tenang itu hanya sebentar.<br />
<br />
Kuping kiriku dikecup dengan lembut. Aku menengok ke kiri. Tetap saja tidak ada apa-apa selain Michael yang sedang menatap serius layar di depan.<br />
<br />
Aku mulai panik. Jangan-jangan ada mahluk halus di dalam bioskop itu, pikirku. Aku merasakan kembali kecupan itu. Mulai dari telingaku lalu bergerak ke bagian belakangnya.<br />
<br />
Pada saat kecupan itu menghampiri belakang telingaku, darahku mendesir dengan kuat. Jantungku berdebar. Hanya Michael (dan diriku tentunya) yang tahu bahwa belakang telinga merupakan titik erogenku (erogen = daerah pada tubuh yang sensitif terhadap rangsangan sexual).<br />
<br />
Aku melepaskan nafas yang panjang melalui mulutku sambil mengubah posisi duduk. Michael melihat perubahan pada diriku. Tentu ia mengira aku bosan karena setelah itu ia mengusap-usap tanganku yang digenggamnya.<br />
<br />
Entah apa yang sedang terjadi pada diriku. Hanya karena Michael mengusap-usapkan jari-jarinya di tanganku, aku menjadi terangsang. Hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Walau kami sudah berpacaran lebih dari setahun, aku tidak pernah berbuat jauh selama berpacaran dengan Michael. Tidak pernah melebihi ciuman di kening, pipi dan bibir. Aku tahu sebenarnya diriku tergolong gadis yang tidak tertarik akan hal-hal yang berbau sex, boleh dibilang: frigid.<br />
<br />
Baru akhir-akhir ini saja aku mulai melayani Michael dengan tanganku. Pertama kali memegang penisnya, aku merasa risih dan agak jijik. Namun setelah melakukannya dua atau tiga kali, aku dapat mengatasi perasaan tersebut.<br />
<br />
Hal yang paling menarik dalam memberi Michael ‘hand-job’ adalah pada saat dirinya berejakulasi. Melihat dirinya mengejang-ngejang sangatlah menarik dan sexy. Juga sebelumnya aku tidak pernah membayangkan seorang pria dapat menyemprotkan cairan seperti itu.<br />
<br />
Michael pernah memintaku untuk menghisap kemaluannya. Tentu saja aku tolak. Dan untunglah sampai saat ini ia tidak pernah memintanya lagi.<br />
<br />
Michael juga tidak pernah menjamah tubuhku. Sentuhan-sentuhannya paling hanya berkisar pada lengan dan wajahku. Aku tidak akan mengijinkannya menjamah dadaku terlebih lagi kemaluanku, dan ia tahu itu. Aku takut kami tidak dapat mengendalikan diri sehingga akhirnya kami kebobolan. Aku ingin agar hubungan sex kami dilakukan pada malam pertama yang sakral. Singkat kata, kami menerapkan sistem berpacaran yang ketat dan konservatif. Sampai saat ini aku masih perawan dan begitu pula Michael (setidaknya ia mengaku demikian). Michael merupakan pacar pertamaku sedangkan Michael sebelumnya sudah pernah satu kali berpacaran. Jadi saat itu adalah pertama kalinya aku mendapatkan ‘kecupan’ di belakang kuping. Michael pernah menyentuhnya dengan ujung jarinya dan itu saja sudah membuatku berdebar.<br />
<br />
Aku tidak dapat berpikir banyak. Biasanya aku dapat mengatasi dorongan sexualku namun saat itu aku seakan jatuh ke dalam aliran sungai birahi yang deras dan hanyut terbawa arusnya.<br />
<br />
Jantungku serasa akan mau copot pada saat kecupan itu bergerak turun ke leherku. Aku mengerang sedikit karena saat sadar apa yang kuperbuat, aku segera menghentikan eranganku. Michael tidak mendengar eranganku tadi.<br />
<br />
Aku menoleh ke kanan untuk melihat apakah pria itu mendengar eranganku tadi. Rupanya pria itu sedang mencumbu istrinya. Bagus, pikirku. Dengan demikian ia tidak akan melihat atau mendengarkan diriku.<br />
<br />
Sebenarnya aku agak risih berada di samping pria yang sedang mencumbu istrinya itu. Walau demikian aku mencuri-curi pandang ke arah pria itu untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Lewat ujung mataku, diam-diam aku memperhatikan sepasang insan yang sedang bercumbu itu.<br />
<br />
Pria itu sedang menciumi leher istrinya. Tangan kanannya dirangkulkannya ke pundak istrinya. Istrinya terlihat sangat menikmati.<br />
<br />
Saat tangan kiri pria itu memegang lengan kiri istrinya, aku juga merasakan ada sebuah tangan menyentuh bagian atas lengan kiriku. Aku kaget memikirkan kemungkinan yang terjadi saat itu. Tangan kiri pria itu menggenggam erat lengan kanan istrinya. Genggaman pada lengan kananku juga bertambah. Kecurigaanku semakin kuat.<br />
<br />
Entah bagaimana, semua perbuatan pria itu pada istrinya juga dirasakan oleh tubuhku. Aku sangat takut. Memikirkan kemungkinan yang dapat terjadi kemudian, jantungku seperti berhenti berdetak.<br />
<br />
Perasaan pusing dan berputar itu kembali muncul seiring dengan usahaku untuk ‘membebaskan diri’. Semakin aku berusaha, kepalaku semakin sakit.<br />
<br />
Akhirnya aku menyerah dan tidak memberikan perlawanan lagi. Aku membiarkan semua ‘perasaan’ yang muncul saat itu.<br />
<br />
Pria itu menarik wajah istrinya mendekat lalu memagut bibirnya. Pagutan mulut pria itu pada istrinya terasa jelas pada bibir mulutku. Setiap sentuhan, tekanan serta usapan bibir dan lidah pria itu semua kurasakan pada bibir dan mulutku. Aku menutup mulutku rapat-rapat namun masih saja merasakan pagutan yang kian memanas.<br />
<br />
Aku tahu lidah pria itu sedang bermain-main dengan lidah istrinya karena lidahku pun merasakan sensasi itu. Mendapati diriku menikmati semua itu membuat malu diriku. Aku belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini pada saat berciuman dengan Michael.<br />
<br />
Setelah pria itu melepaskan mulutnya dari bibir istrinya, wanita itu tampak terengah-engah. Sialnya, aku pun mengalami hal yang sama. Dadaku naik turun terengah-engah, seperti baru selesai berlari.<br />
<br />
Untunglah sampai saat itu, baik pria itu maupun Michael tidak memperhatikan diriku. Lalu pemikiran itu muncul. Jangan-jangan pria di sebelahku itu memang sedang mengguna-gunai aku dengan pelet, hipnotis, guna-guna atau hal-hal lain yang sejenisnya. Jika benar demikian, berarti seharusnya ia tahu apa yang sedang terjadi pada diriku.<br />
<br />
Aku teringat perkataan pendetaku di gereja, bahwa orang beriman tidak bisa kena guna-guna atau pelet. Hatiku mencelos. Sudah sekian lama aku tidak beribadah kepada Tuhan. Seharusnya dua minggu lalu, aku menerima ajakan temanku untuk ke gereja bersamanya. Namun aku malah pergi bersenang-senang ke mall.<br />
<br />
Penyesalanku menguap dengan cepat pada saat aku merasakan payudaraku ‘dijamah’. Jamahan itu tidak terlalu terasa. Aku melirik ke kanan. Pria itu sedang menggerayangi dada istrinya.<br />
<br />
Untungnya aku tidak terlalu merasakan apa-apa pada saat itu. Belum pernah aku disentuh oleh orang lain pada daerah dadaku. Boleh dikatakan saat itu merupakan pertama kalinya aku merasakan sentuhan (walau secara tak langsung) pada payudaraku. Dan rupanya tidak senikmat seperti yang kudengar dari omongan orang.<br />
<br />
Akan tetapi aku harus segera meralat pendapatku itu. Pria itu memasukkan tangannya ke dalam kemeja istrinya. Tangannya hilang di balik kemeja tersebut sehingga aku tidak tahu apa yang sedang dilakukannya.<br />
<br />
Detik berikutnya sungguh membuatku melambung tinggi. Aku merasakan dengan sangat jelas, jari-jari pria itu memuntir lembut puting susu istrinya. Aku memejamkan mataku sambil mengatur nafasku yang mulai tak teratur karena secara tak langsung aku pun merasakan jemari pria itu menari-nari pada payudara dan puting susuku.<br />
<br />
Sejenak aku merasa jijik pada pria itu tetapi setelah beberapa saat perasaan yang tinggal hanyalah birahi semata. Selama ini aku mengira bahwa aku tidak akan pernah menikmati hal-hal sexual seperti ini. Sekarang aku merasakan yang sebaliknya.<br />
<br />
Pilinan jari-jari pria itu membuat darahku lebih menggelegak dibanding sensasi dari ciuman di belakang telingaku. Aku tidak pernah menyadari bahwa payudaraku (terutama putingnya) sangat sensitif. Sejak saat itu aku baru tahu bahwa daerah payudara juga merupakan titik erogen pada tubuhku.<br />
<br />
Belum sempat aku mengikuti pacu detak jantungku, aku merasakan pria itu menyentuh bagian dalam paha istrinya. Kemudian pria itu mengusap kemaluan istrinya. Usapannya terasa seperti terhalang sesuatu (yang akhirnya kutahu bahwa ia mengusap kemaluan istrinya yang masih tertutup celana dalam).<br />
<br />
Aku membuka mataku dan menoleh sedikit ke arah pria itu untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Dengan tangan kanannya, ia memain-mainkan payudara istrinya dan tangan kirinya merogoh selangkangan istrinya. Saat itulah aku dapat dengan lebih jelas melihat istrinya.<br />
<br />
Wanita itu sangat cantik (jauh lebih cantik dariku). Bila ia mengaku dirinya artis dengan mudah aku akan percaya. Kulitnya sedikit lebih putih dibanding suaminya namun masih lebih gelap dari kulitku. Rambutnya panjang agak ikal. Dari wajahnya ia terlihat begitu menikmati sentuhan-sentuhan suaminya (yang secara tak langsung juga kunikmati). Ia mengenakan kemeja yang sudah terbuka kancing-kancingnya dan memakai rok pendek.<br />
<br />
Kemudian dari balik celana jeans yang kukenakan saat itu, aku merasakan sebuah jari (yang sangat panjang) mengusap sekujur bibir kemaluanku. Usapan itu terasa begitu panjang dan lama. Aku sempat menggigil karena terjangan sensasi yang menghambur dari selangkanganku menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh.<br />
<br />
Tanpa pikir panjang, aku langsung berdiri dan berlari meninggalkan bioskop itu. Aku tidak mengatakan apa-apa pada Michael. Lagipula ia sedang asik menonton (waktu itu sedang adegan perang yang terakhir).<br />
<br />
Aku melompati dua anak tangga sekaligus untuk keluar dari ruangan itu. Aku bergegas menuju WC berharap semua sensasi pada tubuhku dapat hilang seiring dengan menjauhnya diriku dengan pria itu. Dugaanku salah.<br />
<br />
Sepanjang jalan menuju WC, aku terus merasakan pria itu mengoles-oles jarinya di sepanjang bibir kemaluan istrinya. Sedikit demi sedikit jarinya semakin masuk lebih dalam. Cukup sudah, pikirku. Hentikan! Aku tak tahan lagi terhadap gemuruh birahi dalam tubuhku.<br />
<br />
Aku merasa liang kewanitaanku menjadi agak basah. Aku hampir tidak pernah ‘basah’ di bawah sana bahkan pada saat sedang berciuman dengan Michael. Paling sesekali aku menjadi ‘basah’ pada saat sedang memberikan ‘hand-job’ pada Michael.<br />
<br />
Pintu WC kubuka dan aku lega karena tidak ada orang di dalamnya. Aku masuk ke salah satu ruang toilet dan segera menguncinya. Pada saat itulah aku tersentak karena kaget dan sedikit sakit. Pria itu memasukkan jarinya ke dalam vagina istrinya. Aku merasa jari itu begitu besar dan panjang seakan menyentuh ujung rahimku. Untuk sesaat jari itu tidak bergerak di dalam vagina istrinya. Bukan hanya jari itu yang tidak bergerak, tubuhku juga tidak bergerak karena shock.<br />
<br />
Aku merasakan jari pria itu jelas-jelas menembus liang kewanitaanku yang berarti selaput daraku sudah sobek. Setelah dapat menguasai diriku kembali, aku segera membuka celana jeansku untuk melihat apakah ada darah yang keluar dari kemaluanku. Tidak ada. Tidak ada bercak merah pada celana dalamku. Yang ada hanya cairan bening (agak putih) yang keluar dari kemaluanku sebagai pelumas.<br />
<br />
Tak lama setelah itu, secara perlahan ia menggerak-gerakkan ujung jarinya seperti sedang mengorek-ngorek. Kakiku menjadi lemas seakan berubah menjadi agar-agar. Aku segera duduk di closet untuk menenangkan diri.<br />
<br />
Nafasku semakin memburu. Desahan demi desahan keluar dari mulutku seiring dengan gerakan ujung jari itu. Seluruh tubuhku terasa panas dan gerah.<br />
<br />
Gerakan jari pria itu sekarang berubah menjadi gerakan maju dan mundur. Gerakannya sangat pelan namun sensasi gesekan kulit jari pria yang besar itu terasa begitu jelas pada dinding vaginaku. Seakan jari pria itu benar-benar maju mundur dalam diriku.<br />
<br />
Bersamaan dengan itu, aku mendengar pintu WC dibuka dan terdengar seseorang masuk. Aku menutup kuat-kuat mulutku sendiri dengan kedua tanganku. Aku tidak ingin orang lain mendengar aku mendesah-desah di dalam toilet.<br />
<br />
Sulit sekali menghiraukan rangsangan yang begitu hebat yang melanda tubuhku saat itu. Aku berkali-kali harus menggigit bibir bawahku agar tidak bersuara.<br />
<br />
Pria itu sedikit mempercepat gerakan jarinya namun semakin lama hujaman jarinya itu terasa semakin mendalam. Pintu WC kembali dibuka. Aku masih menekap mulutku dengan kedua tanganku sambil mendengar apakah benar orang yang tadi masuk sudah keluar (atau jangan-jangan ada orang lain lagi yang masuk ke WC).<br />
<br />
Setelah memastikan tidak ada orang lain di dalam WC, aku melepaskan kedua tanganku dari atas mulutku dan kembali ‘bersuara’. Rupanya pria itu sudah tidak memain-mainkan payudara istrinya karena aku baru saja merasakan tangan yang satunya memilin klitoris istrinya. Saat itu pula aku mengerang keras (aku tak peduli lagi apakah ada yang mendengar).<br />
<br />
Luar biasa! Benar-benar luar biasa! Aku bergetar karena terangsang dan juga malu karena menikmati semua itu. Jika aku tidak berkeinginan kuat untuk memegang komitmen menjaga keperawananku sampai menikah, aku benar-benar ingin mencoba berhubungan sex dengan Michael setelah ini.<br />
<br />
Pria itu menghujamkan jarinya dalam-dalam dan diam tidak bergerak. Lalu ujung jarinya bergetar-getar kecil. Wow, aku benar-benar dibawa melambung semakin tinggi. Lalu seperti tiba-tiba, pria itu mengeluarkan jarinya. Dalam hatiku berkecamuk perasaan antara lega dan kesal karena semua itu kelihatannya sudah berakhir.<br />
<br />
Aku terdiam. Dorongan sexual masih berkobar dalam diriku. Namun aku terus berusaha untuk menurunkan tekanan dalam diriku itu. Lima menit aku seperti terkulai lemas tak berdaya duduk di closet sambil mengejap-ngejapkan mataku dan mengatur nafasku yang menderu-deru.<br />
<br />
Pada saat aku masuk ke bioskop kembali ke tempat dudukku, aku hampir tak berani menatap pria itu. Dari ujung mataku aku merasa ia memandangi aku dengan senyum penuh kemenangan. Segera aku duduk dan memeluk lengan pacarku.<br />
<br />
Dua puluh menit kemudian film berakhir. Aku mengajak Michael untuk segera meninggalkan ruangan itu sehingga tidak perlu bertatapan dengan pria di sebelahku. Michael menurut saja.<br />
<br />
Akhirnya kami bergabung dengan gerombolan orang-orang yang berdesakan ingin segera keluar dari bioskop. Pria itu dan istrinya tidak beranjak dari tempat duduknya. Betapa leganya aku mengetahui semuanya itu sudah berakhir.<br />
<br />
Namun sekali lagi aku salah. Setelah keluar dari ruangan itu, kami tidak langsung pulang (walau sudah malam). Kami berjalan-jalan di mall. Kebetulan aku hendak membeli kemeja untuk kerja (maklum aku baru kerja satu bulan).<br />
<br />
Sekitar satu jam setelah keluar dari bioskop, selagi kami berjalan-jalan di Departemen Store, tiba-tiba aku mulai merasakan sensasi seperti tadi di dalam bioskop. Payudaraku terasa seperti diremas-remas. Kali ini remasan itu terasa pada kedua payudaraku.<br />
<br />
Hatiku mencelos dan berpikir jangan-jangan pria itu kembali bercumbu dengan istrinya. Namun kali ini ia melakukannya tanpa ‘foreplay’ terlebih dahulu.<br />
<br />
Hanya selang beberapa menit aku kembali dikuasai oleh birahiku yang meletup-letup. Michael yang kugandeng sedari tadi belum menyadari perubahan pada diriku.<br />
<br />
Namun pada saat aku merasakan jari pria itu menyentuh kemaluan istrinya, aku terdiam dan berdiri tegang. Michael tersentak karena aku berhenti secara tiba-tiba. Ia menanyakan ada apa. Aku belum bisa menjawabnya. Mulutku kelu dan hatiku berdebar keras. Aku hanya dapat berharap ia tidak mendengar dentum jantungku.<br />
<br />
Sepuluh detik kemudian aku memberi alasan bahwa aku teringat akan suatu hal namun sudah lupa lagi saat itu. Michael tampaknya mempercayainya.<br />
<br />
Jari pria itu secara perlahan membuka mulut bibir vagina istrinya, aku dapat merasakan tiap sentuhannya. Dengan sangat amat perlahan jari itu menembus masuk ke dalam liang kewanitaannya. Aku harus berpegangan erat pada rak (tempat digelarnya baju-baju obral) agar tidak jatuh. Michael masih tidak memperhatikanku.<br />
<br />
Jari itu terasa begitu besar bahkan terasa lebih sakit dari saat jarinya pertama kali menembus vaginanya tadi di bioskop. Tiba-tiba aku baru menyadari bahwa yang masuk ke dalam liang kewanitaannya itu bukanlah jari melainkan penis.<br />
<br />
Memikirkan hal itu membuat jantungku seperti dihempas dari atas gedung lantai 10. Seperti inikah rasanya bila penis seorang pria menerobos masuk ke dalam diriku. Sakit. Otot-otot vaginaku terasa seperti akan robek.<br />
<br />
Detik-detik berikutnya sama sekali tidak dapat kuduga bahwa ada sensasi yang begitu nikmat dalam hidup. Pria itu menggerak-gerakkan penisnya maju mundur. Bersamaan dengan itu, ia memain-mainkan klitoris istrinya.<br />
<br />
Serta merta lututku langsung terasa hampa dan aku terpuruk jatuh ke lantai seperti boneka tali yang diputuskan tali penyangganya. Michael panik melihat diriku yang terjatuh itu, namun tidak sepanik diriku. Beberapa orang di sekitar kami, memandangi aku dengan pandangan bingung.<br />
<br />
Aku berusaha bangun tapi sensasi kenikmatan itu terus menghantam diriku bertubi-tubi sehingga semua usahaku sia-sia. Rasa takut dan malu mulai menyelimuti hatiku. Jangan sampai orang-orang itu tahu apa yang sedang terjadi. Oh Tuhan, apa yang sedang terjadi pada diriku, aku membatin.<br />
<br />
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku mulai berdoa, meminta ampun pada Tuhan dan mohon pertolonganNya. Sekejap mata semua sensasi itu lenyap musnah.<br />
<br />
Michael sudah berhasil memapah aku untuk berdiri. Aku juga sudah dapat menguasai diri lagi. Sebelum sempat ia bertanya, aku memberi alasan bahwa aku kurang enak badan dan minta segera diantar pulang.<br />
<br />
Sesampai di rumah Michael kusuruh segera pulang (karena sudah larut malam). Aku segera masuk ke dalam kamar dan bersiap tidur. Aku kembali memikirkan apa yang terjadi tadi. Malam itu aku mendapat pengalaman yang benar-benar tak dapat kulupakan.<br />
<br />
Aku tahu aku masih perawan (secara fisik) namun secara batiniah aku merasa keperawananku telah direnggut oleh pria itu. Walaupun begitu aku bersyukur tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk tadi. Aku juga berjanji untuk lebih mempertebal imanku sehingga tidak mudah diguna-guna oleh orang lain.<br />
<br />
Anehnya terlintas sekelebat di benakku agar dapat merasakan kembali apa yang telah aku rasakan di mall tadi. Apa ruginya, pikirku. Selaput daraku masih utuh namun aku dapat merasakan nikmatnya berhubungan sex dengan pria. Namun mengingat janjiku kepada Tuhan barusan, aku membuang jauh-jauh pikiran itu.<br />
<br />
Sekarang aku tidak lagi menilai diriku sebagai wanita frigid. Aku merasa nyaman dengan sexualitas diriku dan kini aku lebih terbuka akan hal-hal yang berbau sex. Tetapi aku tetap saja menerapkan sistem berpacaran yang ketat dan konvensional pada Michael, pacarku.<br />
<br />
Sampai saat ini pun, aku tidak menceritakan pengalamanku itu kepada Michael. Ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan tak diucapkan, menurutku.<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-41829557676901826462012-10-17T17:36:00.003-07:002012-10-17T18:59:05.400-07:00Video Salon Plus Plus Untuk sementara waktu artikel tentang: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Video Salon Plus Plus</a> <br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang: Video <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus </a> trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Ngentot Asik</b></span><br />
<br />
Naskah di bawah ini merupakan saduran dari kisah sebenarnya seorang ibu rumah tangga, yang merupakan pengalaman dari para ibu rumah tangga yang saya kumpulkan sejak tahun 1980 dalam satu buku berjudul "Benang Merah"."Percayakah kau bahwa dalam kehidupan seseorang disadari atau tidak dia pasti pernah mempunyai suatu fantasi mengenai kehidupan seksualnya", kata suamiku pada suatu saat ketika kami sedang bermesraan di tempat tidur. "Aku tidak mengerti maksudmu?" jawabku. "Begini.. apakah dia itu seorang pria atau seorang wanita, apakah dia dalam status sebagai seorang suami atau sebagai seorang istri, suatu ketika dia akan pernah mengkhayal atau setidak-tidaknya pernah mempunyai suatu ungkapan imajinasi mengenai keinginan seksualnya yang dia harapkan", kata suamiku selanjutnya. "Ooo.. maksudmu suatu khayalan mengenai keinginan seksual?" "Ya..!" "Mungkin saja ada.." "Kalau begitu apabila boleh aku tahu, apa yang menjadi fantasimu?" "Ah, aku tidak pernah merasa mempunyai fantasi mengenai itu" "Nah, itulah masalahnya.. kau bukan tidak mempunyai fantasi tetapi tidak menyadari adanya fantasi tersebut. Seperti yang aku katakan tadi fantasi tersebut sebenarnya terdapat pada semua orang, perbedaannya hanyalah disadari atau tidak adanya fantasi tersebut oleh seseorang itu" "Tetapi aku memang tidak pernah merasa atau memikirkan hal itu, apalagi mengkhayalkannya!" "Boleh saja seseorang mengatakan bahwa dia tidak mempunyai suatu fantasi seksual, akan tetapi hal ini bukan berarti dia tidak dapat berfantasi. Hanya saja ungkapan-ungkapan apa yang menjadi imajinasinya serta bagaimana dia mewujudkan fantasinya, antara satu orang dengan lainnya akan sangat berbeda. Hal ini tergantung dari pengaruh sifat pribadi, taraf tingkat hidupnya, serta latar belakang pengalaman dan pendidikannya serta lingkungan sosial di sekitarnya." "Misalnya apa..?" "Ya, misalnya contoh yang paling umum bagi setiap orang, dia selalu mempunyai idola mengenai type lawan jenisnya" "Ah, itu kan biasa, apalagi untuk anak-anak muda. Kalau sekarang sih bukan waktunya lagi" "Tapi hal itu tidak terbatas pada saat remaja saja. Bisa saja secara tidak disadari hal itu terjadi sampai seseorang itu sudah dalam kehidupan perkawinan. Misalnya.. mungkin saja suatu saat seseorang mempunyai pikiran atau bayangan bagaimana kiranya kalau melakukan hubungan seks dengan orang yang menjadi idola kita, mungkin dia seorang bintang film atau penyanyi pop yang menjadi pujaan kita. Atau secara umum bagi wanita senang apabila suaminya memakai kumis, atau celana jeans. Demikian juga bagi pria, misalnya senang apabila istrinya berambut panjang atau memakai gaun warna tertentu" "Ah kau tambah membingungkan saja.. hal itu kan memang wajar-wajar saja apabila seseorang mempunyai anggapan seperti itu" "Memang betul sekali.. karena fantasi seksual itu memang suatu yang wajar. Adanya suatu fantasi seksual dalam diri seseorang menurut Dr Andrew Stanway, seorang pakar seksualogi dalam bukunya, "The Joy Of Sexual Fantasy" adalah merupakan suatu hal yang normal. Fantasi seksual menurut dia adalah merupakan suatu bagian yang kompleks dari pengalaman seseorang, akan tetapi memang oleh kebanyakan ahli masih mempertanyakan apakah fantasi tersebut merupakan bagian dari suatu mimpi atau merupakan bagian dari suatu pengalaman nyata. Fantasi seksual secara umum berfungsi untuk menyalurkan keinginan alam bawah sadar seksual seseorang menjadi suatu kenyataan dalam suatu bentuk yang dapat diterima. Fantasi seksual secara tidak langsung sebenarnya juga merupakan salah satu mekanisme pembangkit gairah seksual seseorang, karena fantasi seksual menyalurkan sejumlah besar informasi yang tersembunyi di antara alam sadar dan alam bawah sadar seseorang yang berhubungan dengan kegairahan seksnya. Oleh karena itu kadangkala fantasi seks tersebut dapat secara tiba-tiba melanda diri seseorang. Apabila hal tersebut terjadi maka secara tidak disadari seseorang akan mencari penyaluran sampai kepada batas-batas alam kesadarannya. Oleh karena itu pula sangatlah penting bagi kita untuk menyadari dan memahami adanya fantasi tersebut sehingga dapat menyalurkannya sampai kepada batas-batas alam kesadaran kita secara lebih terarah.. kalau tidak mungkin saja seseorang itu akhirnya bertindak yang aneh-aneh""Eh tiba-tiba kok kau jadi seorang ahli psikologi, dalam masalah seksualogi lagi, kapan kau belajarnya?" "Kapan aku belajarnya itu tidak penting.. yang penting sekarang mau tidak kau mengatakan atau mengingat-ingat kira-kira apa yang menjadi fantasimu?" "Begini saja.. sekarang kau saja dahulu yang mengatakan apakah kau juga mempunyai fantasi tersebut, kau ingin berhubungan seks dengan siapa? Nah ayo katakan!" "Eh, jangan marah dulu, ya tentunya ada fantasiku itu tapi bukan seperti apa yang kau katakan!" "Jadi seperti apa?" "Kalau aku katakan apakah kau tidak terus marah?" "Mengapa harus marah!" "Baiklah.. memang selama ini aku merasakan adanya suatu fantasi seks yang membayang dalam diriku, akan tetapi fantasi seks yang kurasakan merupakan sebuah fantasi yang ganjil dan luar biasa", kata suamiku. Kemudian dia diam sejenak. "Ayo katakanlah.. aku akan mendengarkannya, apa yang kau maksud dengan ganjil dan luar biasa!" desakku agak penasaran. "Yah karena fantasi yang kurasakan mungkin akan sangat sulit di pahami karena berkisar kepada masalah hubungan seks antara kau sebagai istriku dengan laki-laki lain sebagai pihak ketiga.." "Aku tidak jelas akan maksudmu?" "Begini secara jelasnya.. fantasi tersebut berupa suatu keinginan dalam diriku bahwa aku ingin sekali menyaksikan istriku melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain!" "Apa..! Aku harus melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain?!" "Ya kira-kira begitu! Apakah hubungan itu dilakukan hanya oleh kau berduaan saja dengan laki-laki lain tersebut dan aku hanya ikut menyaksikannya, atau hubungan seks tersebut dilakukan bersama-sama secara bertiga, yaitu antara kamu dengan laki-laki lain itu dan aku sendiri secara bergantian, atau paling tidak aku ingin melakukan hubungan seks dengan kau sebagai istriku sambil disaksikan oleh laki-laki lain" "Memang aneh kedengarannya.. dan siapakah laki-laki lain yang kau maksudkan itu?" "Siapa saja.. asal sehat dan kau senang menerimanya" "Ah, itu fantasi gila namanya!" jawabku agak terhenyak. "Nah, katanya kau tidak akan marah tapi sekarang marah", kata suamiku. "Bagaimana tidak akan marah.. hal itu kan tidak mungkin.. bayangkan saja apa kata orang kalau mereka tahu aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain!" "Ya jangan sampai orang tahu.." "Oke, taruhlah orang tidak tahu, tapi kita kan terlibat dalam suatu lembaga yang disebut lembaga perkawinan." "Ya betul, memangnya kenapa?" "Kau tahu tidak apa artinya itu? Yaitu dimana hubungan seks dengan orang lain di luar pasangan dalam perkawinan kita dianggap sebagai suatu penyelewengan, apalagi kalau itu dilakukan oleh seorang wanita yang berstatus sebagai istri, maka hal ini akan dianggap suatu kesalahan yang sangat besar sekali!" "Justru itulah sekarang aku bertanya kepadamu, karena aku tahu hal itu sangat susah untuk diwujudkan kalau hanya aku saja yang berkeinginan, akan tetapi sebaliknya hal itu tentu juga sangat mudah dapat dilakukan apabila kita berdua sepakat. Nah, kalau kesepakatan ini ada, maka hal ini berarti juga tidak ada penyelewengan!" "Tidak ada penyelewengan yang bagaimana maksudmu?!" "Ya sebagaimana yang kau katakan tadi!" "Aku tidak mengerti maksudmu?" "Begini, kita harus lihat dahulu apa sih definisi dari suatu penyelewengan, yaitu suatu perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan atau maksud. Jadi penyelewengan dalam perkawinan artinya juga suatu perbuatan yang menyimpang dari suatu tujuan atau maksud dalam perkawinan. Karena dalam perkawinan itu terlibat kepentingan dari dua orang maka pengertian penyelewengan dalam perkawinan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan pengkhianatan, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh salah satu pasangan hidupnya secara diam-diam tanpa diketahui apalagi disetujui oleh pasangan lainnya." "Jadi apa hubungannya dengan yang kau maksudkan tidak ada penyelewengan di sini?" "Ya seperti yang aku katakan tadi, bahwa untuk melaksanakan fantasiku itu, aku telah sepakat dan bahkan telah memberikan izin kepadamu sebagai suami untuk melakukan hubungan seks dengan orang lain, jadi sudah barang tentu unsur penyelewengan tadi tidak berlaku lagi karena kita sama-sama menyetujui, bahkan dengan restu suami!" "Nah, sekarang kau juga telah jadi pokrol bambu! Bikin argumentasi seenaknya saja! Masalahnya kan bukan sampai disitu saja, tapi ada konsekwensi yang lain, terutama untuk aku!" "Misalnya apa?" "Taruhlah aku mau melakukan hal itu, maka ada suatu konsekwensi yang akan aku tanggung, yaitu apabila terjadi sesuatu hal terhadap perkawinan kita dan terjadi perpecahan, maka kau akan dapat saja berkata kepada orang lain bahwa hal itu disebabkan karena kesalahan dariku. Kau dapat saja mengatakan aku telah menyeleweng berkali-kali dengan laki-laki lain dan orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya itu sebenarnya kau yang mengaturnya. Demikian juga seandainya laki-laki lain yang kau beri kesempatan untuk berhubungan seks denganku pada suatu saat menceritakan pengalamannya tersebut kepada orang lain, maka akan hancurlah diriku, karena walaupun bagaimana orang lain tidak akan percaya bahwa kesemuanya itu justru atas permintaanmu sebagai suami, semua orang akan menuduhku sebagai seorang istri yang serong" "Akan tetapi sungguh mati selama ini tidak pernah terlintas dalam benakku untuk berbuat seperti itu. Aku meminta istriku untuk melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain bukan bertujuan karena ingin memojokkanmu suatu waktu guna kepentinganku sendiri akan tetapi malahan sebaliknya yaitu agar kehidupan perkawinan kami tetap bergairah dan langgeng, karena aku akan mendapat kepuasan lahir dan batin hanya dari istriku yang sekarang. Sehingga istriku yang sekarang ini benar-benar merupakan teman hidup bagiku karena dia merupakan ibu dari anak-anakku, temanku berdiskusi dan menumpahkan perasaan serta sekaligus merupakan teman berkencan dalam menyalurkan hasrat seks!" kata suamiku agak terkejut. Setelah diam sejenak selanjutnya dia berkata, "Mengenai kemungkinan laki-laki itu akan bercerita kepada orang lain memang ada, akan tetapi apabila memang hal itu terjadi, maka akan sangat mudah sekali ditangkal karena justru orang lain tidak akan percaya kepada cerita dia. Apalagi bila aku memberikan kesaksian bahwa kesemuanya itu hanyalah karangan dia semata-mata sehingga hal itu benar-benar merupakan suatu fitnah saja" "Baiklah kalau begitu, yang penting kini aku juga ingin tahu mengapa sih kau mempunyai fantasi seperti itu?" "Entahlah, aku sendiri tidak tahu mengapa mempunyai fantasi seperti itu. Tapi yang jelas aku merasakan adanya suatu rangsangan gairah birahi yang hebat apabila aku melihat ada seseorang laki-laki yang tertarik dan memperhatikan bagian tubuhmu yang secara tidak sengaja terbuka." "Misalnya.." "Ya, misalnya ketika kita berlibur di pantai. Saat itu kau mengenakan pakaian renang. Dan aku tahu saat itu ada beberapa laki-laki memperhatikan bentuk tubuhmu. Mula-mula memang aku agak merasa cemburu, akan tetapi lama-kelamaan hal itu menimbulkan semacam suatu imajinasi dalam diriku. Apalagi apabila aku melihat kau bertelanjang bulat di kamar." "Lha, memangnya kenapa? Aku kan bertelanjang bulat di kamar sendiri dan yang lihat hanya kamu sendiri saja?" "Justru itu yang merangsang imajinasiku." "Kalau begitu aku tidak akan berbuat itu lagi!" kataku. "Eh, jangan salah sangka. Aku senang melihat itu semua. Malahan kalau kau mau, boleh saja kau berkeliaran dalam rumah dengan bertelanjang bulat seperti yang kau lakukan di kamar, karena terus terang hal itu membangkitkan rasa birahiku. Aku merasa nikmat memperhatikanmu berkeliaran di kamar dengan berpolos bugil. Dan dalam keadaan itu pula kadang-kadang aku berpikir apakah laki-laki lain juga akan bangkit birahinya apabila melihat keseluruhan bentuk tubuh istriku ini. Dan bagaimanakah seandainya tubuh istriku yang segar berisi itu dinikmati pula oleh laki-laki lain. Imajinasi itu akhirnya menimbulkan suatu kenikmatan seksual yang lain bagiku. Apalagi bila aku membayangkan bahwa ternyata laki-laki tersebut memang sangat terangsang oleh keindahan tubuh istriku dan berusaha untuk menikmatinya di tempat tidur. Imajinasiku itu selanjutnya terus berkembang yaitu apakah istriku ini kira-kira juga tertarik untuk merasakan hubungan seks dengan laki-laki lain dan bagaimanakah kiranya sikap istriku ketika melayani laki-laki lain tersebut. Apakah dia juga akan menjadi sangat lebih bergairah? Dan apakah dia akan mendapatkan kepuasan seks yang lebih besar lagi?" bisik suamiku. Lalu ia menambahkan, "Kenikmatan seksual yang kurasakan akan menjadi lebih hebat lagi apabila aku terus membayangkan bagaimana istriku dengan tubuhnya yang dalam keadaan polos bugil bergumul dengan hebat dengan tubuh laki-laki tersebut yang juga berada dalam keadaan berpolos bugil. Terlebih lagi apabila aku membayangkan bahwa ternyata ukuran alat kejantanan laki-laki tersebut jauh lebih besar dari pada ukuran alat kejantananku sendiri, dan istriku benar-benar sangat tergiur akan kehebatan alat kejantanan itu, sehingga ketika laki-laki itu menindihkan tubuhnya ke tubuh istriku dan memasukkan alat kejantanannya ke liang istriku, aku menyaksikan istriku menjadi bergelinjang dengan hebat merasakan alat kejantanan tersebut tertanam dalam-dalam di liang senggamanya. Kemudian aku pun membayangkan bagaimana ketika laki-laki tersebut mulai mengayunkan tubuhnya di atas tubuh istriku dan istriku menjadi tambah hebat bergelinjang sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan turun-naiknya alat kejantanan laki-laki tersebut yang memberikan suatu kenikmatan lain daripada yang pernah dirasakannya dari alat kejantananku sendiri. Selanjutnya aku pun membayangkan bagaimana ekspresi istriku dan laki-laki itu ketika mencapai dan melepaskan puncak ejakulasi bersama dengan penuh kepuasan", kata suamiku. "Ah, sangat mengerikan sekali fantasimu." "Tapi ini kan baru fantasi.. apabila menjadi kenyataan mungkin tidak mengerikan lagi, tapi.. mengasyikan!" kata suamiku sambil tertawa. "Tidak lucu ah!" kataku sambil memukul punggungnya. "Eh, jangan jadi sewot! Diberi kesempatan enak malah marah. Jarang kan suami yang sebaik itu yang mengizinkan istrinya boleh main dengan laki-laki lain. Malahan bukan itu saja kadang-kadang aku juga sering membayangkan bagaimana rasanya apabila aku mempunyai seorang istri yang hiperseks atau seorang istri yang senang menyeleweng dengan laki-laki lain." "Apa maksudmu dengan itu..? Jadi kau tuduh aku ini pernah menyeleweng?!" jawabku agak tersinggung. "Bukan itu maksudku, tapi itu adalah kelanjutan dari ungkapan imajinasi fantasi seksualku, seperti yang kukatakan tadi, aku kan ingin sekali melihat istriku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, sehingga hal itu menimbulkan semacam imajinasi lanjutan dalam diriku mengenai type istri yang bagaimana yang kira-kira kuinginkan, atau paling tidak, aku kira-kira ingin mempunyai seorang istri yang berpandangan sangat bebas mengenai masalah hubungan seks, tidak posesif dan memandang masalah hubungan seks dengan laki-laki lain atau sebaliknya bukan merupakan suatu masalah yang tabu melainkan sesuatu yang wajar dan dapat dinikmati bersama", kata suamiku selanjutnya. "Bilang saja terus terang kau yang mau melakukan hubungan seks dengan wanita lain! Kalau begitu carilah type istri sebagaimana yang kamu idamkan.. karena bagiku tidak mungkin melakukan hal tersebut! Kalau mau, kau lakukan sendiri saja! Jangan ajak-ajak orang!" kataku bertambah ketus. "Nah, lagi-lagi marah. Ini kan semua baru gagasan. Siapa tahu kau mau?" balas suamiku. "Mau apanya? Lagi pula sekiranya aku mau melakukan hal itu, aku lakukan saja sendiri secara diam-diam", kataku dengan hati yang agak mendongkol. "Bukan itu maksudku.. aku sama sekali tidak bermaksud untuk mencari istri lain, akan tetapi justru kamulah yang aku inginkan menjadi type istri sebagaimana yang aku idamkan", kata suamiku. "Jadi aku harus menyeleweng dan melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, begitu maksudmu?" "Ada benarnya dan ada tidaknya", kata suamiku. "Benar dan tidak bagaimana?" "Benarnya memang aku ingin melihat kamu melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain, tidak benarnya adalah hal itu bukan berarti kamu harus menyeleweng, karena seperti yang aku katakan tadi kesemuanya itu berdasarkan persetujuan dan permintaanku sebagai suami, jadi unsur penyelewengan di sini sekali lagi aku katakan sama sekali tidak ada.. tapi apabila kau lakukan secara diam-diam maka itu baru namanya penyelewengan", kata suamiku. "Benar-benar kamu tidak menyesal apabila aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain?" kataku menegaskan. "Malahan sebaliknya.. karena hal itu justru aku rasakan sebagai penambah semangat dan gairahku terhadapmu. Mungkin kau merasakan bagaimana keadaanku selama ini, aku merasa kehilangan gairah dalam bercinta dan merasa sangat lelah sekali. Hal ini disebabkan aku merasakan fantasi itu sedemikian membebani diriku", kata suamiku.Kini aku tahu bahwa masalah yang dihadapi suamiku selama ini adalah beban psikologis. Fantasi seksualnya telah membebani pikiran suamiku sedemikian hebatnya sehingga mempengaruhi kualitas hubungan seksual kami sebagai suami-istri. Memang aku merasakan akhir-akhir ini suamiku sering menjadi gelisah sendiri dan tidak tahu apa yang harus diperbuat dan merasa sangat letih sekali baik fisik maupun mental. Hal tersebut berpengaruh juga terhadap kualitas hubungan seks kami. Aku merasakan gairah suamiku menjadi agak menurun. Suamiku sering mengalami prematur ejakulasi dan telah mencapai puncak ejakulasi hanya dalam beberapa detik saja begitu dia melakukan penetrasi, bahkan kadang-kadang telah orgasme sebelum sempat melakukan persetubuhan sama sekali. Oleh karena itu suamiku mulai rajin mengkonsumsi vitamin dan makanan yang dapat meningkatkan potensi laki-laki, akan tetapi sejauh itu hal tersebut sama sekali tidak membantu. Di lain keadaan hal ini membawa dampak juga terhadap diriku. Secara terus terang aku pun terkadang merasa kurang mendapat kepuasan dalam hubungan suami istri. Kuakui selama ini aku juga sering mengalami gejolak birahi yang tiba-tiba muncul, terutama di pagi hari apabila malamnya kami melakukan hubungan intim dan suamiku tidak dapat melakukannya secara sempurna. Hal ini dimaklumi oleh suamiku karena dia tahu bagaimana kualitas hubungan suami-istri kami belakangan ini. Oleh karena itu suamiku membeli sebuah alat vibrator. Suamiku mengatakan alat itu mungkin secara tidak langsung dapat membantu kami untuk mendapatkan kepuasan dalam hubungan suami istri. Pada mulanya aku memakai alat itu sebagai simulator sebelum kami berhubungan badan. Akan tetapi lama kelamaan secara diam-diam aku sering pergunakan alat tersebut sendirian di pagi hari untuk menyalurkan hasrat kewanitaanku yang aku rasakan semakin meluap-luap. Rupanya fantasi seksual suamiku tersebut bukan hanya merupakan sekadar fantasi saja akan tetapi dia sangat bersikeras untuk dapat mewujudkannya menjadi suatu kenyataan. Selama ini suamiku terus membujukku agar aku mau membantunya dalam melaksanakan fantasinya. Apabila aku menolaknya atau tidak mau membicarakan hal tersebut, tidak jarang akhirnya kami terlibat dalam suatu pertengkaran yang hebat. Malahan bukan itu saja. Gairah seks-nya pun semakin bertambah turun. Hal ini lama-kelamaan membuatku menjadi agak khawatir juga, aku takut suamiku akan menderita impotensi. Aku berpikir bahwa aku harus membantu suamiku walaupun konsekuensi yang aku khawatirkan akan terjadi. Oleh karena itu aku mengalah dan berjanji akan membantunya sepanjang aku dapat melakukannya dan kutegaskan kepada suamiku bahwa aku mau melakukan hal itu hanya untuk sekali ini saja. "Aku telah mengundang Syamsul untuk makan malam di sini malam ini", kata suamiku di suatu hari sabtu. Aku agak terkesiap mendengar kata-kata suamiku itu. Aku berfirasat bahwa suamiku akan memintaku untuk mewujudkan niatnya bersama dia, karena Syamsul adalah salah seorang yang sering disebut-sebut oleh suamiku sebagai salah satu orang yang katanya cocok untuk diriku dalam melaksanakan fantasi seksual-nya dan kebetulan saat itu semua anak-anak sedang libur bersama kawan-kawannya ke luar kota sehingga tinggal aku dan suamiku saja yang berada di rumah. Memang selama ini sudah ada beberapa nama kawan-kawan suamiku maupun kenalanku sendiri yang disodorkan kepadaku yang dianggap cocok untuk melakukan hubungan seks denganku, salah seorangnya adalah Syamsul. Akan tetapi sejauh ini aku masih belum menanggapi secara serius tawaran dari suamiku tersebut dan juga kebetulan kami tidak mempunyai kesempatan yang baik untuk itu. Syamsul adalah salah seorang kawan dekatnya dan aku pun kenal baik dengan dia. Secara terus terang memang kuakui juga penampilan Syamsul tidak mengecewakan. Bentuk tubuhnya pun lebih kekar dan atletis dari tubuh suamiku. Aku berpikir tidak ada lagi gunanya aku berargumentasi dengan suamiku. Kehendaknya agar aku melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain sedemikian kuat. Hal itu sebenarnya membuatku agak tersinggung juga. Karena hal ini hanya biasa dilakukan oleh seorang wanita penghibur atau dengan kata lain seorang pelacur dan suamiku menghendaki aku melakukan hal seperti itu walaupun dengan alasan lain. Namun mengingat kehendak suamiku itu merupakan suatu akibat dari gejala psikologi, maka aku kesampingkan masakah harga diri itu. Aku hanya berpikir bagaimana aku dapat membantu suamiku mengatasi masalahnya. Selain itu aku pun mengharap bahwa dengan aku penuhinya fantasi seksualnya itu malam ini, maka suamiku tidak akan lagi mempunyai fantasi semacam itu karena secara psikologis keinginannya telah tercapai. Ketika Syamsul datang, aku sedang merapikan wajahku dan memilih gaun yang agak seksi sebagaimana anjuran suamiku agar aku terlihat menarik. Dari cermin rias di kamar tidurku, kudapati gaun yang kukenakan terlihat agak ketat melekat di tubuhku sehingga bentuk lekukan tubuhku terlihat dengan jelas. Buah dadaku kelihatan menonjol membentuk dua buah bukit daging yang indah. Sambil mematut-matutkan diri di muka cermin akhirnya aku jadi agak tertarik juga memperhatikan penampilan keseluruhan bentuk tubuhku. Kudapati bentuk keseluruhan tubuhku masih tetap ramping dan seimbang, tidak dipenuhi oleh lemak sebagaimana ibu-ibu rumah tangga lainnya yang seumurku. Buah dadaku yang subur juga kelihatan masih sangat kenyal dan padat berisi. Demikian pula bentuk pantatku kelihatan agak menonjol penuh dengan daging yang lembut namun terasa kenyal. Ditambah lagi kulitku yang memang putih bersih tanpa adanya cacat keriput di sana-sini membuat bentuk keseluruhan tubuhnya menjadi sangat sempurna. Melihat penampilan keseluruhan bentuk tubuhku itu secara terus terang timbul naluri kewanitaanku bahwa aku bangga akan bentuk tubuhku. Oleh sebab itu aku berpikir pantas saja suamiku mempunyai imajinasi yang sedemikian terhadap laki-laki yang memandang tubuhku karena bentuk tubuhku ini memang menggiurkan selera kaum pria. Setelah makan malam suamiku dan Syamsul duduk mengobrol di taman belakang rumahku dengan santai sambil menghabiskan beberapa kaleng bir yang dicampur dengan arak ginseng dari Cina. Tidak berapa lama aku pun ikut duduk minum bersama mereka. Malam itu benar-benar hanya tinggal kami bertiga saja di rumah. Kedua pembantuku yang biasa menginap, tadi siang telah kuberikan istirahat untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketika hari telah menjelang larut malam dan udara mulai terasa dingin tiba-tiba suamiku berbisik kepadaku. "Aku telah bicara dengan Syamsul mengenai rencana kita. Dia setuju dan malam ini dia akan menginap di sini! Tapi walaupun demikian kau tidak perlu memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks dengannya apabila memang suasana hatimu memang belum berkenan, kuserahkan keputusan itu sepenuhnya kepadamu!" bisik suamiku selanjutnya. Mendengar bisikan suamiku itu aku diam saja. Aku tidak menunjukkan sikap yang menolak atau menerima. Aku merasa sudah berputus asa bahkan aku merasa benar-benar nekat menantang kemauan suamiku itu. Aku mau lihat bagaimana reaksinya nanti bila aku benar-benar bersetubuh dengan laki-laki lain. Apakah dia nanti tidak akan menyesal bahwa istrinya telah dinikmati orang lain? Atau setidak-tidaknya seluruh bagian tubuh istrinya yang sangat rahasia telah dilihat dan dinikmati oleh laki-laki lain. Apalagi bila dalam rahimku nanti akan tersebar benih laki-laki lain selain dari benih suamiku sendiri. Tidak berapa lama kemudian aku masuk ke kamar dan siap untuk pergi tidur. Secara demonstratif aku memakai baju tidur nylon yang tipis tanpa BH sehingga buah dadaku terlihat membayang di balik baju tidur itu. Ketika aku keluar kamar, baik suamiku maupun Syamsul agak terhenyak untuk beberapa saat. Akan tetapi mereka segera dapat menguasai dirinya kembali dan suamiku langsung berkata kepadaku. "Syamsul baru saja cerita bahwa dia telah mempelajari pijat refleksi Siatzu. Aku rasa kau harus coba! Apa benar dia bisa! Kau mau kan..?" tanya suamiku kepadaku. "Boleh saja..!" jawabku sambil agak merapatkan leher baju tidurku sehingga siluet puting susuku kini tercetak dengan lebih jelas. "Ah sebenarnya aku tidak terlalu mahir..!" kata Syamsul, "Tapi bila mau dicoba boleh saja. Nanti setelah pijat Siatzu, saya juga akan memberikan pijatan dengan tehnik kucing mandi", katanya lagi. "Oo ya.. tehnik apa itu?" aku bertanya agak heran. "Susah diterangkan sekarang, nanti saja deh kalau pijat refleksinya sudah selesai." "Ayo..!" kata suamiku dengan wajah yang berseri-seri dan semangat yang tinggi suamiku mengajak kami segera masuk ke kamar tidur. Dengan berpura-pura tenang aku segera merebahkan diri bertelungkup di atas tempat tidur untuk siap dipijit. Sebenarnya aku tetap masih merasa risih tubuhku dijamah oleh seorang laki-laki lain apalagi aku dalam keadaan hanya memakai sehelai baju tidur nylon yang tipis dan tanpa BH. Akan tetapi kupikir aku harus berusaha tetap tenang agar keinginan suamiku dapat terwujud dengan baik. Mula-mula Syamsul memijit sekitar bagian punggungku dengan lembut kemudian secara perlahan-lahan terus turun ke bawah menelusuri bagian pinggulku. Sementara itu aku terus berusaha sekuat tenaga menekan perasaan risih dan malu dengan melepaskan pikiranku dari kedua hal tersebut dan berusaha menikmati pijitan Syamsul itu yang sebenarnya lebih tepat dikatakan rabaan dan sentuhan di tubuhku. Rupanya usahaku itu berhasil dengan baik, akan tetapi lama-kelamaan secara tidak langsung aku jadi terbawa oleh semacam arus sensasional yang menjalar dalam tubuhku. Apalagi ketika tangan Syamsul tiba pada bagian belahan pantatku yang gempal lembut kemudian meremas-remas dengan halus pinggul serta daging pantatku yang hanya ditutupi oleh gaun tidur nylon yang tipis maka terasa adanya suatu gejolak hangat dalam diriku. Aku menjadi pasrah dan benar-benar mulai menikmati pijitannya itu. Selanjutnya kurasakan tangan Syamsul mulai lebih berani lagi menyentuh tubuhku dengan sentuhan-sentuhan yang semakin lama semakin nakal. Bahkan dia kini berusaha membuka baju tidurku dan menelanjangi diriku dengan seenaknya sampai aku benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa ada lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuhku. Aku hanya dapat memejamkan mata dan pasrah saja menahan perasaan malu bercampur gejolak dalam diriku ketika tubuhku ditelanjangi di hadapan suamiku sendiri. Kemudian dia menelentangi tubuhku dan menatap dengan penuh selera tubuhku yang telah berpolos bugil sepuas-puasnya. Aku benar-benar tidak dapat melukiskan betapa perasaanku saat itu. Seumur hidupku, aku belum pernah bertelanjang bulat di hadapan laki-laki lain apalagi dalam situasi seperti sekarang ini. Aku merasa sudah tidak ada lagi rahasia tubuhku yang tidak diketahui Syamsul. Tidak berapa lama kemudian tiba-tiba kurasakan Syamsul mulai melumat bibirku dalam suatu adegan cium yang panjang dan berapi-api. Selanjutnya ketika bibir kami terlepas Syamsul berbisik kepadaku bahwa sekarang saatnya dia akan melakukan tehnik pijitan kucing mandi. Berbarengan dengan itu dia mulai menjilati seluruh tubuhku yang telanjang dengan lidahnya bagaikan seekor kucing yang sedang memandikan anaknya. Aku berpikir jadi inilah yang dia maksudkan dengan tehnik kucing mandi. Aku menjadi menggelinjang, entah karena apa. Tapi yang terang aku merasakan seluruh pembuluh darah di tubuhku menjadi bergetar dan aku terlambung dalam suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan selama ini. Apalagi sambil menjilati tubuhku dia juga meremas dan menghisap buah dadaku dengan lahap, menjilati liang kewanitaanku dengan rakusnya dan sementara itu suamiku hanya menonton saja dengan asyiknya seperti orang dungu. Suamiku kelihatan benar-benar menikmati adegan tersebut. Tanpa berkedip dia menyaksikan bagaimana tubuh istrinya digarap dan dinikmati habis-habisan oleh laki-laki lain. Sebagai seorang wanita normal keadaan ini mau tidak mau akhirnya membuatku terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan-jilatan Syamsul di bagian tubuhku yang sensitif membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang belum pernah kurasakan selama ini. Tidak berapa lama kemudian Syamsul berdiri di hadapanku melepaskan celananya sehingga dia juga kini berada dalam keadaan bertelanjang bulat. Saat itu pula aku dapat menyaksikan ukuran alat kejantanan Syamsul yang telah menjadi tegang ternyata memang jauh lebih besar dan panjang dari ukuran alat kejantanan suamiku. Bentuknya pun agak berlainan. Ukuran alat kejantanan Syamsul hampir sebesar lengan bayi dan bentuknya agak membengkok ke kiri. Kemudian dia menyodorkan alat kejantanannya tersebut ke hadapan wajahku. Secara reflek aku segera menggenggam alat kejantanannya dan terasa hangat dalam telapak tanganku. Aku tidak pernah membayangkan selama ini bahwa aku akan pernah memegang alat kejantanan seorang laki-laki lain di hadapan suamiku. Oleh karena itu aku melirik kepada suamiku. Kulihat dia semakin bertambah asyik menikmati bagian dari adegan itu tanpa memikirkan perasaanku sebagai istrinya yang sedang digarap habis-habisan oleh seorang laki-laki lain. Dalam hatiku tiba-tiba muncul kembali perasaan geramku terhadap suamiku, sehingga dengan demonstratif kuraih alat kejantanan Syamsul itu ke dalam mulutku menjilati seluruh permukaannya dengan lidahku kemudian kukulum dan hisap sehebat-hebatnya. Aku merasa sudah kepalang basah maka aku akan nikmati alat kejantanan itu dengan sepuas-puasnya sebagaimana kehendak suamiku. Kuluman dan hisapanku itu membuat alat kejantanan Syamsul yang memang telah berukuran besar menjadi bertambah besar lagi. Di lain keadaan dari alat kejantanan Syamsul yang sedang mengembang keras dalam mulutku kurasakan ada semacam aroma yang khas yang belum pernah kurasakan selama ini. Aroma itu menimbulkan suatu rasa sensasional dalam diriku dan liang kewanitaanku mulai terasa menjadi liar hingga secara tidak sadar membuatku bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap alat kejantanan itu lebih hebat lagi secara bertubi-tubi. Kuluman dan hisapanku yang bertubi-tubi itu rupanya membuat Syamsul tidak tahan lagi. Dengan keras dia menghentakkan tubuhku dalam posisi telentang di atas tempat tidur. Aku pun kini semakin nekad dan pasrah untuk melayaninya. Aku segera membuka kedua belah pahaku lebar-lebar. Berbarengan dengan itu kurasakan alat kejantanannya kini menghimpit dengan tepat di liang surgaku dan selanjutnya secara perlahan-lahan langsung memasuki dengan mudah ke dalam liang kenikmatanku yang telah menganga lebar dan licin dengan cairan birahi. Aku agak terlonjak sejenak ketika merasakan alat kejantanan Syamsul itu menerobos ke dalam liang kemaluanku dan menyentuh leher rahimku. Aku terlonjak bukan karena alat kejantanan itu merupakan alat kejantanan dari seorang laki-laki lain yang pertama yang kurasakan memasuki tubuhku selain alat kejantanan suamiku, akan tetapi lebih disebabkan aku merasakan alat kejantanan Syamsul memang terasa lebih istimewa daripada alat kejantanan suamiku, baik dalam ukuran maupun ketegangannya. Selama hidupku memang aku tidak pernah melakukan hubungan seks dengan laki-laki lain selain suamiku sendiri dan keadaan ini membuatku berpikiran lain. Aku tidak menyangka ukuran alat kejantanan seorang laki-laki sangat berpengaruh sekali terhadap kenikmatan seks seorang wanita. Oleh karena itu secara refleks aku mengangkat kedua belah pahaku tinggi-tinggi dan menjepit pinggang Syamsul erat-erat untuk selanjutnya aku mulai mengoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan tubuh Syamsul. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat. Sementara itu aku pun kembali melirik ke arah suamiku. Kudapa
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-89400829381712536772012-10-17T17:35:00.001-07:002012-10-17T19:00:08.486-07:00Ym Salon Plus Plus Informasi mengenai: Ym <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Ym Salon Plus Plus</a> <br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Namaku Tedy</b></span> <br />
<br />
Namaku Tedy. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bandung. Saat ini aku kuliah semester II jurusan TI. Sejak awal kuliah, aku tinggal dirumah kakak ku. “Kak Dewi” begitulah aku memanggilnya. Usianya terpaut 5 tahun denganku. Ia sebenarnya bukan kakak kandungku, namun bagiku ia adalah kakak dalam arti yang sebenarnya. Ia begitu telaten dan memperhatikan aku. Apalagi kini kami jauh dari orang tua. Rumah yang kami tempati, baru satu tahun dibeli kak Dewi. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih dari cukup untuk kami tinggali berdua. Setidaknya lebih baik dari pada kost-kostan. Kak Dewi saat ini bekerja disalah satu KanCab bank swasta nasional. Meskipun usianya baru 28 tahun, tapi kalau sudah mengenakan seragam kantornya, ia kelihatan dewasa sekali. Berwibawa dan tangguh. Matanya jernih dan terang, sehingga menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya. Dua bulan pertama aku tinggal dirumah kak Dewi, semuanya berjalan normal. Aku dan kak Dewi saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Pengahasilan yang lumayan besar memungkinkan ia menangung segala keperluan kuliah ku. Memang sejak masuk kuliah, praktis segala biaya ditanggung kak Dewi. Namun dari semua kekagumanku pada kak Dewi, satu hal yang aku herankan. Sejauh ini aku tidak melihat kak Dewi memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakaku ini ? cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa lagi ? Seringkali aku menggodanya, tapi dengan cerdas ia selalu bisa mengelak. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu…!”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Yang pasti, aku menghomati dan mengaguminya sekaligus. Hingga pada suatu malam. Saat itu waktu menunjukan pukul 9.00, suasana rumah lengang dan sepi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. TV diruang tengah dimatikan, padahal biasanya kak Dewi asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya. Karena khawatir pintu rumah belum dikunci, lalu aku memeriksa pintu depan, ternyata sudah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, aku bermaksud kembali ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok sesore ini kak Dewi sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Dewi didalam kamar melalui lubang kunci. Agak kesulitan karena anak kunci menancap dilubang itu, namun dengan lubang kecil aku masih dapat melihat kedalam. Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Dewi menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa busana sehelaipun !!! Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling. Napasku memburu. Ada rasa takut, malu, dan entah apalagi namanya. Sekuat tenaga aku tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau, tak tahu apa yang harus kuperbuat. Namun kemudian rasa penasaran mendorongku untuk kembali mengintip. Kulihat kak Dewi masih menindih batal guling. Pinggulnya bergerak-gerak agak memutar, lalu kemudian dengan posisi agak merangkak ia menumpuk dan memiringkan bantal dan guling, lalu meraih langerie-nya. Ujung bantal itu ditutupinya dangan langerie. Kembali aku mengalihkan pandanganku dari lubang kunci itu. Ngapain lagi tuh ?!!, aku tertegun. Entah kenapa, rasa takut dan jengah perlahan berganti dengan geletar-geletar tubuhku. Tanpa sadar ada yang memanas dan mengeras di balik training yang aku kenakan. Aku meremasnya perlahan. Ahhh… Ketika kembali aku mengintip ke dalam kamar, kulihat Kak Dewi mengarahkan selangkangannya pada ujung bantal itu, hingga posisinya benar-benar seolah menunggangi tumpukan bantal itu. Lalu tubuhnya terutama bagian pinggul bergoyang goyang dan bergerak-gerak lagi, setiap goyangan yang dilakukanya secara reflek membuat aku semakin cepat meremas batang kemaluanku sendiri. Entah berapa lama aku menyaksikan tingkah laku kak Dewi didalam kamar. Nafasku memburu, apalagi manakala aku melihat gerakan kak Dewi yang semakin cepat. Mungkin ia hendak mencapai orgasme, dan benar saja, beberapa saat kemudian tubuh kak Dewi nampak berguncang beberapa saat, jemari kak Dewi mencengkram seprai. Aku tak tahan lagi. Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Lalu kukunci pintu. Kumatikan lampu, lalu berbaring sambil memeluk bantal guling dengan nafas memburu. Pikiranku kacau. Bagaimanapun aku laki-laki normal. Aku merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala didalam tubuhku. Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi. Dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan, lalu aku berguling-guling diatas spring bad sambil mendekap bantal guling. Aku merintih dan mendesah sendirian. Diantara desahan dan rintihan aku menyebut-nyebut nama kak Dewi. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Dewi yang putih mulus. Pikiranku benar-benar tidak waras. Aku membayangkan tubuh kak Dewi aku gumuli dan kuremas remas. Sungguh aku tidak tahan, dengan sensasi dan imajinasiku sendiri, aku merintih dan merintih lalu mengerang perlahan seiring cairan nikmat yang muncrat membasahi bantal guling. (Besok harus mencuci sarung bantal…masa bodo…!!!!)……………. Sejak kejadian malam itu, pandanganku terhadap kak Dewi mengalami perubahan. Aku tidak saja memandangnya sebagai kakak, lebih dari itu, aku kini melihat kak Dewi sebagai wanita cantik. Ya wanita cantik ! wanita cantik dan seksi tentunya. Ah…….! (maafkan aku kak Dewi !) Terkadang aku merasa berdosa manakala aku mencuri-curi pandang. Kini aku selalu memperhatikan bagian-bagian tubuh kak Dewi. Goblok ! mengapa baru sekarang aku menyadari kalau tubuh kak Dewi sedemikian putih dan moligh. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu. Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya ingin aku dipeluk dan membenamkan wajah dilehernya. “Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya !“, kata kak Dewi sambil menuangkan air putih mengisi gelas dihadapanya, lalu meneguknya perlahan. Air itu melewati bibir kak Dewi, lalu bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa aku jadi memperhatikan hal-hal detail seperti ini ? “Siapa yang melamun, orang lagi …. ammmm mmm enak nih, selai apa kak ?”, aku mengalihkan perhatian ketika kedua bola mata kak Dewi menatapku dengan pandangan aneh. “Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Dewi bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan membelakangiku menuju wastafel untuk mencuci tangan. “OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip menyaksikan pinggul kak Dewi yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus… “Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Dewi. Hari sabtu aku memang gak ada mata kuliah. “Enggak…!”, kataku sesaat sebelum meneguk air minum. “Periksa semua kunci rumah ya Ted kalo mau pergi. Kemarin di blok C11 ada yang kemalingan….!”. “Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami. Beberapa saat kemudian suara mobil terdengar keluar garasi. Lalu suara derikan pintu garasi ditutup. Dan ketika aku keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan. Setelah memastikan kak Dewi pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak kemarin aku telah memiliki suatu rencana. Aku mau memasang Mini Camera kekamar kak Dewi, biar bisa online ke TV dikamarku, he he !. Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak. Aku selalu menunggu saat-saat dimana kak Dewi bermasturbasi. Dengan bebas aku melihat Live Show, lewat mini kamera yang telah kupasang dilangit-langit kamar Kak Dewi. Aman ! sejauh ini kak Dewi tak menyadari bahwa segala gerak-geriknya ada yang mengamati. Benar rupanya hasil survai sebuah lembaga bahwa 60 % dari wanita lajang melakukan masturbasi. Kalau kuhitung bahkan ka Dewi melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu. Kasihan kak Dewi. Ia mestinya memang sudah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Dewi toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya. Dan yang terpenting aku punya sesuatu untuk kunikmati. Kalau kak Dewi melakukannya dikamarnya, pasti aku juga. Ahh….. Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, ingin rasanya aku bergegas kekamar kak Dewi ketika kak Dewi tengah menggeliat-geliat sendiri. Aku ingin membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling bikin happy aja. Tapi aku gak berani. Apa kata dunia ? Malam ini. Aku tak sabar lagi menunggu, sudah hampir jam sembilan. Tapi kok gak ada tanda-tandanya. Kak Dewi masih asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku kemudian bergegas keluar rumah bermaksud mengunci gerbang. “Mau kemana Ted ?”, “Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci . “Jangan dulu dikunci, temen kak Dewi ada yang mau kesini !”, “Mau kesini ? siapa kak ?”, “Santi…yang dulu itu lho !”, “Ohh…!”, aku mencoba mengingat. Sinta ? ah masa bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh. Aku bergegas kembali kedalam. Dan ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Dewi berdering. Kudengar kak Dewi berbicara, rupanya temennya si Sinta brengsek itu udah mau datang. Huh ! Aku hampir aja ketiduran. Atau mungkin memang ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun aku memang ketiduran. Cuci muka di wastafel, lalu aku ambil sisa kopi yang tadi sore kuseduh. Dingin tapi lumayan daripada gak ada. Lalu seteguk air putih. Lalu sebatang Class Mild. Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, membiarkan udara malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Dewi udah pulang kali ?!. Kunyalakan TV, tapi hampir seluruh chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, lalu kutekan remote pada mode video…lho apa itu…?! Ya ampun ! sungguh pemandangan yang menjijikan. Apa yang akan dilakukan kak Dewi dan temannya itu. Aku geleng-geleng kepala, ada rasa marah, kesal. Aku tidak menyangka kalau kak Dewi ternyata menyukai sesama jenis. Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…! Kumatikan TV. Aku termenung beberapa saat. Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar sampai tetes terakhir. Tapi…., aku tekan lagi tombol power TV, Upps… masih On Line ! Aku melihat kak Dewi dengan temannya berbaring miring berhadapan. Aku yakin mereka tanpa busana. Meskipun berselimut, bagian pundak mereka yang tak tertutup menunjukan kalau mereka tak berpakaian. Mereka saling menatap dan tersenyum. Tangan kiri kak Sinta mengelus-elus pundak kak Dewi. Sementara kuperhatikan tangan kak Dewi nampaknya mengelus-elus pinggang kak Sinta, tidak kelihatan memang tapi gerakan-gerakan dari balik selimut menunjukan hal itu. Lama sekali mereka saling pandang dan saling tersenyum. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi aku tak mendengarnya karena aku tidak memasang Mini Camera dengan Mic. Perlahan kepala kak Sinta mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Dewi. Aku Cemburu ! Mereka berciuman dengan penuh perasaan, perlahan saling mengulum dan melumat. fffpuih ! Ternyata benar-benar ada tugas pria yang dilakukan oleh wanita. Untuk beberapa saat mereka berciuman dan saling meraba. Aku jadi menahan nafas. Mungkin aku juga ketularan tidak waras, rasanya ada satu gairah yang perlahan bangkit didalam tubuhku. Bahkan, aku mulai mendidih ! Sesaat kak Sinta nampak menelusuri leher kak Dewi dengan bibir dan lidahnya, aku mengusap leherku sendiri. Entah kenapa aku merasa merinding nikmat. Apalagi melihat ekpresi kak Dewi yang pasrah tengadah, sementara kak Sinta dengan lembut bolak-balik menjilat leher, dagu, pangkal telinga. Aku tak tahan melihat kak Dewi diperlakukan seperti itu. Setelah mematikan lampu, aku kemudian beranjak ke atas spring Bad, mendekap bantal guling, sementara mataku tak lepas dari layar TV. Situasi semakin seru, kak Dewi kini yang beraksi, ia kelihatan agak terlalu terburu-buru. Dengan penuh nafsu ia menjilati dan menciumi leher kak Sinta yang kini terlentang ditindih kak Dewi. Kepala kak Sinta mendongak-dongak, aku yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya. Kemudian kak Dewi berpindah menciumi dada kak Sinta, sekarang baru nampak jelas wajah kak Sinta. Ia ternyata cantik sekali, bahkan sedikit lebih cantik dari kak Dewi. Ah aku terangsang. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan makin mengeras. Agak ngilu terganjal ujung bantal guling, sehingga perlu kuluruskan. Kak Dewi benar-benar beraksi, ia menciumi dan melahap payudara kak Sinta. Wajah kak Sinta mengernyit, dan mulutnya terbuka, apalagi ketika kak Dewi mengemut putting susunya. Ia Menggeliat-geliat sementara kedua tangannya mendekap kepala kak Dewi. Bergantian kak Dewi mengerjai kedua payudara kak Sinta. Kak Sinta menggeliat-geliat. Semakin liar, apalgi ketika kak Dewi menyelinap ke dalam selimut. Tiba-tiba kepala Kak Dewi muncul lagi dari balik selimut, tengadah mungkin ia tersenyum atau tengah mengatakan sesuatu, karena kulihat kak Sinta tersenyum, lalu sebuah kecupan mendarat dikening Kak Dewi. Sesaat kemudian kak Dewi menghilang lagi ke dalam selimut. Kak Sinta tampak membetulkan posisi badannya, selimutnya juga dirapihkan, aku tak dapat melihat apa yang tengah dilakukan kak Dewi, tapi menurut perkiraanku kepala kak Dewi tepat diantara selangkangan kak Sinta. Entah apa yang tengah dilakukannya. Namun yang terlihat, kak Sinta mendongak-dongak, kedua tanganya meremas-remas kepala kak Dewi. Kepala kak Sinta bergerak kekanan dan kekiri. Tubuhnya juga menggelinjang kesana sini. Kondisi seperti itu berlalu cukup lama. Aku keringatan. Nafasku memburu. Tanpa sadar kubuka kaus yang kukenakan, lalu kulemparkan kain sarungku. Kemaluanku mengeras, menuntut diperlakukan sebagaimana mestinya. Ah… edan ! Tiba-tiba aku lihat kak Sinta mengejang beberapa kali. Pinggulnya mengangkat, kedua pahanya menjepit kepala kak Dewi. Mengejang lagi, sementara kepalanya mendongak kekanan dan kiri. Ia terengah-engah, lalu sesaat kemudian terdiam. Matanya terpejam. Kemudian kak Dewi muncul dari balik selimut, ia nampak mengelap mulutnya dengan selimut. Paha kak Sinta tersingkap karenanya. Kak Sinta kemudian meraih kedua bahu kak Dewi, mendaratkan kecupan dikening, pipi kanan dan kiri kak Dewi, lalu merangkul kak Dewi ke dalam pelukannya. Beberapa saat mereka berpelukan. Aku yang menyaksikan kejadian itu hanya dapat menahan napas, sementara tangan kananku meremas-remas dan mengurut kemaluanku sendiri. Dan, kemudian mereka nampak berbincang lagi, lalu kak Dewi membaringkan badanya. Terlentang. Kak Sinta menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh. Kak Dewi kelihatan protes, tapi protes kak Dewi dibalas dengan lumatan bibir kak Sinta. Tubuh kak Sinta menindih tubuh kak Dewi. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun. Saling menyentuh. Kak Sinta kini yang bertindak aktif, ia kini menjilati leher, pangkal leher, bahu, dada, payudara kanan dan kiri. Kak Dewi nampak pasrah diperlakukan seperti itu. Kak Sinta nampak lebih terampil dari kak Dewi, hampir setiap inci tubuh kak Dewi dijilati dan dikecupnya. Bahkan kini ia menelusuri pangkal paha kak Dewi dari arah perut dan terus bergerak ke awah. Kak Dewi hendak bangun, kedua tanganya seolah menahan kepala kak Dewi yang terus bergerak ke bawah, entah mungkin karena geli atau nikmat yang teramat sangat. Tapi tangan kak Sinta menahanya, akhirnya kak Dewi menyerah. Dihempaskannya tubuhnya ke atas spring bad. Kak Sinta kini menciumi paha, lutut, bahkan telapak kaki kak Dewi. Tangan kanan kak Dewi mengusap-usap kemaluannya, sementara jari-jari tangan kirinya dimasukan kedalam mulutnya sendiri. Ia mengeliat-geliat. Tubuh kak Sinta kemudian berubah lagi. Ia kini telah siap berada diantara paha kak Dewi. Kak Sinta menarik bantal dan meletakannya, dibawah pinggul kak Dewi, sehingga tubuh bagian bawah kak Dewi makin terangkat. Kepala kak Dewi terjepit persis diantara selangkangan kak Dewi. Sebelah tangannya meremas-remas payudara kak Dewi. Aku lihat tubuh kak Dewi mengelinjang-gelinjang. Tak sadar aku turut merintih. Semakin kak Dewi menggelinjang, nafasku semakin memburu. Tubuhku kini mendekap dan mengesek-gesek bantal guling, dan batang kemaluanku menggesek-gesek ujungnya. Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Dewi dan kak Sinta. “Kak Dewiii… kak Sinta……, ini Tedy… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, aku merintih dan terus merintih. Semakin lama kak Dewi kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Sinta. Semakin lama gerakan kak Dewi semakin liar, lalu pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!! Aku terengah-engah, dalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, aku teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri dalam kegelapan. Aku yakin disana kak Dewi dan kak Sinta pun tengah merintih dan mendesah, juga dalam kegelapan……. Dor ! Dor ! Dor ! “Tedy… bangun, udah siang !“, suara ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya sudah siang. “Bangun…!”, suara kak Dewi kembali terdengar. “Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar langkah kaki kak Dewi menjauh dari pintu kamarku. Ya ampun ! aku terkaget. Berantakan sekali tempat tidurku. Dan bantal guling…, bergegas aku buka sarungnya. Wah nembus ! Dengan terburu-buru kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi. Kalau tidak khawatir mendengar kembali teriakan kak Dewi yang menyuruh sarapan mungkin aku memilih untuk tidur lagi. Akhirnya aku keluar kamar, mengambil handuk, dan bergegas kekamar mandi. Didekat ruang makan aku berpapasan dengan kak Dewi yang membawa nasi goreng dari dapur. Namun bukan itu yang menarik perhatianku. Rambut lepek kak Dewi yang belum kering benar jelas terlihat. Aku teringat kejadian tadi malam. “abis keramas nih yee !”, kataku dalam hati. “Apa senyam-senyum gitu ?”, kak Dewi menatapku heran. “Enggak …! Siapa… lagi yang senyam-senyum. Mmm enak !”, kataku sambil menyuap sesendok nasi goreng hangat. “Mandi dulu sana, dasar jorok !”, kata kak Dewi sambil meletakan piring yang dipegangnya. “Jorokan juga kak Dewi, gituan dijilatin hiiii….”, kataku dalam hati, tapi kemudian bergegas mandi, eh keramas juga ! Segar sehabis mandi, hampir aku balik lagi ketika menyadari dimeja makan Kak Dewi tengah sarapan ditemani kak Sinta. “Ikutan Indonesian Idol dong ted !, jangan cuma berani nyanyi dikamar mandi aja !”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Sinta. Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah ! tapi matanya itu ! aku merasakan keliaran dimatanya ketika menatapku yang hanya terbungkus handuk sepinggang. “Eh, maaf kirain gak ada kak Sinta, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu. Buru-buru aku ganti baju, menyisir rambut. Ah kenapa aku ingin nampak keren. Karena ada kak Sinta yang cantik kali ya ? Pandang dari kiri dan kanan. Sip ! Turun kembali ke lantai bawah, menikmati dua wajah cantik, dan sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis. “Nih buruan, sarapan dulu !”, kak Dewi yang kemudian menyuruhku sarapan, sementara mereka sendiri telah selesai. Aku lalu sarapan dengan diawasi oleh dua mahluk cantik yang tidak buru-buru beranjak dari meja makan. Mereka berbincang ngalor ngidul seputar dunia kerja. Sesekali aku menimpali meskipun mungkin enggak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini masih aja ngurusin kerjaan !”, aku membatin. “Tumben dihabisin ?”, kata kak Dewi melihat aku makan dengan lahap. “Abis enak sih !”, “Biasanya, dia tuh ! susah makannya, di masakin ini-itu…!”, “Bohong kak ! jangan dengerin !”, kataku menimpali ucapan kak Dewi “Alah… emang biasanya gitu kok !”, kak Dewi memotong ucapanku. Kak Sinta hanya tersenyum aja. Manis lagi senyumnya. Mmmuah ! ingin rasanya kusentuh bibirnya itu. Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Dewi dan kak Sinta. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Dewi. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya. Aku merasa bersalah karena kemudian khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Dewi. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Dewi. Aku ingin merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap setiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!! Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Dewi membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang. Bahkan entah berapa kali ketika kak Dewi tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Dewi menjadi objek fantasiku. Dan makin lama aku makin berani, hingga aku melakukan self service, di kamar kak Dewi, ketika tidak ada kak Dewi tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Dewi kugenggam erat. Aku terlentang diatas spring bad kak Dewi. Isi lotion telah kukeluarkan sehingga melumuri kemaluanku yang mengacung. Kuurut perlahan, menikmati sensasi yang membuai, sambil sesekali aku menciumi celana dalam pink kak Dewi. Aku benar-benar hanyut dan terbuai dalam kenikmatan. Sehingga aku tak begitu menghiraukan ketika ada suara-suara didepan rumah. Ah… kak Dewi biasanya pulang jam 6.30, sekarang baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh….. Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga…. Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Dewi Pulang !!! Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue ! Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar… “Tedy…! Ngapain kamu ?”, mata kak Dewi menatapku tajam. “ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat. Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang hanya mengenakan training. Napasku tercekat manakala menyadari tatapan kak Dewi ke atas tempat tidur, celana dalam ka Dewi, langerie kak Dewi, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan! Kak Dewi menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Dewi pastinya dapat menebak kelakuanku. “Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Dewi tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar. Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka. Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Dewi ! “Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding. “Bodoh, bodoh !”, aku mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh ketakutan aku bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman. Lalu aku kabur…ketempat kost temanku. Tiga hari aku aku tak pulang, temanku sampai terheran-heran dengan kelakuanku. Tapi aku simpan rapat-rapat masalah yang sebenarnya. Aku hanya bilang lagi berantem sama kakaku. Tadinya aku kebingungan juga kelamaan tidak pulang, mau pulang juga rasanya bagaimana. Namun sebuah telpon dari kak Dewi membuat semuanya lebih baik, “Tedy kamu kemana aja ? kamu dimana ?”, terdengar suara kak Dewi di HP ku, datar. “mm ng… dirumah temen kak ?”, kataku sedikit bergetar. “Pulang…nanti kalo mamah nanya gimana ?”, suara kak Dewi masih terdengar datar. Tapi setidaknya hal itu membuatku sedikit lega. “Iya kak !”, lalu tak terdengar lagi suara kak Dewi. Aku tertegun beberapa saat, namun kemudian aku memutuskan untuk pulang. Tiba dirumah, tatapan kak Dewi menyambutku. Aku tak berani menatap wajahnya. “kamu kemana aja ?”, suara kak Dewi masih terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak !”, “Makan dulu…tuh kakak udah masak !”, terdengar suara kak Dewi dari ruang tengah. “Iya kak !”, bergegas aku ke meja makan. Melahap makanan yang tersedia dimeja makan, emang gua laperrrr ! Besoknya, suasana masih terasa amat hambar. Kak Dewi tak mengucap sepatah katapun. Ia membuang muka ketika berpapasan dengan aku yang bermaksud ke kamar mandi. Selesai mandi, ganti baju, kembali keruang makan. Aku dan kak Dewi sarapan seperti biasanya, tapi rasanya suasana betul-betul mencekam. Kak Dewi nampak buru-buru menyelesaikan sarapannya. Akupun bergegas menghabiskan sisa makananku. “Kak, maafin Tedy yah !”, kataku sambil meletakan gelas yang airnya habis kuteguk. Kak Dewi tak bersuara, tapi matanya menatapku, penuh keheranan dan tanda tanya, atau mungkin tatapan apa itu artinya. Entahlah. Beberapa hari kemudian setelah situasi dirumah mulai terasa normal, malam itu kak Dewi diruang tengah nonton TV atau mungkin membaca majalah. Entahlah atau bisa kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan tapi ia asyik membaca majalah sambil telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Aku kemudian duduk disofa, tepat dibelakangnya. Rasanya badanku gemetar menyaksikan pandangan dihadapanku. Sittttt !!!! Pikiran gilaku melintas lagi. Pantat kak Dewi yang hanya dilapisi selembar baju tidur tipis begitu indah terlihat. Garis celana dalam yang dikenakanya nampak menggurat. Betisnya itu, alamak. Aku tak tahan ingin mengecapnya dengan lidahku. Dan… “Bikin minum dong, haus nih…!”, Kak Dewi membalikan badannya, dan melihat kearahku yang tengah menikmati bagian belakang tubuhnya. “Orange, atau susu ?”, tanpa sadar aku melirik kearah dadanya. Kak Dewi merasakan pandangan mataku, ia membetulkan leher bajunya. “Susu deh ! tapi jangan penuh-penuh yah !”, “Ok !”, lalu aku pergi ke ruang sebelah. Seperti kebiasaannya kalau bikin susu ia pasti hanya minta setengah gelas. “Takut gak abis”, katanya ! “Nih kak !”, kataku sambil meletakkan gelas susu disebelah kanan. Lalu aku bergerak kesebelah kiri kak Dewi. Kak Dewi segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. Aku sendiri meraih majalah yang tengah dibaca Kak Dewi. “Ih apaan nih, sini ! orang lagi dibaca juga !”, kak Dewi berusaha meraih majalahnya kembali. Akhirnya kulepaskan. Aku mengambil remote TV. Sambil tengkurap disamping kak Dewi, aku memindah-mindah chanel. “Kebiasaan Tedy mah, pindah-pindah terus, balikin TransTV !”, katanya sambil berusaha meraih remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV. Lalu aku memiringkan badan, sekarang aku menghadap kearah kak Dewi. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali. Lalu aku mutup kedua mataku rapat-rapat. “Kak mau tanya, boleh ?”, kataku sambil tetap memejamkan mata. “Tanya apa sih !”, ia menjawab tanpa menoleh. “ng…mmmm kenapa Tedy akhir-akhir jadi aneh yah ?”, “Maksudnya apa ?”, “Tapi kak Dewi jangan marah yah !”, “Akhir-akhir ini, tedy sering error. Pikiranya yang begituuu.. aja. Gak siang gak malem, pusing deh !”, “Mikirin apa sih ?”, “Ah… kak Dewi ini. Maksud Tedy… mmm jangan marah yah. Rasanya Tedy gampang terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan nampak diwajah kak Dewi. Lalu ia menghela nafas panjang. “Kebanyakan nonton film jelek kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar jelek kayak gitu !”, “Bisa juga sih…, kalau masturbasi bahaya enggak sih kak?”, aku kembali melontarkan pertanyaan yang mengagetkannya. ”Apaan sih gituan di tanya-tanyain ?!”, nampak kak Dewi agak gusar menimpali pertanyaanku. “Kalau kata temen tedy sih, mendingan masturbasi daripada main sama cewek nakal, bisa penyakitan !”, Tak terdengar komentar. Waduh aku kehabisan kata-kata. “Sebenarnya gara-gara kak Dewi sih !”, dan aku menunggu. Benar saja, kak Dewi bereaksi. Ia menatapku penuh tanya. “Menurut sebuah survai, 60 % wanita lajang melakukan masturbasi, bener kan ?”, aku kembali melontarkan pukulan kata-kata. “Kata siapa kamu ?”, “Kata koran dannnnn… lubang kunci !”, “Maksud Tedy apa sih…? Kakak jadi pusing !”, “Tedy tahu rahasia kak Dewi !”, “Rahasia apa ?”, “Kak Dewi suka menggeliat-geliat ditempat tidur tanpa pakaian dan memeluk bantal guling !”, akhirnya. Mata Kak Dewi membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa marah dan malu, tapi ia berusaha menutupinya. “Kamu ngintip ?”, “Gak sengaja sih…!”, kubenamkan mukaku dipermadani sambil menunggu efek selanjutnya. “Tapi tenang aja. Rahasia kak Dewi aman kok ditangan Tedy. Dan rahasia Tedy ada ditangan kak Dewi. Sama-sama aman ok ?!”, Kak Dewi tak bersuara. Benar-benar terdiam. Ia malah membolak-balikan halaman majalah. “Meskipun ada satu rahasia lagi !”, tampak wajah kak Dewi kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang kini juga menatapnya. “Kak Sinta… !”, kataku. Kak Dewi benar-benar terhenyak. Ia bangkit hingga terduduk. Aku membalikan badan, terlentang disamping kak Dewi. “Tenang aja. Tedy gak akan membocorkannya ke siapa-siapa kok !”, “Tedy tahu semuanya ?”, kata kak Dewi tiba-tiba. Pandangan matanya kini memelas dan penuh ketakutan. Aku menganggukan kepala. “Jangan bilang siapa-siapa, jangan bilang mamah. Please !”, kak Dewi mengguncang bahuku. “Tenang…pokoknya aman !”, Kak Dewi nampak gelisah. Aku tidak tega melihatnya. Kak Dewi yang sangat baik padaku telah aku antarkan pada suatu kondisi serba salah dan menakutkan baginya. Tapi sudahlah. Tiba-tiba terdengar dering telp, bergegas aku bangun dan mengangkat gagang telpon. “Halloo..!”, terdengar suara perempuan diseberang sana. “Hallo…!”, kataku “Ini tedy yah ?, kak Dewi ada ?”, suara itu terdengar lembut. “ng.. ini siapa yah ?”, kataku sambil menduga-duga. “Ini Sinta…kak Dewi-nya ada ?”, “Ada…sebentar ya kak !”, kataku. “Kak… ini kak Sinta !”, kataku pada kak Dewi. Kulihat tiba-tiba expresi kak Dewi menegang. Namun tak urung ia mendekatiku, dan menerima gagang telepon yang kusodorkan. “Haloo..”, Aku bergegas pergi, tak ingin mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Aku naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk. Beberapa saat kemudian kudengar langkah kaki kak Dewi di tangga menuju kearah kamarku. Lalu tiba-tiba aku mendengar ketukan dan suara kak Dewi. Aku terdiam, menunggu. “Tedy…!”, kembali terdengar ketukan. Kunyalakan lampu lalu membuka kunci pintu kamar. Tanpa kupersilahkan kak Dewi menyeruak masuk lalu duduk dipinggir tempat tidur. “Tedy…”, kak Dewi tiba-tiba memecahkan keheningan. Aku yang hendak menyalakan rokok, menoleh. Kulihat kak Dewi menatapku dalam-dalam. Nampaknya ada sesuatu yang ingin diucapkanya. Tak jadi menyalakan rokok. Aku menarik kursi, dan membalikanya sehingga menghadap kearah kak Dewi. Lalu aku duduk dihadapan kak Dewi. “Tedy bisa pegang rahasia kan ?”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada ketakutan dimatanya. “Masalah apa ?”, “Sinta…!”, “Oh…!”, aku mengangguk perlahan. “Jangan sampai Mamah tahu !’, Aku hanya menatapnya, lalu tersenyum hambar. “Janji ?!”, kak Dewi menatapku dalam-dalam. “Janji !”, kataku sambl mengacungkan telunjuk dan jari tengahku. “Tedy boleh minta apa aja, pasti kakak turutin, syaratnya satu, gak boleh bocorin rahasia !”, “Tenang…aman !’, kataku agak bergetar. “Tedy mau minta apa sama kaka?”, nampaknya kak Dewi mencoba bernegosiasi, he he…. “ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tak terpikir untuk minta sesuatu pada kak Dewi, lagi pula aku sama sekali gak kepirkiran untuk membocorkan rahasianya. Namun tatapan liarku kearah dada ka Dewi sungguh dinterpretasikan oleh kak Dewi. “Kakak tahu kok apa yang Tedy inginkan, sini…!”, kak Dewi menepuk spring bad, mungkin maksudnya menyuruhku duduk disampingnya. Aku ragu sesaat. “Sini….!”, katanya mengulang. Meskipun ragu aku kemudian beranjak, dan dengan bingung aku duduk disebelahnya. Darahku berdesir saat jemari lembut kak Dewi mengusap punggung tanganku. Lalu ia meraih telapak tanganku. Jemari tanganku digenggamnya. “Pasti Tedy sekarang lagi error !”, tiba-tiba kak Dewi berkata datar, “Apaan sih kak ?”, kataku agak jengah. “Pake pura-pura lagi !”, kak Dewi mendorong tubuhku. Karena Kak Dewi mengisyaratkan agar aku terlentang maka aku segera terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai. “Tedy pengen ini kan ?”, jemari kak Dewi merayapi pahaku. Aku terhenyak menahan nafas. Kemudian kak Dewi tanpa ragu mulai meremas kemaluanku perlahan, ahh….., kedua lututku terangkat parlahan, lalu kuturunkan lagi. “Kak…”, kataku lirih “sst…kakak tahu apa yang Tedy inginkan, tenang aja…”, kak Dewi benar-benar meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan merayap, seiring makin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap hingga menutupi mukaku. Rasa jengah dan nikmat membaur menjadi satu. “Pake malu-malu lagi !”, kak Dewi memaksaku melepaskan bantal. Akhirnya untuk aku hanya bisa menutup mata<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-78433159235184901742012-10-17T17:30:00.004-07:002012-10-17T19:01:04.960-07:00Twitter Salon Plus Plus Informasi mengenai: Twitter<a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/"> Salon Plus Plus</a> <br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Twitter Salon Plus Plus</a> <br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Misteri Pohon Tua</b></span> <br />
<br />
Di usianya yang baru 25 tahun, Rini sudah menjadi seorang Dokter. Telah menikah dengan Aditya, yang juga seorang Dokter. Usia Rini terpaut tiga tahun dari suaminya Pasangan ini belum dikaruniai anak,mereka baru menikah selama 2 tahun.<br />
<br />
Suatu hari, Rini di khabari oleh kerabatnya bahwa neneknya yg berada di kota Solo telah meninggal dunia. Berita itu sangat membuatnya sedih karena sang nenek lah yang membesarkannya dan mendidiknya. Karena saat ia berusia 12 tahun, Rini telah di tinggalkan kedua orang tuanya yang tewas saat kecelakaan mobil<br />
<br />
Keluarganya terbilang keluarga yang berada dan berdarah ningrat. karena tidak ada yang mewarisi kekayaan orang tuanya, juga harta yang ditinggalkan neneknya. Rini menjadi pewaris tunggal harta harta itu. Salah satunya adalah sebuah Villa yang berada di daerah wisata Tawangmangu.<br />
<br />
Setelah pemakaman neneknya dan besilaturahmi dengan kerabatnya maka Rini pun berkunjung ke villa neneknya di Tawangmangu itu.<br />
<br />
Dihari yg telah di rencanakannya itu Rini bersama suaminya Aditya mengunjungi villanya itu. Villa yang besar itu, selamai ini di jaga oleh Parjo. Usianya kira kira 55 tahun. Seorang laki laki penduduk sekitar yang telah cukup lama bekerja pada neneknya. Parjo juga di beri amanah untuk mengurus villa dan perkebunan keluarga itu.<br />
<br />
Hari itu, seperti yang direncanakan Rini dan suaminya akan bermalam disitu untuk beberapa hari. Kebetulan mereka telah mengambil cuti. Pasangan ini pun selalu terkesan amat mesra dan romantis. Maklum mereka pasangan muda, yang belum lama menikah.<br />
<br />
Sore hari itu, Rini dan suaminya di temani Parjo berkeliling, Villa besar itu. Di kebun belakang villa itu, dekat paviliun, tempat Parjo tinggal, mata Rini menangkap, image pohon besar, yang rindang. Dengan akar akarnya yang sebagian keluar dari dalam tanah. seperti tak terawat. Di sana ada taburan bunga bunga.<br />
<br />
“pak Parjo, pohon apa ini, koq tampaknya tak terawat” tanya Rini. “oh, ini pohon sudah tua sekali, yah memang dari dulu sudah begitu, dari zaman eyang non Rini” jawab Parjo. “wah, sepertinya merusak pemandangan, tebang saja pak Parjo” kata Rini lagi. “oh JANGAN.. “jawab pak Parjo keras.<br />
<br />
Rini terkejut mendengar jawaban pak Parjo. Suaminya juga menatap pak Parjo.<br />
” maaf, maksud saya, eyang non pernah berpesan, tidak boleh di tebang” jawab pak Parjo. Rini diam saja, kemudian, berjalan kembali ke depan, bersama suaminya.<br />
<br />
” mas, aku gak suka sama pohon itu, bulu kudukku merinding, sepertinya ada sesuatu di situ” ujar Rini pada suaminya. “Rini, Rini, makanya kalau nonton TV, jangan acara mistis yang di tonton, kamu itu seorang dokter, pakai logika dong” jawab suaminya enteng. Rini menatap suaminya, matanya melotot.<br />
<br />
Suaminya pun tersenyum, lalu melumat bibir Rini,” ah, udeh deh..” kata Rini. “yah sudah, kalau gak suka yah kamu tebang saja, nanti..” kata Suaminya.<br />
<br />
Udara dingin, di kawasan itu, membuat mereka bercumbu di malam itu. Di mulai dengan ciuman ciuman mesra dari suaminya, serta rabaan lembut di paha mulus Rini.<br />
Baju tidur Rini, tanpa terasa, mulai tersingkap. Menampakkan kedua paha mulusnya, serta pangkal pahanya yang masih terbalut celana dalam putih. Bukan hanya mata suaminya yang melihat, tanpa sepengetahuan mereka ada sepasang mata yang mengintip, sepasang mata milik Parjo.<br />
<br />
Satu sentuhan jari Suaminya, di selangkangan Rini, membuatnya mendesah keras. Jari itu terus bermain di atas celana dalamnya. Bercak bercak basahan mulai tampak di selangkangan celana dalam Rini.<br />
<br />
Dengan cepat Rini melepas baju tidurnya, menyodorkan buah dadanya yang bulat padat, dengan putting memerah, telah menonjol keras, ke mulut suaminya. “mas, mau nete dong.. “kata Rini dengan nafsu. Mulut Suaminya, pun menyedot putting susunya. “ohhh … mas.. Rini, nafsu mas.. enak…” erangnya.<br />
<br />
Suara suara erotic Rini, membuat Parjo yang mendengar samar samar, membuatnya meraba raba selangkangannya sendiri.<br />
<br />
Aditya, masih saja, menjilati dan menyedot buah dada istrinya, begitu juga jarinya yang masih terus, merangsang selangkangannya. “mas, celana Rini, di buka aja..” pintanya. Suaminya lalu melepas celana dalam istrinya. Dan melihat vagina, dengan bulu bulu, di atasnya. Bibir vagina yang rapat, dan basah.<br />
<br />
Suaminya sudah mengerti kebiasaan Rini. Setelah tubuh Rini, bugil total, Aditya, merenggangkan ke dua belah kakinya. Lalu, dengan lidahnya, dia menjilati vagina istrinya, dengan lembut. “mass, ahh.. Rini.. enak.. . mass…” erangnya. Suaminya terus menjilati vagina istrinya.<br />
<br />
Jari jarinya juga tak tinggal diam, jari itu bergerak memasuki liang vagina istri tercintanya maju dan mundur, bergetar lembut, membuat Rini, semakin mendesah desah, menuju puncak birahinya. Lidahnya bermain di klitorisnya, sedang jarinya terus mencolok colok liang vaginanya yang semakin basah.<br />
<br />
” ahh …. Mas, Rini udah gak kuat … ahhh” erang Rini, yang semakin mendekati fase orgasmenya. Jilatan suaminya semakin liar, tubuh Rini pun bergetar, mengejang, satu erangan panjang, membawanya ke puncak kenikmatannya.<br />
<br />
Saat, Rini terbaring lemas, Aditya membuka pakaiannya. Penisnya tampak sudah tegang. Tanpa perlu komando, Rini segera membelai belai penis suaminya itu, menjilati ujung penisnya yang tegang, membuat suaminya mengerang nikmat. Rini pun mengulum kepala penis suaminya, dengan nafsu.<br />
<br />
Kepala Rini, bergerak, maju mundur, dan penis itu mendapat kenikmatan yang tinggi. “oh.. sayang… ohh…” erang suaminya. Permainan Rini yang begitu, hebat, membuat suaminya melepas benihnya di mulutnya. Tak satu tetes yang lepas dari mulut Rini, semuanya tertelan habis.<br />
<br />
Kini mereka berbaring bersama, Rini pun kembali menciumi suaminya. Mereka bercumbu kembali, sampai penis Aditya, siap kembali untuk permainan babak kedua.<br />
<br />
Kembali Rini, membuka lebar kakinya, memperlihatkan vagina indah miliknya. Suaminya sudah siap, dengan penisnya yang telah menegang, tepat di depan pintu vagina Rini. Perlahan penis itu masuk membelah bibir vagina Rini.<br />
” oh tekan … terus mas ohhh” erang Rini.<br />
<br />
Dorongan, demi dorongan, dari penis suaminya, terus membawa kenikmatan bagi Rini<br />
Pantat indahnya ikut bergoyang, selaras dengan goyangan suaminya. Penis Aditya terus bergerak keluar masuk, di iringin desah desah erotis dari bibir indah Rini. Walau udara dingin, tapi peluh tampak membasahi dahi Aditya.<br />
<br />
” ohh, Rini aku gak tahan lagi nih …” kata suaminya. Goyangannya pun semakin liar, dan akhirnya tubuhnya ambruk, menindih tubuh istrinya. Dan vagina Rini pun di siram benih benih cinta mereka.<br />
<br />
Kedua insan itu pun lemas, mereka tertidur, berpelukan di bawah selimut tebal.<br />
<br />
Pagi pagi sekali, Aditya telah terlihat, berjogging di sekeliling villa. Dan Rini, hanya melihat, pemadangan sekeliling villa itu, sambil berjalan pelan. Tiba tiba, matanya kembali menatap, pohon besar yang terlihat angker itu. Tiba tiba Rini meraih kempak, yang tergeletak bersama cangkul milik Parjo.<br />
<br />
Sambil menentang kapak itu, Rini mendekati pohon itu. Saat itu terdengar teriakan Parjo” jangannn…. “. Terlambat, kampak itu telak membacok dahan pohon besar itu, kulit pohon itu terluka. Rini terdiam, matanya menatap dahan itu mengeluarkan darah segar.<br />
<br />
Parjo berlari menghapiri Rini” kan sudah saya bilang pohon ini tak boleh di gangu” kata Parjo dengan nada tinggi. Rini tak mengubris ocehan Parjo, matanya terus menatap dahan itu yang mengeluarkan darah. “kenapa Rin, ada apa, koq bengong begitu” tanya Aditya. “darah.. darah.. “jawab Rini dangan suara bergetar.<br />
<br />
Aditya menghampiri pohon itu, melihat lebih jelas, jarinya mencolek darah itu, menciumnya” Rin, ini cuma getah pohon.. kenapa kamu ?” kata Aditya.<br />
<br />
” Lihat, masa harus aku bawa ke lab, untuk membuktikannya, ini getah pohon, warnanya kecoklatan, lihat” kata Aditya sambil memperlihatkan jarinya yang berlumuran getah pohon itu.<br />
<br />
Rini pun berjalan, menuju villanya, dia masuk kamar, duduk dengan tenang di pinggir ranjang. “mas, aku merasa ada sesuatu, tentang pohon itu” ujar Rini. “sudah sudah, tenang aja, tidak ada apa apa koq, hanya perasaan kamu saja..” kata suaminya berusaha menenangkan Rini.<br />
<br />
Malam hari itu, setelah makan malam, pasangan suami istri itu, masuk ke kamar. Aditya, berbaring di samping Rini. Tangan Rini mengelus elus dada suaminya, tapi sayangnya suaminya sepertinya tak mood malam itu. “Rin, besok saja yah, aku ngantuk sekali” kata Aditya. Rini hanya tersenyum.<br />
<br />
Sebentar saja, Aditya telah tiba di alam mimpinya. Sedang mata Rini masih terbelak lebar. Dia hanya diam, matanya menatap langit langit kamarnya.<br />
Tiba tiba Keanehan terjadi, Rini merasakan adanya suara suara yang memanggilnya. Namun ia tidak melihat wujut suara itu. Dengan memanfaatkan indra, pendengarannya, Rini memberanikan diri, melangkahkan kakinya, mencari sumber bunyi itu.<br />
<br />
Dia berjalan keluar kamar, suara itu semakin jelas, kakinya terus melangkah, ke arah belakang, suara semakin jelas, dan Rini tiba di pohon angker itu. Pohon itu tampak bersinar ke hijauan. Jelas terlihat Parjo duduk bersila di bawah pohon rindang itu,<br />
Rini diam terpaku.<br />
<br />
“Rinnni, ke mari mendekatlah” demikian suara magis itu memanggilnya. Rini pun melangkah dengan gontai. Setelah tubuhnya mendekat pohon itu, Ranting pohon itu bergerak, melilit tangan dan kakinya. Rini tak bisa bergerak. Lilitan pohon sangat kuat<br />
<br />
Parjo pun berdiri, dengan wajahnya yang memerah, dan menyeringai seram. Dia mengambil dahan dari pohon angker itu. Satu sabetan telak mendarat di perutnya. Rini menjerit kesakitan, sabetan itu terasa begitu panas dan menyakitkan. “ampun.. tolong lepaskan…” erang Rini.<br />
<br />
“aku sudah bilang, jangan gangu pohon ini, kenapa kamu masih nekat” suara Parjo terdengar lantang. “maaf, ampun, saya tidak ganggu lagi, tolong lepaskan saya.. “pinta Rini. Tapi yang di dapat, satu sabetan dahan pohon itu lagi, kali ini punggungnya terasa panas. “sakit… ampunn….” jerit Rini.<br />
<br />
Parjo menyeringai sadis, tanganya meraik gaun tidur Rini, merobeknya hingga lepas dari tubuhnya. Mata Parjo liar menatap buah dada Rini yang indah itu. Bekas luka sabetan dahan itu pun jelas terlihat, memanjang di perutnya. Lidah Parjo menjulur, menjilat bekas luka itu, Rini kembali menjerit jerit” perih.. ampun… perih….” erangnya.<br />
<br />
Parjo pun, menjilati luka di punggung Rini, membuat Rini mengeluarkan air mata, karena rasa pedih. Luka itu bagai terkena tetesan jeruk nipis. Parjo benar benar menyiksa Rini. Tubuh Rini terasa lemas, karena menangggung beban pedih itu.<br />
<br />
Puas dengan siksaannya, Parjo membiarkan tubuh Lemah Rini, yang berdiri, terikat ranting pohon angker itu. Tiba tiba, lidah Parjo menjilati putting susu Rini. Seketika itu juga, birahi Rini menjadi tinggi. Rini mendesah kenikmatan. Lumatan mulut Parjo pada buah dada Rini semakin membuatnya bernafsu. Selangkangan Rini mulai terasa lembab.<br />
<br />
Tangan Parjo, perlahan menurunkan celana dalamnya. Dan tiba tiba, jari Parjo menyentuh vaginanya, Parjo tersenyum, merasakan basah vagina Rini. Dan tubuh Rini bagai terkena sengatan listrilk, tubuhnya bergetar, kenikmatan. “Rini.. Rini.. kamu suka … kamu suka Rini..” ujar Parjo. Yang hanya bisa di jawab oleh desahan desahan Rini.<br />
<br />
Jari Parjo pun menerobos masuk liang vagina Rini, membuat Rini menjerit. Mulut Parjo melumat buah dada indah milik Rini, sedang jarinya bermain dengan liar, di dalam liang vaginanya. Tubuh Rini tak mampu menahan nikmat yang di berikan Parjo.<br />
Sebentar saja, Parjo telah membawa Rini ke puncak birahinya.<br />
<br />
Tubuh Rini mengejang, kemudian dia lemas. Tubuhnya akan ambruk, tapi dahan pohon itu menahan tubuhnya erat.<br />
<br />
Parjo pun melepas celananya, memperlihatkan penisnya yang hitam, besar dan panjang. “apa, apa yang, kau kau lakukan…” kata Rini terbata bata. Parjo tersenyum sinis, Tubuhnya mendekat, sebelah kaki Rini dengan mudah di angkatnya, dan dengan sekali hentak, penis besarnya telah masuk ke dalam tubuhnya. Rini menjerit keras.<br />
<br />
“Sakkitttt” jeritnya. Parjo hanya tersenyum, senyum kenikmatan. Penis itu bergerak ke luar masuk dengan liar, membuat tubuh Rini terguncang keras. Rini menjerit kesakitan, vaginanya tak terbiasa dengan penis besar itu.<br />
<br />
Tapi Parjo terlihat jelas, sangat menikmati tubuh Rini. Dia terus mengoyangkan penisnya. Rini merasakan adanya perubahan, rasa sakitnya hilang, sepertinya vaginanya tiba tiba merasakan nikmat penis Parjo. Rini mengigit bibirnya, rasa nikmat itu dengan cepat menyerang tubuhnya.<br />
<br />
Rini tak kuasa, dia mengerang, kenikmatan, seakan akan memberitahukan Parjo, dia menikmati permainan ini. Tubuhnya bergoyang, kepalanya bergerak ke kiri dan kekanan. Parjo terus mengoyang penisnya. “ahhh … ahhh.. aku tak tahan… aku tak tahan…” tiba tiba Rini mengerang. Dan tubuhnya kembali mengejang, mengejet.<br />
<br />
Rini orgasme, dan terus Parjo memacu penisnya di dalam liang vagina Rini. Parjo mendengus dengus, menikmati vagina Rini. Tak lama Rini pun kembali mendapat orgasme, yang kemudian di susul oleh Parjo. Rini bisa merasakan jelas, panasnya cairan birahi Parjo, memasuki rahimnya.<br />
<br />
Parjo yang telah puas melepaskan tubuh Rini. Dia tersenyum, Tangannya telah kembali memegang dahan yang tadi di gunakan untuk menyabet tubuhnya. “jangan, tolong jangan pukul” ibanya. Parjo tersenyum, tangannya mengusap usap dahan pohon itu, tiba tiba saja, dahan pohon itu membesar.<br />
<br />
Lebih besar dari penis Parjo. “kamu bersalah, kamu mesti merasakan hukuman ini” hardik Parjo. Parjo kembali mengangkat sebelah kaki Rini. Dahan pohon yang besar itu di sodok keras ke vaginanya. Rini menjerit keras, Vaginanya terluka, berdarah. Rini menjerit kesakitan. “AHHHH…. SAKITTTT ….”.<br />
<br />
Rini terjaga, tubuhnya berkeringat, suaminya pun menenangkannya.<br />
<br />
Paginya diam diam, dia menganalisa kejadian semalam, semuanya tampak nyata, tapi dia bermimpi. Tidak ada bekas luka di perut, atau punggungnya. Yang ada jelas, sisa sisa sprema yang membasahi vaginanya. Rini jelas bisa membedakan antara sperma dan cairan vaginanya. Dia benar benar binggung dengan fenomena ini.<br />
<br />
” mas, saya pikir lebih baik menjual villa ini” kata Rini, yang mebuat suaminya mengenyitkan dahinya. “jual, kamu gak salah, villa ini peninggalan eyang kamu, masa sih mau di jual?” suaminya bertanya dengan binggung.<br />
<br />
” yah, aku serius, bisa bantu aku pasarin villa ini” kata Rini lagi. “yah bisa saja sih, tapi apa kamu yakin mau menjualnya?” tanya suaminya lagi. “yah” jawab Rini singkat<br />
<br />
” silakan bu, pak, di minum selagi hangat” kata Parjo yang membawakan dua cangkir tah hangat. Mata Parjo, menatap Rini. Tatapannya itu membuat Rini, tampak tegang, ada sesuatu kekuatan kasat mata, dalam tatapannya.<br />
<br />
HP Aditya berbunyi, rupa kabar dari rumah sakit tempatnya bekerja. Rupanya ada pasien gawat yang harus segera ditangani Aditya. Padahal Aditya masih berkeinginan untuk tinggal di sana bersama Rini 3-4 hari lagi.<br />
<br />
Suaminya menanyakan pada Rini, mau ikut, atau masih mau di sini. Rini memutuskan untuk tetap di villa itu. Akhirnya Aditya berangkat ke Semarang sendirian. Aditya pun berpesan pada Rini untuk hati hati dan minta Parjo menjaga Rini. Parjo pun dengan senang hati menerima pesan Aditya itu.<br />
<br />
Setelah Aditya berangkat pagi itu, Rini pun minta pak Parjo menemaninya meninjau perkebunan milik neneknya. Rini memberanikan diri, toh dia berpikir, ini siang hari, jadi lebih aman. Parjo yang selama ini di beri tugas mengawasi perkebunan itu bersedia mengantar Rini, dengan menaiki bukit yang dipenuhi batang batang kayu yang rindang itu. Selama perjalanan Parjo bertindak sangat sopan dengan Rini.<br />
<br />
Mereka berbicara santai, dan anehnya Rini merasa tenang di samping Parjo. Dan Rini mulai merasa suka dengan sikap Parjo, yang jika dilihat dari umurnya, pantas menjadi ayahnya.<br />
<br />
Merekapun kembali pulang ke villa dengan menuruni bukit bukit itu. Namun karena kurang hati hati, Rini terpeleset di jalan yang berumputan yang licin karena embun. Dengan sigap, Parjo refleks menangkap tubuh Rini yang hampir bergulingan ke bawah. Tubuh ramping dan berisi itu,jatuh kedalam pelukannya.<br />
<br />
Selanjutnya karena takut terpeleset lagi Rini pun minta Parjo untuk membimbing tangannya dengan memegangnya selama penurunan. Kembali Parjo merasakan kehalusan dan kehangatan tangan dokter cantik itu dengan bebas.<br />
<br />
Malam harinya, Parjo masuk kedalam ruang utama villa itu. Ia menemukan Rini yang sedang menerima telpon dari suaminya. Mata Parjo menatap tubuh Rini, yang terlihat sexy, dengan gaun tidur pink, agak tipis. Setelah pembicaraannya selesai,<br />
<br />
Rini bertanya pada Parjo “ada apa pak Parjo”. “oh engak bu, hanya mengecek, sepertinya kemarin ada bola lampu yang putus” jawab Parjo.<br />
<br />
Setelah selesai Parjo mengecek, lampu lampu di ruang utama itu, Parjo pamitan. Tapi Rini memanggilnya. Pak Parjo menghentikan langkahnya. Dan berbalik” ada apa bu..”. “ah, engak cuma mau tanya sedikit” kata Rini, sambil duduk di kursi, antik yang terbuat dari kayu jati.<br />
<br />
Mata Parjo menatap, paha putih Rini, yang agak terbuka, karena gaun tidur itu terangkat sedikit. Tapi Rini segera mengantipasi, dia mengabil bantal, sandaran kursi, dan menutup pahanya.<br />
<br />
” pak Parjo, saya merasakan ada misteri di balik pohon tua itu, apa pak Parjo menyadarinya?” tanya Rini. “eh, anu, kalau soal itu saya kurang tahu bu, yang saya tahu, eyang bu Rini, wanti wanti pesan sama saya apapun yang terjadi, pohon itu tak boleh di ganggu” pak Parjo menjawab pertanyaan Rini panjang lebar.<br />
<br />
Rini pun mendengar keterangan Parjo dengan seksama, Rini juga bertanya tentang mimpi anehnya. Rini bercerita secara detail, membuat Parjo terperangah. “Maksud ibu, saya memperkosa ibu dengan batuan pohon angker itu?” tanya Parjo.<br />
<br />
” yah, dalam mimpi itu, tapi mimpi itu begitu nyata” jawab Rini. Parjo menghela nafas,” saya rasa itu cuma bunga tidur bu..” ujar Parjo. “tidak Parjo, otak saya masih mampu berpikir, realistis, ini mimpi yang benar benar aneh” kata Rini.<br />
<br />
Parjo diam sesaat, dia menatap Rini, akhirnya dia membuka suara, Parjo mengakui bahwa di villa ini memang ada penunggunya,namun karena telah sering dan lama tinggal di situ ia pun tidak terganggu lagi.<br />
<br />
Mereka terus berbincang bincang, sampai agak larut, akhirnya Rini minta diri untuk istirahat karena badannya agak lelah dan mulai ngantuk. Lalu Rini masuk kekamarnya. Ia lalu menyelimuti tubuhnya yang terbaring dengan selimut tebal yang ada dikamar itu.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian ia tertidur. Namun tidak lama kemudian serasa bermimpi ia melihat pintu jendela kamarnya terkuak dan dahan dahan pohon angker itu merayap cepat, berusaha mendekati ranjangnya dan akan mencekiknya. Rini terbangun dan berteriak teriak minta tolong.<br />
<br />
Rini meloncat dari ranjangnya. dan tiba tiba terbagun dari mimpinya, namun ia tak melihat dahan dahan pohon angker itu dan tidak meninggalkan jejak sama sekali. Jendela kamarnya pun tetap tertutup rapi. Mimpi buruk itu semakin membuatnya takut.<br />
<br />
Rini yg masih di hinggapi perasaan takut lalu keluar dari kamarnya. Ia berlari dan membuka pintu rumah. Rini langsung berlari ke belakang, mengetuk pintu kamar Parjo. Rini tak berani melihat ke arah pohon angker itu. Begitu daun pintu terbuka,Rini langsung menghambur ke tubuh Parjo dan memeluknya.<br />
<br />
Dengan sangat takut ia menangis dan menceritakan apa yang baru saja di alaminya. Parjo dengan bebas lalu membelai rambut Rini. mendudukkan Rini di kursi yang ada di dalam kamarnya. Malam itu Rini tak berani pindah ke dalam kamarnya di rumah villa itu. Rini merasa lebih aman di kamar tidur Parjo.<br />
<br />
Seiring malam yang merangkak, Rini kini telah pindah posisi, tidak lagi duduk di kursi, tapi duduk tepat di sebelah Parjo di pingir ranjang. Sambil terus membelai rambut sebahu Rini, Parjo pun mulai berani berbuat lebih. Entah karena udara dan suasana yang dingin atau kesepian Rini yang datang tiba tiba. Parjo tiba tiba saja telah mengulum bibir Rini.<br />
<br />
Tanpa menolak, Rini membalas ciuman Parjo, Mata Rini memejam, lidah Rini dengan nakal bermain lincah di dalam mulut Parjo. Tentu saja semuanya di layani Parjo dengan nafsu. Seperti ada yang merasuki tubuhnya, tangan Rini meraba raba selangkangan Parjo, mencari cari penis besarnya, tanpa rasa ragu ataupun malu.<br />
<br />
Satu tatapan, tajam bola mata Parjo, memerintahkan Rini berbuat lebih. Sambil berjongkok, melebarkan kakinya, Rini mengulum penis Parjo. yang telah ereksi keras.<br />
<br />
Mata Parjo liar, menatap selangkangan Rini yang masih terbungkus celana dalam pinknya. Rini tak memperdulikannya, yang jelas, Rini sangat menikmati, mengulum batang penis Parjo.<br />
<br />
Parjo pun mengerang, menikmati sedotan, dan jilatan nafsu Rini. Tanpa merasa lelah, kepala Rini bergerak maju mundur, memberi Parjo kenikmatan. Usaha Rini tak sia sia, Semburan sperma Parjo, memenuhi mulutnya, Semua Spermanya, di telan habis oleh Rini, seperti tanah tandus, yang membutuhkan siraman air, di musim kemarau.<br />
<br />
Parjo tersenyum puas, Dia mengangkat, tubuh Rini, melepas baju tidurnya. Dan menatap buah dada bulat padat Rini. Kedua tangan Parjo, meremas buah dada Rini, membuat dia mengerang. Dan jilatan lidah Parjo, di putting susunya membuat birahi Rini semakin meninggi.<br />
<br />
Tubuh Rini di baringkan, Parjo pun melepas celana dalam pink Rini. Sambil memegang celana dalam pink itu, Parjo melihat selangkangan celana dalam pink itu.<br />
<br />
“hem, anak muda zaman sekarang, baru di jilat sedikit udah basah..” seloroh Parjo. Muka Rini memerah, dia malu, tapi birahinya mengalahkan semua rasa malunya.<br />
<br />
Jari telunjuk Parjo bergerak masuk ke liang basah vagina Rini, rasa tersengat aliran listrik di alami secara nyata oleh Rini. Jari itu bergerak, menyodok nyodok liang vaginanya. Rini mengerang ngerang, kenikmatan. Jari Parjo seperti mempunyai kekuatan magis, sebentar saja, tubuh Rini mengejang di buatnya.<br />
<br />
Rini mendapat orgasmenya, di sertai jeritan nikmat Rini. Parjo tersenyum puas, melihat tubuh Rini, mengejang, dengan nafas tersengal sengal. Sekarang penis Parjo telah berhapan dengan vagina Rini. Ujung penis itu telah menyetuh bibir vagina Rini.<br />
Parjo menghentak, jerit Rini terdengar keras.<br />
<br />
Penis itu bergerak cepat, keluar masuk liang vagina Rini. Kedua tangan Rini mencengkram erat bahu Parjo, seakan tak mau melepaskan tubuh Parjo, yang tengah menyetubuhinya. Rini terus mengerang kenikmatan, dan Rini pun kembali mendapat orgasme. Parjo tampak masih belum apa apa, Penis besarnya masih terus bergerak cepat, menghentak liang vagina Rini.<br />
<br />
Semua bagian tubuh Rini, seakan menjadi begitu sensitif, Bibir vaginanya seakan menebal, klitorisnya membesar, karena nafsu birahinya. Didalam kamar Parjo itu, entah berapa kali Rini mendaki puncak orgasme yang dihantarkan Pak Parjo. Ia seakan kewalahan mengalahkan gairah laki laki tua itu.<br />
<br />
Saat saat, dimana Rini sudah sangat lemas, Parjo pun melepaskan seluruh cairan birahinya. Liang vagina Rini, terasa hangat, oleh sperma Parjo. Saat sebelum Parjo mencabut batang penisnya, Parjo masih merasakan denyut denyut dinding vagina Rini, meremas batang penisnya.<br />
<br />
Malam itu Rini, terlelap dalam pelukan seorang Parjo. Tidak ada mimpi seram. Hanya kenikmatan sexual yang mengairahakan Rini.<br />
<br />
Selama beberapa hari kemudian menjelang di jemput suaminya Rini selalu ditemani Parjo. Rini pun akhirnya berani tidur dikamarnya itu karena ada yg menemaninya yaitu Parjo. Selama Parjo menemaninya, Rini selalu di hibur Parjo dengan kemesraan dan menghantarkannya ke puncak hubungan pria dan wanita seutuhnya. Parjo pun dengan bebas telah menumpahkan cairan birahinya di dalam rahim Rini.<br />
<br />
Rini mengurungkan, niat untuk menjual villa warisan itu. “nah, aku juga bilang apa, masa villa warisan di jual” ujar suaminya, saat akan menjemput istrinya.<br />
<br />
“iyah, mas pikir pikir sayang juga, biarlah Pak Parjo yang bantu urus villa ini” kata Rini. “Iyah bu Rini, saya selalu akan menjaga villa ini” kata Parjo. “lagian kalau week end kita bisa main ke sini mas” kata Rini lagi. Aditya hanya tersenyum” iyah, ayo sudah mau berangkat belum..” tanya suaminya.<br />
<br />
“sudah mas, tunggu sebentar yah, aku mau ambil koper dulu, ada satu ketinggalan. , mas tunggu di sini yah” kata Rini. Suaminya mengangguk. “ayo pak Parjo, bantu saya” kata Rini.<br />
<br />
Parjo mengikuti Rini yang masuk ke dalam Villa. Dan terus masuk ke kamar. Ada sebuah koper besar merah di sana. Rini duduk di atas koper itu, sambil tersenyum genit, Rini melebarkan kakinya. Memperlihatkan celana dalam hitamnya pada Parjo.<br />
<br />
Tangan Rini menyibak celana dalamnya, “Parjo, tolong beri aku kenikmatan, sebelum aku pulang” pintanya.<br />
<br />
Parjo tersenyum, dia jongkok, menjilati vagina Rini. Rini mengigit bibirnya. Setelah vagina itu di buat basah oleh Parjo, dengan jari telunjuknya, Bergerak menyodok nyodok liang vaginanya, Rini di buat orgasme.<br />
<br />
“Terima kasih Parjo, minggu depan aku akan kemari” ujar Rini. Parjo pun tersenyum, dan mengangkat koper besar itu membawanya, dan meletakkan di bagasi mobil mereka. Pasangan suami istri segera melaju pulang.<br />
<br />
Rini menyadari telah berbuat curang pada Aditya. Tapi, belum pernah dia bermain sex, sedasyat ini. Rini selalu ingin mengulangi lagi, persetubuhan dengan Parjo. Rini selalu merindukan ke hangatan Parjo.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-82731558000047467522012-10-17T17:30:00.000-07:002012-10-17T19:03:28.927-07:00Facebook Salon Plus Plus Untuk sementara waktu artikel tentang: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Facebook Salon Plus Plus</a> <br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Facebook Salon Plus Plus</a> <br />
trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Mengalir Bagaikan Air</b></span> <br />
<br />
“Apa nanti nggak terlihat aneh?” tanya Kiki pada suaminya di telpon.<br />
<br />
“Aku rasa tidak. Kamu kan sudah tahu siapa adikku. Jadi tidak harus sama aku untuk pergi ke sana kan?”<br />
<br />
“Memang sih,” jawab Kiki, sambil memainkan kabel telpon.<br />
<br />
“Lagian dulu kamu juga sudah pernah melihat pembukaan pertandingannya bareng mereka juga. Jadi sekarang sama saja kan kalau kamu pergi sendiri untuk lihat finalnya.”<br />
<br />
“Ok, aku paham maksudmu, sayang. Meskipun dulu ada kamu, cuman? aku akan jadi satu-satunya wanita di sana.”<br />
<br />
“Oh, kamu salah. Dina kan ikut juga ke sana.”<br />
<br />
“Oh baguslah, sempurna.” jawab Kiki, dengan nada suara sedikit tajam. Wanita genit itu, batin Kiki.<br />
<br />
“Aku tahu, kamu dan Dina? agak kurang cocok, tapi sebenarnya dia wanita yang baik. Kamu hanya perlu lebih mengenal dia Ki.”<br />
<br />
“Hendra,” Kiki hampir mulai memprotes, tapi ditahannya dirinya. Sudah terlalu sering pembicaraan tentang hal ini berakhir dengan pertengkaran, dan dia sudah memutuskan kali ini harus berakhir bahagia. “Kamu mungkin benar. Setidaknya, lebih baik nonton finalnya bersama-sama dari pada sendirian saja.”<br />
<br />
“Aku harus pergi, sayang. Selamat bersenang-senang!”<br />
<br />
“Pasti.” Kiki berusaha untuk terdengar gembira.<br />
<br />
“I love you.”<br />
<br />
“I love you, too.”<br />
<br />
Hendra sudah pergi sangat lama, pikir Kiki. Bicara lewat telpon memang bagus, tapi dia merindukan kehadirannya secara fisik. Dia rindu untuk meringkuk dalam peluknya di Sabtu pagi, dan saling bergandengan tangan sewaktu jalan sore. Semuanya, pikirnya, diayunkan langkahnya menuju kamar mandi, dia merindukan seks. Mereka sudah menikah selama dua tahun dan kehidupan seksual mereka tak pernah menunjukkan gejala menurun. Paling tidak, tiga atau empat kali dalam seminggu. Sekali waktu, kadang mereka membuat janji untuk berkencan di hotel selayaknya sepasang kekasih, hanya sekedar untuk sebuah ?quickie? di sela waktu makan siang.<br />
<br />
Dia bersihkan rambut sebahunya dengan shampoo, lalu mulai menyabuni tubuh rampingnya. Erangan lirih mulai lepas dari mulutnya saat tangannya menggapai payudaranya, lalu memilin putingnya. Hendra menyukai payudaranya. Dia bilang kalau ukuran B-cupnya adalah ukuran yang tepat untuk digenggam dan diremas. Kiki sendiri senang dengan bentuk payudaranya karena sangat sensitive dan cepat membuatnya terangsang begitu dipermainkan.<br />
<br />
Tangannya yang sebelah kanan bergerak turun menelusuri perut kencangnya dan mengarah pada gundukan vaginanya yang mungil dan rapat. Dia menyukai rasa dari air hangat yang seakan tusukan jarum kecil pada permukaan kulitnya saat dia mainkan jemari pada kelentitnya yang licin.<br />
<br />
Membawa dirinya sendiri ke puncak ledakan orgasme, tubuh telanjangnya merosot menyandar pada dinding kamar mandi, dan berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Kiki belum pernah melakukan masturbasi selama dua tahun pernikahannya dengan Hendra. Sekarang hal ini dilakukannya dalam kesehariannya, dan bahkan dia sedang mempertimbangkan untuk membeli sebuah vibrator untuk mengisi hari-harinya yang sepi semenjak ditinggal pergi Hendra ke luar kota. Meskipun memikirkan tentang alat itu masih tetap membuat dirinya tersipu malu dan serasa bergolak perutnya, tapi godaan itu semakin besar dan bertambah besar.<br />
<br />
Diraihnya alat pencukur dan merampungkan ritual mandinya: shampoo, sabun, masturbasi dan mencukur.<br />
<br />
Dia keringkan tubuh basahnya dengan handuk sambil mengamati pantulan bayangannya di dalam cermin. Seperti kebanyakan gadis keturunan jawa, kulit kuning kecoklatan membalut tubuhnya yang semakin menyiratkan daya tarik seksualitas yang eksotis dan nakal tapi tetap anggun. Berjalan dengan masih dalam keadaan telanjang menuju ke kamarnya, sambil mempertimbangkan akan memakai pakaian apa untuk acara di rumah Johan nanti.<br />
<br />
Johan, yang adalah adiknya Hendra, seorang eksekutif muda yang terbilang sukses, memiliki beberapa perusahaan yang penjualannya selalu dengan rating yang bagus. Dan dia merupakan tipe pria yang menikmati hidup. Memiliki rumah tinggal di pusat kota dan sebuah tempat peristirahatan yang berada di puncak, yang sering dipakainya saat berakhir pekan dan juga untuk acara kali ini. Sebuah tempat peristirahatan yang selalu membuat kagum Kiki saat di sana, dengan area yang sangat luas dan bentuk campuran antara gaya tradisional dan modern yang sangat nyaman untuk beristirahat melepaskan diri dari kepenatan kota.<br />
<br />
Rumah peristirahatan itu terletak di atas bukit, dan mempunyai sudut pandang yang luas untuk menikmati indahnya pemandangan lembah di bawahnya. Ini dikarenakan banyaknya bukaan dari pengaruh gaya tradisionalnya. Tempat ini juga mempunyai sebuah lapangan tenis ? yang hanya digunakan sesekali ? dan sebuah kolam renang besar ? yang paling sering dipakainya setiap waktu. Dan yang paling membuat nyaman adalah privasi dari tempat ini, tetangga terdekat terletak jauh di bawah lereng bukit. Saat semua pintu yang terletak di sepanjang ruang tengah hingga kolam renang, akan dapat membuat kita dapat menghirup segarnya udara perbukitan ini.<br />
<br />
Sebuah TV layar datar berukuran besar terletak di ruang tengah yang mana itu akan dipakai untuk menyaksikan pertandingan final nanti. Johan sebenarnya tidak begitu peduli tim mana yang akan menang, karena tim jagoannya sudah tersisih sebelum final.<br />
<br />
Semua tamunya sudah hadir di sini, kecuali kakak iparnya, Kiki. Jimy, Dany, dan Dina adalah teman masa kecilnya. Ahmad merupakan rekan bisnisnya yang kemudian jadi sahabat karibnya, yang sekarang juga akrab dengan Jimy dan Dany dan Dina. Kelimanya menjadi sahabat karib tak terpisahkan dalam lima tahun terakhir, dan Johan merasa senang bisa menyaksikan pertandingan final nanti bersama mereka semua.<br />
<br />
“Kapan nih isteri Hendra yang seksi itu datang?” tanya Jimy yang sudah agak mabuk. Sebagai seorang keturunan Chinese, membuat wajahnya sangat bersemu merah, dengan sangat cepat setiap kali dia mengkonsumsi alkohol meskipun sedikit kadarnya. Dan dia selalu berubah dari seorang ahli komputer yang pemalu menjadi penggila pesta yang liar.<br />
<br />
“Harusnya Kiki tiba sebentar lagi. Dia menelpon satu setengah jam yang lalu dan bilang kalau dia sudah berangkat,” jawab Johan, sambil membalik daging panggangnya. Ini sudah hampir pukul empat sore. Pertandingannya sendiri mulai pukul lima nanti, tapi Jimy sudah tak sabar untuk mulai minum duluan.<br />
<br />
“Yeah, aku harap dia datang sebentar lagi. Aku mulai bosan lihat Dina!” jawab Jimmy menggerutu.<br />
<br />
“Hey!” Dina berteriak protes dari dalam. “Aku dengar itu!” dia melompat bangkit dari sofa dan berjalan keluar. “Jadi, kamu pikir aku membosankan untuk dilihat ya?” tanyanya dengan mulut cemberut.<br />
<br />
Dina berpose layaknya seorang model, tangan di pinggang, berpose untk para pria. Sebenarnya dia bukannya tipe yang membosankan untuk dipandangi. Sama sekali bukan. Rambut berombak panjang sepinggang di cat kecoklatan, tubuh montok menggiurkan tapi jauh dari kata gemuk, dan kulit putih yang membungkus tubuh indahnya. Jika kamu melihat majalah model, maka akan kamu temukan gambaran sosok Dina di sana. Kegemarannya membentuk tubuh di pusat kebugaran membuat tubuhnya selalu tepat saat memakai berbagai macam busana, dari busana resmi hingga bikini. Hari ini, dia kenakan sebuah kaos ketat dan celana jeans selutut yang juga ketat, memeperlihatkan lekuk tubuhnya yang begitu mengundang selera pria untuk mencicipinya.<br />
<br />
Johan selalu suka pada bentuk pantat Dina. Sebenarnya, semua orang suka. Sangat ideal, kencang dan merupakan sebuah bentuk yang diimpikan semua wanita. Dina juga menyukainya, dia selalu memakai busana yang bisa memperlihatkan betapa seksinya bongkahan pantatnya, dia selalu berusaha mempertunjukkan tampilan terseksinya. Tapi berpose seperti itu di hadapan para pria sebenarnya membuatnya jengah. Walaupun dia menyukai perhatian pria pada tubuhnya, tapi orang-orang ini adalah sahabat terdekatnya. Dan mereka hampir seperti keluarga saja.<br />
<br />
Tak mau ambil pusing, diputuskannya untuk berjalan melewati mereka dan duduk di tepian kolam renang, memasukkan kaki indahnya ke dalam air yang dingin. Dia hanya senang menggoda saja bukan seorang wanita jalang.<br />
<br />
Bel di pintu berbunyi dan Dany pergi untuk membukakan, itu pasti Kiki, isteri Hendra yang sangat menarik.<br />
<br />
Kiki masuk sambil membawa satu renteng bir kaleng, dan Dany seperti terpaku menatapnya. Kiki mengenakan gaun selutut warna putih yang terikat di balik lehernya sebagai penyangga. Rambut sebahunya di kuncir ekor kuda. Dia memakai sandal warna putih yang memperlihatkan kukunya yang terawat baik dan diwarnai merah muda senada dengan kuku jari tangannya.<br />
<br />
Kiki menelan ludah, terlihat keadaan Danny yang agak mabuk membuatnya lupa akan waktu. Dia seakan mematung menatap sekujur tubuh Kiki tak berkedip. Sudah diputuskannya sejak dulu dia akan tidur dengan wanita ini, meskipun ada Hendra atau tidak.<br />
<br />
“Silahkan masuk, tuan putri.”<br />
<br />
Kiki merasa jengah dengan cara memandang Dany yang tanpa tedeng aling-aling pada tubuhnya. Jikalau dilain waktu mungkin Kiki akan merasa dilecehkan dengan cara tatap Dany, tapi dengan keadaan gairahnya yang masih menggantung selama ditinggal Hendra seperti ini membuatnya melirik sekilas ke arah Dany. Tampan juga, nilainya. Tinggi, berkulit sawo matang, dan penuh percaya diri, Kiki tahu kalau Dany sangat cerdas dan kecerdasannya itu selalu digunakan untuk menaklukan wanita. Hampir pada setiap kesempatan, dia selalu menggodanya. Kiki sudah pernah membicarakan hal ini dengan Hendra, tapi reaksinya hanya tertawa saja dan, “Anak muda memang begitu.” Hendra, yang hanya tiga tahun lebih tua dibandingkan Dany yang berusia 28 tahun selalu menyebut Johan dan Dany beserta seluruh teman-tamannya dengan sebutan anak muda.<br />
<br />
Kiki, yang juga berusia 28 tahun, sadar jika dia harus berhati-hati saat berada di dekat pria pecinta seni ini.<br />
<br />
“Kamu kenal Ahmad, kan?” Tanya Dany, saat berjalan di belakang Kiki menuju ke ruang tengah. Kiki bisa merasakan mata Dany tak pernah lepas dari pantatnya.<br />
<br />
“Ya, kami sudah pernah ketemu,” jawab Kiki. Ahmad sudah menarik simpati Kiki. Pria keturunan timur tengah yang tak banyak bicara, tampan dan berotak encer, hanya dialah yang tak menunjukkan ketertarikan seksual vulgar terhadap dirinya. Ahmad sangat sopan dan Kiki berharap perilaku ini bisa menular pada para sahabatnya yang ?liar? ini.<br />
<br />
Kiki melihat Johan dan Jimy sedang berada di beranda belakang. “Mau ditaruh di mana ini?” tanya Kiki, mengangkat bir kaleng yang di bawanya.<br />
<br />
“Si cantik sudah datang!” komentar Jimy yang setengah mabuk terlontar sebelum Johan mampu menjawab.<br />
<br />
“Hei, tenang sedikit,” bisik Johan pada temannya. “Jimy, kenapa nggak kamu taruh birnya dalam almari es dan sekalian ambilkan pizzanya juga.”<br />
<br />
Mata Jimy seakan dilem pada tubuh wanita bersuami ini saat berjalan melewatinya menuju ke dalam rumah.<br />
<br />
Johan minta maaf atas kelakuan kasar teman-tamannya. Kakaknya memang pria beruntung, pikirnya untuk yang entah keberapa kalinya. Dia coba untuk tidak membiarkan matanya terlalu lama memandang tubuh indah kakak iparnya ini, atau bahkan membayangkan seperti apa bentuk tubuhnya saat telanjang.<br />
<br />
“Aku senang akhirnya kakak mau datang juga,” katanya. Untuk sesuatu alas an, dia merasa sedikit malu. Jarang sekali dia pergi keluar dengan Kiki tanpa Hendra, tapi sejujurnya dia sangat menikmati keberadaannya tanpa kakaknya. Dan kebetulan juga Kiki lebih gila dengan pertandingan ini dibandingkan kakaknya.<br />
<br />
Kiki tersenyum pada Johan, mulai merasa nyaman dan percaya diri, lalu bilang, “Aku senang melihat pertandingan rame-rame. Meskipun harus dengan pria-pria tidak karuan seperti kalian.”<br />
<br />
“Ada wanitanya juga lho,” kata Dina, sambil mengangkat tangannya tanpa memalingkan muka, dia masih tetap berada di tepian kolam renang, asik dengan lamunannya sendiri.<br />
<br />
Isteri Hendra sudah datang. Isteri Hendra yang cantik dan penuh percaya diri telah datang. Yang selalu yakin bila berhadapan dengan pria. Dina suka Kiki, setiap kali dia perhatikan semakin dia merasa iri padanya. Dina belum pernah sama sekali memikirkan untuk menjalin ‘hubungan’ dengan seorang wanita, tapi bila dia di suruh memilih seorang wanita, maka pilihannya pasti akan jatuh pada Kiki.<br />
<br />
Kiki tidak memperhatikan Dina saat datang ke sini. “Hai, Dina,” sapanya, dengan nada suara seramah mungkin. Dina bahkan sama sekali tak memalingkan muka membalas sapaan itu. Selalu ada sedikit ketegangan diantara dua wanita ini. Hampir saja Kiki merasa putus asa untuk mulai menjalin sebuah hubungan baik dengan wanita ini.<br />
<br />
Ketika pertama kali menikah, Kiki merasa sangat cemburu terhadap Dina. Dia merasa kalau wanita cantik ini selalu mencoba menggoda dan merebut suaminya. Bahkan dia hampir saja menuduh kalau Henrdra punya affair dengan wanita ini. Dan Hendra selalu bilang kalau hubungannya dengan Dina hanya seperti kakak adik saja. Kiki masih merasa belum percaya tapi dia terus berusaha untuk mempercayai apa yang dikatakan suaminya itu. Johan berusaha mencairkan suasana dengan menawarkan minuman pada kakak iparnya ini.<br />
<br />
Pizza dan pertandingan jadi menu utama berikutnya. Mereka semua larut dalam ketegangan pertandingan itu dan Kiki dan Dina menemukan kalau mereka punya sebuah kesamaan; punya tim andalan yang sama…<br />
<br />
Akhirnya, hal inilah yang mempersatukan mereka. Keduanya saling duduk bersebelahan, saling bersorak memberikan dukungan pada tim andalannya dan juga semakin bertambah mabuk karena minuman beralkohol yang disuguhkan di sepanjang pertandingan ini.<br />
<br />
Kiki menduga Dina akan bersikap ‘sangat wanita’ tentang olah raga, seperti mengucapkan, “Oh, lihat, yang itu ganteng sekali….” Tapi, kebalikannya, Dina benar-benar serius memperhatikan jalannya pertandingan, komentarnya tentang tim andalannya benar-benar mengejutkan semua orang, tak hanya Kiki.<br />
<br />
Di akhir pertandingan, saat akhirnya tim andalannya kalah, Dina hanya mengangkat bahunya dan bilang, “Aku rasa aku sudah agak mabuk.”<br />
<br />
Kiki juga sudah merasa sedikit melayang karena bir yang dikonsumsinya selama pertandingan, dan berkata, “Ini baru putaran pertama, nggak masalah.”<br />
<br />
“Hey guys, aku rasa aku mau langsung pulang nih,” si chinese berkata dengan muka yang sangat merah.<br />
<br />
“Sampai jumpa, Jimy,” jawab semuanya.<br />
<br />
“Aku juga sebaiknya segera pulang,” kata Kiki, segera berdiri dan meregangkan tubuhnya. Dany melirik payudaranya yang membusung ke depan.<br />
<br />
“Oh nggak boleh,” jawab Dina, menarik tangannya hingga Kiki kembali duduk di tempatnya lagi. “Kamu terlalu kebanyakan minum buat nyetir mobil.”<br />
<br />
“Tapi kalau dia?” Tanya Kiki, sambil menunjuk pada Jimy.<br />
<br />
“Oh, dia akan baik-baik saja.”<br />
<br />
“Aku sudah nggak minum beberapa menit lalu. Memang wajahku saja yang kelihatan merah.”<br />
<br />
“Lagipula,” kata Dany, berdiri dan memukul punggung Jimmy, “Rumahnya juga dekat dari sini. Ya kan Jimmy?” Dany juga sudah mabuk.<br />
<br />
Jimy pergi, meninggalkan tiga pria dan dua orang wanita yang sudah setengah sadar semuanya itu. Dina sudah mabuk. Dia tahu karena dia merasa lebih berani dan terbuka untuk mulai bicara pada Kiki. “Mm… jadi sudah berapa lama Hendra pergi ke luar kota?” Tanya Dina.<br />
<br />
Kiki, meskipun kesadarannya tidak penuh dan baru menemukan sesuatu yang disukainya dari Dina, dia menatap wanita ini dengan pandangan penuh pertahanan. “Dua bulan.”<br />
<br />
“Dua bulan! Wow… itu sangat… ” akhirnya Dina melihat pandangan ‘siaga’ Kiki, dan tiba-tiba dia merasa takut. Dia takut jika Kiki mulai membencinya. Dia merubah topiknya. “Aku Cuma merasa, ini pasti saat yang berat buat kamu, dan juga pasti berat juga buat Hendra.”<br />
<br />
“Apa maksudmu?” Tanya Kiki, masih sedikit bertahan, tapi juga sedikit penasaran.<br />
<br />
“Yah, aku yakin dia sudah bilang, kalu dia sangat mencintai kamu. Dia selalu saja cerita tentang kamu! Dan nggak hanya karena dia berpisah dengan isteri yang dicintainya, tapi juga sahabatnya. Setidaknya lebih baik kamu sering menghabiskan waktu bersama kita.” Dina meletakkan tangannya di lutut Kiki, mencoba untuk menenangkan.<br />
<br />
Kiki tersenyum, tak menghiraukan tangan Dina, perasaannya dibalut pengaruh minuman.<br />
<br />
Dany dan Ahmad masih asik berdebat soal pertandingan tadi dan Johan bergerak mendekati kedua wanita ini, dia membungkuk dan membisikkan sesuatu di telinga Dina. Wanita cantik ini tersenyum nakal pada Johan lalu mengangguk. Johan menghilang ke lantai atas, lalu wanita cantik ini bergerak merapat pada Kiki dan bertanya pelan, “Kamu merokok nggak?”<br />
<br />
“Mmm… kadang-kadang.” Jawab Kiki heran.<br />
<br />
Dina tersenyum lebar, sambil menyibakkan rambutnya ke belakang telinganya. Matanya yang tajam semakin berbinar menggoda , dan dia kembali berbisik lebih pelan lagi, “Bukan, bukan rokok yang itu. Maksudku itu lho… kamu tahu kan,” matanya mengedip penuh arti pada Kiki<br />
<br />
“Oh,” kata Kiki, akhirnya tahu yang dimaksud Dina. Segera saja wajah Kiki terasa hangat. Kadang-kadang dia sangat naïf soal hal-hal tersebut. Awalnya dia ingin berbohong dengan teman barunya ini, tapi akhirnya dia ingin berkata apa adanya. “Belum, belum pernah.”<br />
<br />
“Yang benar?” Tanya Dina, raut wajah Dina menandakan perasaan herannya. “Dan kamu menikah dengan Hendra sudah dua tahun?”<br />
<br />
“Ya. Kenapa?”<br />
<br />
Tiba-tiba Dina merasa sudah masuk ke wilayah yang terlalu pribadi “Nggak, Cuma pengen tanya saja.”<br />
<br />
*****<br />
<br />
Sebentar kemudian, Johan sudah kembali, dia duduk diantara dua wanita ini dan membuka sebuah bungkus rokok. Di dalamnya ada beberap lintingan rokok lalu diambilnya sebuah. Dia lalu mengambil sebuah pemantik, dinyalakannya, dihisapnya dalam-dalam kemudian menyodorkan rokok yang baru saja dihisapnya itu pada Dina.<br />
<br />
Menatap ujung Candu itu yang menyala merah di bibir penuhnya Dina, membuat perut Kiki terasa bergolak. Dia sadar apa yang menantinya dan dia tahu apa yang harus dilakukannya…<br />
<br />
Dina sedikit terkejut saat menyodorkan rokok itu pada Kiki dan melihat tangan wanita ini sedikit gemetar. “Santai saja dan hisap pelan-pelan ke paru-parumu. Tahan selam mungkin sebelum kamu keluarkan,” Dina mengajarkan pada Kiki.<br />
<br />
Kiki mengangguk dan mencoba apa yang diinstruksikan oleh Dina. Dia menganggap saja kalau rokok ini adalah sebuah rokok menthol biasa hingga akhirnya dengan mudah dia mulai menghisapnya. Rasanya berbeda dengan rokok biasa, mungkin lebih manis dan lebih pekat rasanya. Tak dia rasakan sesuatu dalam hisapan pertama.<br />
<br />
Giliran itu kembali berputar sekali lagi saat Dany duduk di sebelah Kiki, katanya, “Hey, kesinikan Candunya.”<br />
<br />
Tangan Dany merangkul pinggang Kiki, dan saat Kiki menolehkan kepalanya untuk melihat Dany setelah dia menghisap rokok itu kedua kalinya, reaksi Candu itu menghantamnya telak.<br />
<br />
Kiki merasakan pusing yang amat sangat dan itu baru dialaminya kini. Pandangannya segera mengabur. Suara di sekelilingnya seakan sebuah film dalam slow motion, dan segera saja dia juga merasa gerakannya ikut melambat. Gerakan dan bahkan pikirannya terasa bergerak melambat. Perlahan disodorkannya rokok itu pada Dany, yang tersenyum kepadanya. “Barang yang bagus, bukan,” katanya, suaranya seakan berasal dari ruangan yang teramat sangat jauh. Kiki hanya mengangguk.<br />
<br />
“Kamu nggak apa-apa?” Tanya Ahmad. Dia jongkok di depan Kiki, memegangi kepala Kiki dan membuatnya menatapnya. Suara Ahmad bergema di dalam kepala Kiki, “nggak apa-apa… nggak apa-apa… nggak apa-apa…”<br />
<br />
Kata Ahmad, “Ambil nafas. Ambil nafas yang dalam…” Dan Kiki melakukannya dan rasanya mengagumkan.<br />
<br />
Seakan ada seseorang yang menekan tombol play pada remote control, dan segalanya berubah menjadi normal kembali. Atau hampir normal. Semuanya masih terlihat agak kabur, tapi tak lagi dalam gerakan lambat dan suara yang terdengar sudah kembali normal. Semua orang kecuali Dany menatap Kiki dengan penuh perhatian, dan Kiki segera dapat merasakan di mana keberadaannya kini. Kiki bias merasakan tangan Ahmad yang terasa dingin pada pipinya dan juga hidungnya dapat menghirup parfumnya yang maskulin. Kiki juga merasakan tangan Dany yang melingkar di pinggangnya dengan jarinya yang bergerak menggodanya. Lalu Kiki merasa wajah wajah dengan ekspresi khawatir itu berubah tersenyum geli, sama dengan senyum gelinya. Seakan dia baru saja mengucapkan sesuatu yang lucu, tapi tak ada seorangpun yang tertawa. <br />
<br />
Kiki ingin bilang, “Aku lupa bernafas!” Ingin dia teriakkan pada mereka, seakan hal ini adalah sesuatu yang paling lucu di seluruh dunia. Tapi, reaksi yang diberikan oleh otaknya hanya tertawa sekeras-kerasnya. ‘Penyumbat’ itu telah tercabut dan semua orang ikut tertawa lepas.<br />
<br />
Setelah beberapa putaran kemudian, Kiki merasa kaalu dia sudah cukup melayang tinggi. “Aku butuh udara segar,” katanya sambil bangkit perlahan. Dia merasa kedua kakinya tidak stabil menopang tubuhnya. Dina menyusul bangkit dan bilang, “Udara segar, kedengarannya ide yang bagus,” dan bersama, mereka berjalan dengan terhuyung-huyung di tepian kolam renang.<br />
<br />
Keduanya kemudian duduk di tepian ujung yang lain kolam renang itu, kaki mereka masuk ke dalam air yang terasa menyejukkan.<br />
<br />
“Kamu nggak apa-apa?” tanya Dina setelah sekian lama keduanya berdiam diri. Hanya suara serangga yang terdengar mengisi heningnya suasana malam ini.<br />
<br />
“Yeah…” kata Kiki, tak yakin dengan ucapannya sendiri. “Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya… tapi aku lega karena akhirnya sudah mencobanya.”<br />
<br />
“Aku mengerti maksudmu, bagaimana perasaanmu sekarang?”<br />
<br />
Kiki menatap wanita di sisinya ini, “Melayang, tinggi. Dan… horny.” Dia tak bermaksud mengucapkannya, tapi ini keluar begitu saja dari mulutnya.<br />
<br />
“Ya… Candu juga selalu membuatku merasa sangat horny.”<br />
<br />
“Bukan Cuma itu saja, tapi…” Kiki merasa jengah. “Aku tak percaya sudah menceritakan ini padamu.”<br />
<br />
Dina merasa tersanjung. Mereka mulai masuk pada subyek dimana keduanya merasa nyaman dan saling percaya untuk saling bebagi, dan untuk pertama kalinya dia merasa percaya diri di hadapan Kiki. “Kamu mau bicara soal Hendra, kan. Dua bulan memang waktu yang lama…”<br />
<br />
“Oh, ya,” jawab Kiki, menendangkan kakinya ke dalam air.<br />
<br />
Keduanya saling membisu untuk beberapa menit lamanya hingga tiba-tiba sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Kiki, “Kamu sudah pernah tidur dengan salah satu dari pria-pria di sana belum?”<br />
<br />
Kini giliran Dina yang merasa jengah. Dia enggan untuk menjawab pertanyaan itu. Ini hanya akan semakin menambah jelek reputasinya di hadapan wanita yang sangat dia inginkan untuk menjadi sahabatnya ini. “Mm…”<br />
<br />
Kiki tersenyum pada Dina dan berkata, “Aku janji nggak akan menghakimi.”<br />
<br />
“Ok…” Dina memutuskan setelah beberapa saat. “Ini pasti akan terdengar betepa jalangnya aku, tapi aku berani sumpah kalau aku bukan tipe wanita seperti itu. Mungkin kadang-kadang aku bertingkah seperti itu, tapi sungguh, yang kamu dengar beredar di luar sana itu hanyalah gossip yang dibesar-besarkan saja… ” Dina menjelaskan panjang lebar.<br />
<br />
“Dina! Dengar, aku benar-benar cuma penasaran saja. Dan itu juga bukan urusanku.”<br />
<br />
“Aku sudah pernah tidur dengan mereka semua kecuali Ahmad.” Mata Kiki terbelalak lebar, tidak seperti janjinya sebelumnya. “Bukannya dengan semuanya sekaligus. Waktunya berlainan semua. Kamu paham maksudku kan. Johan adalah… pria yang mengambil perawanku pertama kali… my first. Kejadiannya sewaktu masih di SMU. Dany dan aku… yahl, persahabatan kami selalu ada nilainya, kalau kamu paham maksudku.”<br />
<br />
“Kamu sudah pernah tidur dengan Hendra?” Kiki bertanya begitu saja tanpa berpikir. Candu dan alkokoh akan membuatmu berbuat begitu juga.<br />
<br />
Dina menatap Kiki, dia merasa sedikit nervous dengan pertanyaan tersebut, juga sedikit terkejut karenanya. Sebelum dia menjawab pertanyaan tersebut, suara dari sebuah handphone memecahkan suasana malam itu.<br />
<br />
“Sial, itu HP-ku,” kata Kiki, segera berlari menuju tasnya di dekat panggangan. “Pasti Hendra.”<br />
<br />
“Aku akan ke dalam,” kata Dina begitu di dengarnya suara Kiki yang mulai bicara di telpon. Dina melangkah ke dalam rumah dengan meninggalkan jejak kaki basah di sepanjang lantai beranda belakang.<br />
<br />
“Kamu abis ngisep Candu ya?” tanya Hendra di telpon.<br />
<br />
“Mm… ken-kenapa kamu Tanya brgitu?” jawab Kiki, mencoba sebisanya untuk bersikap normal.<br />
<br />
“Kamu bener-bener mabuk Candu!” Kiki harus menjauhkan HP dari telinganya karena Hendra tertawa keras sekali di seberang telpon sana. “Rupanya adikku sudah berhasil membuat kamu ngisep Candu. Wow…”<br />
<br />
“Apa maksudnya ini, Tuan?” Tanya Kiki.<br />
<br />
“Maksudnya aku sudah kalah taruhan. Ah, lupakan saja. Apa kamu senang di sana?”<br />
<br />
“Ya… lebih dari yang aku kira.”<br />
<br />
“Tuh kan, teman-temanku nggak brengsek-brengsek amat.”<br />
<br />
“Apa kamu sudah pernah tidur dengan Dina?” tamya Kiki, pertanyaan itu masih mengendap dalam kepalanya.<br />
<br />
“Sayang, jangan bercanda. Tentu saja tidak.”<br />
<br />
Jika saja dia tidak dalam pengaruh Candu dan alcohol seperti sekarang ini, pasti dia akan mengatakan kalau Hendra bohong. Kiki sudah mengenal cukup lama untuk mendeteksi hal-hal seperti itu. Tapi dengan keadaannya yang seperti sekarang ini, dia tak pasti.<br />
<br />
“Kamu… kamu nggak bohong kan?” tanyanya tak yakin. “Astaga, aku… aku nggak bisa. Hendra, apa kamu bicara jujur?”<br />
<br />
“Oh Kiki, aku berani sumpah, Dina dan aku tidak pernah… tidur bareng. Kenapa kamu tanyakan ini?”<br />
<br />
“Soalnya, dia sudah pernah tidur dengan adikmu. Dan dia sudah kenal kamu sejak dulu ”<br />
<br />
“Itu waktu masih kuliah, ingat kan kalau aku lebih tua dari merka. Dia benar-benar sudah pernah tidur dengan Johan?”<br />
<br />
“Ya,” jawab Kiki. Sekarang semua yang dikatakan Hendra terdengar bohong. Kiki tak tahu bagaimana mengatasi hal ini.<br />
<br />
“Wow. Johan belum pernah menceritakan ini padaku… menarik.”<br />
<br />
“Hey, aku dengar mereka memanggilku,” Kiki berbohong. “Aku harus pergi.”<br />
<br />
“Ok. I love you, baby. Aku akan telpon lagi besok.” Kiki menganggukd. Kenapa itu juga terdengar bohong?<br />
<br />
“I love you, too. Good night.”<br />
<br />
“Night.”<br />
<br />
Dimatikannya HP itu, Kiki bangkit lalu berjalan menuju ke dalam rumah dengan hati-hati, dia melangkah dengan hati tak pasti bukan hanya karena Candu yang dihisapnya, tapi juga karena percakapannya dengan suaminya di telpon tadi. Pikirannya benar-benar kosong hingga dia sampai tidak menyadari akan kejadian yang tengah berlangsung di ruang tengah sampai akhirnya dia berada sangat dekat…<br />
<br />
Dina sedang duduk di sofa, diantara Ahmad dan Johan. Saat Kiki berjalan mendekat, Dina sedang asik bercumbu dengan Ahmad sedangkan Johan tak hentinya meraba tubuh dan pahanya. Johan menelusuri sekujur tubuh Dina, tangannya meremasi payudara montok itu sambil memberi ciuman pada leher Dina.<br />
<br />
Kiki berdiri di sana seakan binatang buruan yang terperangkap, menyaksikan Dina yang bergantian berciuman dengan Ahmad lalu melumat bibir Johan.<br />
<br />
Dany duduk di pojok lain ruang tengah ini, dia terlihat sangat mabuk dan tersenyum seperti orang idiot. Dia menoleh dan melihat Kiki, lalu berkata sambil menunjuk pada pangkuannya. “Ayo ke sini saja. Pemandangannya lebih indah dari sini.”<br />
<br />
Bergerak seperti bukan dengan kehendaknya sendiri, Kiki duduk di ujung kursi di samping Dany. “Apa… yang terjadi?” akhirnya dia bertanya.<br />
<br />
“Well,” bisik Dany, sambil bergerak mendekat, “ini berawal dari sebuah kontes: ‘who was a better kisser.’ Berawal dari situ, yah… bisa kulihat kalau Dina nggak keberatan dengan kedua peserta itu.” Kiki diam saja membiarkan Dany menariknya ke pangkuannya, dan segera saja dia rasakan ereksi pria ini menekan pantatnya dari balik gaunnya.<br />
<br />
Kiki masih shock untuk bereaksi dengan kejadian dihadapannya ini dan terlalu mabuk oleh Candu dan minuman yang dikonsumsinya. Dia juga merasa sedikit marah pada Hendra, dan dia tak mampu berpikir kenapa. Tangan Dany terasa nikmat saat melingkar di perutnya, dan Kiki merebahkan tubuhnya bersandar pada Dany, sambil menyaksikan Dina yang menerima ciuman dari kedua pria itu.<br />
<br />
Dany merasa sangat excited mendapati Kiki berada dalam pangkuannya. Dengan cepat lengannya melingkari pinggang ramping itu, dan senyumnya semakin lebar saja ketika Kiki menyandarkan tubuh padanya. Rambutnya terasa halus dan harum, dan parfumnya sungguh meracuni benaknya yang pekat. Dany sangat menginginkan wanita ini melebihi apapun, dan saat ini, jika dia dapat mengarahkan moment ini ke arah yang benar, dia yakin akan bisa memenangkan hadiahnya.<br />
<br />
Akhirnya Dina menghentikan percumbuan itu dan mengipasi dirinya menggunakan tangan. “Wow! Tadi sangat hot. Aku nggak bisa memutuskan siapa better kisser-nya. Aku rasa imbang.”<br />
<br />
“Oh, nggak adil! Kiki, kamu yang putuskan,” kata Dany, sambil meremas pinggang Kiki.<br />
<br />
Kiki menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, aku tidak bisa… ”<br />
<br />
“Ya, aku rasa itu bukan ide yang bagus,” jawab Johan. Bagaimanapun juga, ini adalah istri kakaknya. Dia tak yakin bisa melakukannya dengan kakak iparnya sendiri. Itu adalah sisi rasioanalnya yang bicara. Ketika dia memandangi tubuh Kiki, nafsunya berteriak untuk melakukannya. Ayao lakukan saja!<br />
<br />
“Oh, Johan, it’s just a kiss,” kata Dany, dia menatap dengan Johan dengan pandangan penuh arti. Johan tahu kalau Dany punya hasrat pada Kiki. Mereka semua mengincarnya. Hanya saja Dany yang terus terang menunjukkannya. Dia tak peduli apa Kiki sudah menikah atau bercerai atau jadi janda atau apa sajalah. Kalu dia sedang tertarik pada seorang wanita, maka dia akan terus mengejarnya. Meskipun itu isteri temannya. Tidak bisa mempercayai Dany begitu saja, tapi itu jugalah yang merupakan salah satu daya tariknya.<br />
<br />
“Ya…, hanya ciuman saja,” Kiki berkata pada Johan, menengahi. Johan tak bisa mempercayai hal ini! Dia tahu kalau Dany akan berkata begitu, tentu saja. Tapi Kiki?<br />
<br />
Dina tertawa pelan dan bangkit dari himpitan dua pria ini. “Sorry jadi melibatkan kamu, Ki. Aku benar-benar nggak bisa memilih.”<br />
<br />
Kiki juga tertawa, dia merasa tak yakin dengan perbuatannya, tapi juga tak mau mempertanyakannya lagi. Dia duduk diantara dua pria tampan ini dan menepuk kedua lutut mereka layaknya seorang ibu yang menghibur puteranya. Ahmad, yang juga memendam hasrat pada wanita ini, wanita yang sudah menikah ini, buah terlarang untuk dipetik. Cincin berlian yang melingkari jari manisnya yang menandakan bahwa dia sudah dimiliki, terlihat bersinar lebih terang. Tapi Kiki memang selalu terlihat menggairahkan. Ahmad diam saja menunggu Kiki yang memulainya.<br />
<br />
Kiki menghadap ke arah Johan, lengannya bergerak melingkari leher adik iparnya ini. Dia tersenyum dan bilang, “Santai saja,” sebelum pejamkan matanya dan mendekat. Johan merasa bibir kakak iparnya ini terasa sangat lembut di bibirnya, hangat dan lembut. Sekilas, dia membayangkan bagaimana rasanya jika bibir ini memagut penisnya. Bibir Kiki membuka dan dia mulai menggerakkan lidahnya menggoda diantara ciuman mereka.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Setelah sekitar dua atau tiga menit berciuman, Kiki melepaskan diri, senyumnya terlihat jelas pancaran terpuaskan di wajahnya lalu dia mencium ujung hidung Johan. Tanpa berkata apapun dia berpaling ke arah Ahmad, tangannya segera mengalung di leher pria ini, dan langsung melumat bibirnya. Pria keturunan timur tengah ini merasa kalau sebuah ciuman yang indah adalah awal dari sebuah hubungan seksual. Dia tak percaya anggapan ‘sebuah ciuman hanyalah sebuah ciuman’ karena dia tahu betapa dahsyatnya kekuatan sebuah ciuman itu. Dia menggoda dengan bibirnya, karena kalau dia bisa membuat wanita terkesan karenanya, Ahmad tahu kalau sang wanita akan mengharapkannya agar dibuat terkesan diseluruh bagian tubuhnya. Dia mencium isteri Hendra tak beda sedikitpun terhadap wanita lainnya, dan dirasakannya kalau batang penisnya mengeras oleh gairah. Kiki juga adalah seorang yang mahir berciuman. Dia suka bermain dengan bibir dan lidahnya, menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, menggoda dengan gerakan sensual. Ahmad langsung menyambut tantangan ini.<br />
<br />
Johan seorang kisser yang hebat, Kiki harus mengakuinyat, tapi Ahmad jauh lebih hebat. Dia bermain dengannya hanya menggunakan bibirnya saja untuk melumatnya, dan Kiki benar-benar merasa jadi sangat basah hanya karena sebuah ciuman ini. Sama sekali tak ada tarian lidah di sini. Ketika Kiki merasa merasakan tangan Ahmad berada di payudaranya yang kencang, reflek dia mengerang di mulut pria ini, merasa mulai melayang akan cumbuannya, dan Kiki sudah tak bisa menahannya lebih lama lagi. Dia harus berhenti, dunianya terasa berputar.<br />
<br />
Akhirnya Kiki menghentikan ciumannya, nafasnya tersengal, dan wajahnya merona merah. “Itu sangat… hebat… kelaian berdua hebat.”<br />
<br />
“Mereka berdua sama hebatnya, kan?”<br />
<br />
Kiki mengangguk, tapi harus diakuinya kalau Ahmadlah sang pemenangnya. “Maaf Johan, Tapi Ahmad…” Dia hanya goyangkan kepalanya.<br />
<br />
“Nah,” kata Dina, sambil berdiri. “Ini semua… harus jadi seorang juri benar-benar membuatku… kepanasan. Setuju kan, Kiki?” Kiki hanya mengangguk. “Ada yang mau gabung dengan aku dan Kiki untuk renang?”<br />
<br />
Tangan Dina terjulur ke arah Kiki dan membantunya berdiri. Tanpa berkata-kata apapun lagi, kedua wanita itu mulai berjalan keluar ke arah kolam renang. Ketika keduanya sudah berada diluar, dalam dinginnya udara malam itu, Kiki berbisik, “Aku nggak bawa pakaian renang.â€<br />
<br />
“Pakai bra celana dalam saja,†jawab Dina.<br />
<br />
“Aku nggak pakai bra juga.”<br />
<br />
“Ngak apa-apa,” jawab Dina lagi. “Aku juga nggak pakai kok.” Dina tersenyum pada Kiki yang tampak terkejut, tapi langsung meraih ujung kaos katunnya dan kemudian melepaskannya dari tubuhnya. Payudara besarnya membusung menantang pada dadanya seakan sebuah balon udara. Gundukan dua buah daging yang terlihat indah di dadanya, dan putingnya menghias mungil di kedua ujungnya, benar-benar alami tak seperti putting putting pada payudara hasil silicon yang melebar karena operasi. Dina tertawa kesil melihat mata Kiki yang tak lepas dari kedua payudaranya yang terpampang jelasitu.<br />
<br />
“Bagaimana? Mau gabung denganku tidak?” Tanya Dina, masih tetap tersenyum. Dia tahu para pria akan segera bergabung dengan mereka. Momen ini terlalu saying untuk dilewatkan. Tapi untuk sebuah alas an yang terasa liar dan menggoda, dia ingin wanita cantik yang sudah menikah ini untuk bergabung dengannya dalam aksi ekshibisionisnya.<br />
<br />
Johan melihat dari pintu yang terbuka. Dina memiliki tubuh yang fantastis dan tubuh itu layaknya tubuh para model majalah Playboy. Rambutnya yang panjang dicat kecoklatan. Tubuhnya adalah fantasi dari semua pria dengan payudara besar, pinggang langsing dan pinggul dengan lekuk merangsang. Paha jenjangnya merupakan satu kesatuan dari menggodanya tiap lekukan tubuh itu. Kulitnya putih bersih dan Johan tahu bentuk tubuh indah itu merupakan hasil kerja kerasnya dari olah tubuhnya di gym yang hampir tiap hari itu. Singkat kata apa yang kamu lihat di majalah-majalah model dan pria dewasa, itulah gambaran sosok Dina.<br />
<br />
Tapi karena sebuah alasan yang tak pernah dapat dijelaskan, Dina tak memiliki rasa percaya diri tinggi yang biasanya dimiliki wanita dengan ‘killer-body’. Sebenarnya dia mampu dan berotak cerdas, tapi dia tidak pernah mendapatkan pekerjaan selain sebagai seorang sekretaris kantor biasa saja karena isu-isu yang beredar tentang dirinya. Kadang Johan merasa khawatir dengan sahabatnya ini dan ingin merangkul dan melindunginya, yang mana Dina memang tipe wanita yang menginginkan diperlakukan sepeti itu. Tapi, isu-isu itu benar-benar membuat rasa percaya diri Dina meredup dan hanya teman-teman dekatnya sajalah yang mengerti siapa dia sebenarnya.<br />
<br />
Dan saat ini, semua yang terjadi malam ini membuat Dina punya keberanian dan rasa percaya diri untuk melucuti pakaiannya sendiri di hadapan teman-teman prianya dan kakak ipar Johan, memperlihatkan indahnya bentuk payudaranya. Reaksi Kiki seperti yang diharapkan Dina, malu dan juga ingin ikut sedikit beraksi gila. Kiki menatap tajam mata Dina seakan ini adalah sebuah tantangan.<br />
<br />
Sejak pertama kali merka berjumpa, Johan selalu merasa ada sisi lain yang liar dari kakak iparnya yang selalu terlihat penuh percaya diri ini. Hendra selalu mengatakan padanya betapa beruntungnya dia menikah dengan Kiki, tapi sebagai seorang saudara sekandung, Johan merasakan ada sesuatu yang terpendam dan tak tersalurkan. Hendra adalah seorang pria yang suka dengan tantangan dan bahaya sebelum dia menikah dan Kiki kelihatannya tak bisa selaras dengan gaya hidup itu.<br />
<br />
Menyaksikan kakak iparnya saat ini saat tangannya bergerak ke belakang lehernya dan melepaskan tali pengait gaunnya, Johan berkata dalam hati, “Inilah yang kamu inginkan kak, jika saja aku bisa mengatakan padamu saat ini.”<br />
<br />
Bentuk tubuh Kiki sangat beda dengan Dina, dan saat kedua wanita itu berdiri berdampingan dihadapan mata para pria itu, mereka benar-benar bisa melihat perbedaan itu. Kiki memiliki tubuh yang lebih tinggi dan lebih langsing. Payudaranya lebih kecil tapi terlihat sangat tepat ukurannya di tubuh bak penarinya itu. Lekuk tubuhnya juga sangat tak bisa dipandang sebelah mata, lingkar pinggulnya lebih halus, pahanya juga selalu terlihat menggoda dalam ukurannya sendiri. Saat dia melepas gaunnya melewati pingangnya, memperlihatkan tali celana dalam putihnya, Johan memperhatikan meskipun Kiki sedikit lebih kurus dibandingkan Dina, Kiki tetap memiliki bentuk pantat yang menakjubkan, lebih kecil tapi masih tetap tepat dalam ukuran tubuhnya itu<br />
<br />
Dengan tersenyum Dina menurunkan resleiting celana jeans selututnya dan melepaskannya turun dari pinggulnya. Dibaliknya, dia mengenakan g-string berwarna biru yang sangat mini dan hanya terlihat tak begitu bisa menutupi gundukan selangkangannya.<br />
<br />
“Kalian mau gabung dengan kita?” Tanya Kiki, sedikit menggoda para pria dengan mempperlihatkan putting merah mudanya sekilas saja sebelum berbalik menghadap ke air dan kemudian terjun menyelam, membelah air layaknya sebuah pisau tajam. Dina berjalan menghampiri Johan, dia tersenyum dan menggandeng tangannya kemudian menarik Johan ke kolam renang. Johan hanya mampu sebisanya untuk membuka baju dan celana panjangnya sebelum tercebur ke dalam air.<br />
<br />
Dany sangat gembira dengan ke mana arah mengalirnya moment di malam ini. Bentuk tubuh Kiki memang seperti apa yang selama ini diimpikannya. Tapi masih ada satu mistery yang ingin dia ketahui, dan itu berada dibalik celana dalam putihnya Kiki.<br />
<br />
Sebelum menuju ke kolam renang untuk bergabung dengan Johan dan kedua wanita itu, dia mengambil kotak pendingin dan mengisinya dengan botol-botl bir kemudian membawanya ke pinggir kolam renang.<br />
<br />
“Kamu nggak ikut gabung?” tanyanya pada Ahmad sambil membuka sebuah botol.<br />
<br />
“Nggak tahu. Aku rasa aku lebih senang duduk di sini saja.”<br />
<br />
Mata Dany terangkat. “Kenapa kamu? Main sama dua orang wanita cantik di kolam, setengah telanjang lagi. Kenapa juga kamu lebih memilih duduk di kursimu itu?”<br />
<br />
“Anu, itulah masalahnya. Kamu lihat Johan, kan? Dia pakai boxer dan aku lupa nggak pakai. Dan dengan dua wanita cantik ada disini… ”<br />
<br />
“Aku paham! Begini saja, kamu jangan sampai keluar dari air saja. Itu pasti lebih baik. Ambil nafas, pikirkan tabrakan kereta atau apalah sampai setidaknya kamu sudah tak terlalu tegang, lalu langsung terjun ke air.”<br />
<br />
Ahmad terlihat masih ragu, tapi dia paham maksud Dany. He needed and looked away, into the darkened hills of Portola Valley. Dany melepaskan kaosnya, memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang berotot. Dia mempunya bentuk tubuh yang paling baik dibandingkan para sahabatnya. Setelah melupaskan celana jeans-nya, dia langsung terjun ke air, berenang ke arah Kiki dan merabai sekujur tubuh halus Kiki.<br />
<br />
Kelimanya berenang dan juga minum dan mabuk lagi dan saling bercanda dalam air untuk beberapa jam kedepan. Dany sangat terlihat menggoda Kiki dengan terang-terangan, dan yang mengejutkan semuanya, termasuk Kiki juga, isteri Hendra tak keberatan sama sekali dengan tingkah laku Dany. Pada sebuah kesempatan, Kiki berenang ke tepian kolam untuk meminum lagi birnya, Dany sudah berada tepat dibelakangnya. Dan saat Kiki membalikkan tubuhnya, Dany menekan tubuhnya ke pinggiran kolam, mendorongkan tubuhnya sangat dekat pada tubuh Kiki.<br />
<br />
Pria ini punya tubuh yang bagus, pikir Kiki, lalu menyumpahi dirinya sendiri karena memikirkan hal itu. Pria ini adalah seorang pembual, orang brengsek yang sangat percaya diri. Tapi ada sesuatu dari pria ini yang dirasakannya… sangat menarik dan tak dapat dicegahnya.<br />
<br />
“Kamu sudah memberi ciuman pada Johan dan Ahmad. Bagaimana dengan ciumanku?” tanya Dany. Kiki merasakan tangan pria ini berada di pinggangnya, membuatnya semakin merapat ke tubuh Dani. Dia sudah sangat keras… Kiki bisa merasakannya saat ereksinya menekan bagian bawah perutnya.<br />
<br />
“Kamu juga ingin?” Kiki nggak tahu, apakah ini pengaruh dari alcohol ataukah dua bulannya yang tak terjamah, tapi dia meneruskan, “Baiklah, biar adil.”<br />
<br />
Dan kemudian kedua mulut mereka menyatu dalam sebuah ciuman yang sangat panas.<br />
<br />
Johan menyaksikan dari ujung lain kolam renang saat keduanya saling bercumbu layaknya sepasang remaja kasmaran. Dia sadar kalau seharusnya dia menghentikan kejadian ini sebelum semuanya jadi terlalu jauh. Bagaimanapun juga wanita itu adalah isteri kakaknya! Tapi sisi lain dirinya mulai terangsang, saat membayangkn apa yang bisa didapatkannya dari kakak iparnya yang manis dan penuh rasa percaya diri itu.<br />
<br />
Akhirnya dia putuskan untuk membiarkan saja moment ini mengalir sewajarnya…<br />
<br />
Dina sedang sibuk sendiri menggoda Ahmad. Batang penisnya yang setengah ereksi tak luput dari pengawasan matanya saat pria ini menceburkan diri ke dalam air, dan saat dia menerka berapa ukurannya, dia jadi semakin penasaran untuk mengetahui berapakah ukurannya saat dalam keadaan ereksi penuh. Diluar semua kejadian spesial dengan para sahabat prianya, sebenarnya tak begitu banyak pria lain yang pernah tidur dengannya… bagaimanapun juga tidaklah sebanyak isu-isu yang beredar di luaran… dan sebenarnya dia belum pernah merasakan batang penis yang sangat besar. Dan Ahmad mungkin akan memberinya pengalaman itu.<br />
<br />
Kiki akhirnya mulai merasa terangsang di akhir sesi berenang mereka. Dia tahu kalau dia sedikit mabuk, mungkin juga masih dalam pengaruh Candu dan tak merasakan ‘rasa sakit’. Dan dia sadar kalau beberapa kejadian yang sudah dilakukannya itu tidak semestinya dia lakukan, tapi rabaan dan elusan pada tubuhnya yang nakal sungguh memberinya sebuah getaran yang nyata.<br />
<br />
Saat dia keluar dari air, dia tahu kalau mata Dany tak pernah lepas sedetikpun dari bongkahan pantatnya dimana secarik kain satin yang kecil itu menghilang, dan hatinya terasa menari-nari saat mengetahuinya.<br />
<br />
Tak lama berselang Dany menyusulnya, Tubuh basah kekarnya tampak berkilauan ketika tersapu cahaya lampu, dan Kiki sadar kalau putingnya yang semakin keras mencuat bukanlah disebabkan oleh dinginnya udara malam.<br />
<br />
“Kami lupa handuknya,” Kiki tersadar, memandang sekelilingnyashe realized, looking around.<br />
<br />
“Nggak direncanakan ya?” Dany tertawa. “Ayo, kutunjukkan tempat handuknya.” Apakah ada yang lebih baik dari tawaran ini, piker Kiki. Hatinya berdebar membayangkan apa yang akan terjadi menunggunya. Haruskah dia pergi?<br />
<br />
“Kamu yang depan,” kata Kiki apada akhirnya. Wajahnya terasa panas, dan dia tidak menoleh ke belakang untuk melihat reaksi dari yang lainnya.<br />
<br />
****<br />
<br />
Johan menatap Kiki dan Dany yang menghilang ke dalam rumah. Kepalanya terasa mati rasa karena kebanyakan minum dan ganja. Kembali dia merasa kalau dia harus menghentikan apa yang akan terjadi, tapi dia tak mampu. Kiki memang terlalu merangsang dengan pakaian renangnya itu…<br />
<br />
Dany membimbing Kiki ke dalam rumah yang besar itu, menaiki tangga lalu masuk ke dalam ruangan yang gelap. led Kiki through the large house, up some stairs, and into a darkened room. Kiki sudah merasa menggigil kedinginan, lengannya terasa merinding, lengannya menyilang rapat di depan payudaranya memeluk tubuhnya.<br />
<br />
“Aku rasa handuknya ada di sini,” kata Dany, sambil menyalakan lampu. Mereka berada dalam sebuah kamar tidur. Kamar tidur tamu yang tertata dengan rapi.<br />
<br />
Dany melangkah mendekati sebuah almari, membukanya dan menyodorkan pada Kiki sebuah handuk halus berwarna putih, kemudian mengambil satu untuk dirinya sendiri.<br />
<br />
Setelah tubuh mereka kering, Kiki mengambil tiga buah handuk lagi dari dalam almari untuk yang lainnya. Ketika dia berbalik, Dany sudah berdiri tepat di belakangnya, seperti saat di kolam renang, hanya saja kali ini, situasinya terasa lebih serius. Dany berkata pelan, “Kita nggak perlu tergesa-gesa.”<br />
<br />
Dibelainya rambut Kiki yang basah di belakang telinganya sambil tersenyum<br />
<br />
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Kiki, memberikan sebuah senyuman yang keduanya tahu akan arti senyuman itu dan melangkah semakin mendekati Dany.<br />
<br />
“Aku rasa kamu tahu,” katanya, bibirnya semakin dekat.<br />
<br />
“Oh ya?” jawab Kiki, sambil menyentuh bibir Dany dengan bibirnya perlahan.<br />
<br />
“Ya,” jawab Dany.<br />
<br />
Kebimbangan tersebut hanya sebentar, dan bibir mereka kembali menyatu.<br />
<br />
Mereka saling berciuman, dan tangan Dany menarik lepas handuk yang membungkus tubuh Kiki, menjatuhkannya ke lantai. Kiki tersentak akan udara dingin yang menyengat tubuhnya yang hampir telanjang, menyadari betapa terlarangnya hal ini, tapi menginginkannya dengan amat sangat.<br />
<br />
Masih tetap dalam perasaan yang seperti mimpi di sepanjang malam ini, Kiki membiarkan dirinya dibawa Dany ke atas ranjang, kemudian Dany menyuruhnya agar rebah dan rileks. Dany membungkus bibir Kiki dengan bibirnya lagi, tangannya bergerak menelusuri sekujur tubuh mungl Kiki. Ciumannya berjalan turun menelusuri sepanjang leher Kiki, bahunya, payudara hingga putingnya.<br />
<br />
“Ohhhhh!” Kiki mendesah, mendorongkan dadanya ke mulut Dany. Lidah Dany membuat lingkaran di sekitar putingnya, mengirimkan riak kenikmatan ke pusat indera seksualnya. “Ohhhhh, Dannnn…” kembali Kiki mendesah. Dany berganti dari payudara satu ke satunya lagi, memberi perhatian yang sama pada kedua daging sekal ini sebelum melanjutkan perjalanannya ke arah tujuannya yang pasti.<br />
<br />
Kiki sadar kalau dia seharusnya menghentikan Dany. Dia sadar kalau permainan kecil ini sudah terlampau jauh. Permainan ini memang menyenangkan, tapi dia sudah menikah. Dia sudah memiliki seorang suami yang… yang berada sangat jauh saat ini.<br />
<br />
Dany menyapu celana dalam Kiki dengan lidahnya, tepat di atas bibir vaginanya. Dany tahu kalau Kiki sudah jadi miliknya sekarang dan dia memutuskan untuk sedikit menggodanya. Dany akan menikmati ini. Dapat dirasakannya bibir vagina Kiki dengan lidahnya, dan aroma birahi Kiki segera menyergapnya. Dua jari Dany menyelinap dibalik celana dalam Kiki, hanya di daerah tepiannya saja, bergerak turun pada selangkangan Kiki yang sudah basah. “Ohhh, jangan terus menggodaku, Dany!” rintih Kiki. Dany mendongak ke atas dan melihat wajah Kiki yang merona dan dengan mata terpejam, sebelah tangannya sedang menjambak rambutnya sendiri.<br />
<br />
Dany menyibak celana dalam itu ke samping, ditatapnya penutup terakhir di tubuh wanita seksi dan sudah menikah ini. Dany merasa terkejut sekaligus senang akan aroma manis dari vagina Kiki yang terawat dengan baik. Bibir yang terus berdenyut lembut itu tercukur bersih, dan hanya membiarkan sedikit rambut berbentuk segitiga tercukur rapi tepat di atas celahnya. Dany menjilat sepanjang bibir vagina yang masih tertutup itu, yang mengakibatkan wanita di atas tubuhnya bernafas dengan berat. Dijilatnya sekali lagi sebelum akhirnya merenggut lepas celana dalam itu.<br />
<br />
Dany selalu terkesan betapa setiap vagina itu punya perbedaan masing-masing. Labia Kiki kecil dan gemuk, bibirnya menutup rapat sekan malu-malu, tidak seperti kebanyakan perempuan yang merekah terbuka saat merekea sedang terangsang. Kepala Dany terkubur menghilang di antara paha Kiki dan dia membelah bibir vagina yang masih merapat itu dengan lidahnya, membuat Kiki semakin terbang tinggi menuju surga. Dany terus menggoda Kiki. Dany adalah ahlinya dalam hal oral seks, dengan lidah, bibir dan jarinya untuk menyalakan api jauh di dalam jiwa Kiki. Kiki sangat membutuhkan pelepasan, tapi setiap kali otot perutnya mulai mengejang, Dany memperlambat aksinya yang membuat ledakan itu mereda kembali. “Ohhh, hentikan! OHHHH!” protes Kiki, tapi dia benar-benar berada di bawah kendali Dany.<br />
<br />
Hendra jarang memberinya oral seks, dan jikalaupun dia melakukannya, sungguh sangat berbeda dengan ini. Sungguh lain dengan yang diberikan pria yang bukan suaminya ini. Apa yang dilakukan Dany padanya membuat Kiki saekan berada di tepi batas pertahanannya dan itu sangat merenggut seluruh rasa di jiwanya. Sekujur tubuhnya bergetar dan rahangya terasa pegal menahan beban rasa ini. Ketika gelombang kenikmatan itu terbangun sekali lagi, dia tidak akan membiarkan pria ini mempermainkannya lagi. Dijambaknya rambut Dany dan menyentakkannya ke arah selangkangannya, mencekik Dany dengan vaginanya dan paha Kiki melingkar erat di belakang kepala Dany. “Uh, UHH! OHH, YAA! YES! YES!! UH!! HAMPIR! YES, OHHHHHHHHHH!!!”<br />
<br />
Dany tak mampu berbuat apa-apa. Dia tetap mengoral Kiki dengan lidahnya hingga orgasma atau tercekik kalau melawan. Kiki menggelinjang hebat begitu orgasme diraihnya. “UHHHHHHHHH NGHHGHHHHHHH!!!! OOOHHHHHHHHHH!!!” Dia menghentak liar ke wajah Dany, dan Dany hanya bias diam saja tak menghindar, lidahnya terus mengaduk dalam vagina Kiki, bibir atasnya menggetar di kelentit Kiki. “Ohhhhhh…” Gelombang itu mereda, Kiki mulai tenang, matanya terpejam selama beberapa saat membiarkan dirinya terhempas ke dalam samudera orgasmenya yang luar biasa.<br />
<br />
Dany merangkak naik ke sebelah tubuh Kiki dan memberinya sebuah kecupan di bibirnya. Kiki sedikit terkejut begitu merasakan cairan vaginanya sendiri yang ada di bibir, dagu dan lidah Dany. Belum pernah dia merasakan dirinya sendiri. Dia tidak pernah mengijinkan Hendra menciumnya setelah memberinya oral seks. Tidak mengijinkannya sebelum suaminya menggosok giginya terlebih dulu. Rasanya… sungguh berbeda.<br />
<br />
Saat bibir mereka saling melumat, tangan Kiki merayap turun menuju celana dalam Dany. Dapat dirasakannya bagian itu berkedut hidup. Jujur saja ini lebih besar dari milik Hendra dan lebih keras juga. Kiki memijitnya dengan bernafsu dan segera saja dia menyadari kalau dirinya membutuhkan kejantanan ini. Didorongnya Dany hingga rebah dan dikeluarkannya batang penis Dany. Mulut Kiki segera menyergap batang keras kenyal ini, dihisapnya dari bagian samping, jemari Kiki mengocok dengan cepat disertai dengan cengkraman tangna yang keras, dan Kiki tahu kalau Dany menyukai aksinya ini.<br />
<br />
Saat Dany sudah hampir keluar, Kiki berhenti, mulutnya melepaskan hisapannya dari batang penis ini, dan segera bergerak mengangkangi tubuh Dany. “Astaga, oh Dany, aku nggak tahu apa yang merasukiku, tapi aku sangat menginginkan penismu sekarang juga.” Bibir vagina Kiki berada tepat di atas kepala penis Dany, digesekkannya kepala penis itu di sepanjang garis bibir vaginanya yang sudah dangat licin. “Aku ingin penis kamu dalam vagina milik suamiku ini, Dany. Apa kamu tidak ingin menyetubuhi wanita yang sudah menikah ini Dany? Aku ingin kamu mengeluarkan spermamu yang hangat jauh di dalam vaginaku sekarang. Vagina seorang istri pria lain ini” Kiki hanya bicara kotor saat benar-benar sedang sangat-sangat terangsang. Dan ini biasanya terjadi saat Hendra pulang dari perjalanan luar kotanya, tidak saat Hendra MASIH berada di luar kota… Tidak pernah dengan pria lain, Tapi persetan, Kiki sudah tak peduli lagi. Dan sama sekali tidak ambil pusing lagi saat kepala penis yang gemuk ini mulai mendorok masuk menyeruak dalam kelopak bunga dari vaginanya. Tidak saat batang ereksi Dany membelah bibirnya dan mengisinya dinding lembut vaginanya dengan sesak<br />
<br />
“Ohhhhh,” erang Kiki begitu tubuhnya mulai bergerak turun ke tubuh Dany di bawahnya. “Oh, sayangku, rasanya saaaangat nikmat…”<br />
<br />
Dany tak bias mempercayai betapa mencengangkannya pengalamannya kali ini. Dia sudah pernah tidur dengan beberapa wanita yang sudah menikah sebelumnya. Dalam pengalamannya, pertama kali sulit untuk menembus pertahanan mereka, tapi berikutnya kalu sudah takluk, mereka akan sangat liar di ranjang. Tapi Kiki lain, dia tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan untuk sampai di titik ini, dan sekarang, dia seperti benar-benar terbakar birahinya. Tubuhnya bergerak naik turun pada batang penisnya, tangannya di rambutnya sendiri, tubuhnya dengan punggung melengkung tengadah ke belakang. Dany dapat melihat tulang rusuk Kiki dengan posisi tubuhnya sekarang ini. Payudara sekalnya terguncang menantang di dadanya, berkilat oleh keringatnya.<br />
<br />
“Uh, uh, oh, OH!” Jika saja ada seseorang di lantai dua rumah Johan ini, orang itu pasti akan mendengar sura Kiki. Dia mendesah, mengerang, tersengal, menggeram bahkan kadang menjerit pelan. Kiki bersetubuh dengan berisik, tapi itu malah semakin membuat Dany terbakar birahinya. Sudah sangat lama Dany ingin meniduri wanita bersuami ini. Dan sekarang ini, itu sudah tercapai dan dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia tidak pernah mau jika affairnya dengan seorang wanita bersuami berkelanjutan. Terlalu rumit, tapi begitu dia merasakan sinding vagina Kiki yang cantik dan rapat ini menggesek batang penisnya turun naik, dia memberikan pengecualian untuk kasus ini.<br />
<br />
“Oh, keluarkan untukku! Oh, Dany, keluarkan dalam vaginaku! Aku ingin merasakannya–ohhhh! Fuck me, fuck! Fuck! Yes! OHHHH!” Pertahanan Kiki jebol terlebih dulu, dia keluar dan Dany membiarkan semua reaksi tubuh Kiki, dibiarkannya Kiki mengocok pelan naik turun batang pennisnya dengan dinding vaginanya yang terasa licin. Dany tahu kalau dia tidak bias bertahan terus, tapi dia terus berkonsentrasi untuk memberikan persetubuhan yag terhebat untuk wanita bersuami ini dan terlebih lagi bagi dirinya sendiri.<br />
<br />
“Ohh, Dan… jangan… mempermainkanku terus! Hentikan dan… cepat keluarkan!” Kata-kata Kiki tercekat oleh nafasnya yang terhenti sesaat. Kiki kembali berada di tepi orgasmenya ketika Dany batang penis Dany mulai berkedut hebat.<br />
<br />
“Ohhh!!! ARGHHH!!” teriak Dany. Dany belum pernah berteriak sekeras ini saat bersetubuh. Tapi sekarang ini dia melakukannya, Gerungan, dan erangan layaknya binatang liar keluar dari mulutnya. Dan wanita cantik di atas tubuhnya ini terus menggoyang tubuhnya seakan menandakan penaklukannya atas burannya ini. Dany sekan mengenakan sebuah helm virtual dikepalanya, dia menyaksikan Kiki menari telanjang di atas salju di hadapannya. Dia merasakan gairah peperangan, gairah kemenangan, gairah penaklukan. Dan kemudan dia mengosongkan kantung spermanya ke dalam rahim terlarang Kiki, menyemburkan sebanyak-banyaknya sperma panasnya ke dalam rahim istri pria lain yang sangat terpuaskan.. “AAAARRRRGHHHHHHH!! AH! AHHHH!!!” Dany tak mampu mengontrol dirinya.<br />
<br />
Kiki juga tak dapat menghentikan dirinya. Dia tetap memompa, meskipun ketika batang penis Dany tengah menyemburkan spermanya dengan hebatnya ke dalam rahimnya. Kiki menghentak turun pinggulnya ke arah Dany, semakin keras dan bertambah keras saja, otot vaginanya meremas dan memerah setiap tetes intisari dari Dany. Kiki merasakan semburan hangat itu menghantamnya dan dia tak mampu menahan pertahanannya lagi.<br />
<br />
“OOHHHHHHHHH YEAHHHHHHHH!!! YES–YESSSSSSS!!!”<br />
<br />
Kiki merasa setengah sadar dibuai orgasmenya yang sangat intens. Tubuhnya rebah terkulai di atas dada indah Dany, batangnya yang sudah menyusut masih terbenam sebagian dalam vagina Kiki. Kiki dapat merasakan sperma Dany yang hangat meleleh keluar diantara jepitan selangkangan mereka. She felt light headed from the intensity of her orgasm. She was laying on Dany’s beautiful chest, his shrinking member still half buried in her cunt. She could feel his warm jism leak out from between them. Hal ini membuatnya pusing, memikirkan apa yang sudah mereka perbuat. Hal ini sangat terlarang. Sangat salah tapi juga sangat menyenangkan.<br />
<br />
Kiki memberi sebuah ciuman ringan di bibir Dany dan berkata “Aku rasa lebih baik kita segera bawa handuk handuk ini untuk yang lainnya.”<br />
<br />
Kiki mengangkat pinggulnya mengeluarkan batang penis Dany dan keduanya mendesah begitu batang itu tercabut keluar. “Aku mau mandi dulu,” kata Kiki dengan tersenyum sambil melangkah ke arah kamar mandi. Dia merasa begitu nakal saat dirasakan vaginanya yang penuh sperma menimbulkan jejak putih menurun di pahanya, dia sangat menyukainya.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Dany dan Kiki turun untuk berkumpul kembali dengan yang lain setelah menghilang kurang lebih setengah jam. Sebuah handuk membungkus tubuh Kiki, melilit hingga atas belahan dadanya. Dia menemukan sebuh penjepit rambut di kamar mandi dan menguncir rambutnya ke belakang. Saat menuruni anak tangga yang menuju ke ruang tengah, dia merasa bagaikan seorang putri, dan ini bukan hanya karena ‘pakaian’ yang dikenakannya. Pada sofa di bawahnya, sekali lagi, terpampang adegan yang membuat vaginanya basah kembali.<br />
<br />
Si keturunan timur tengah yang berkulit gelap itu duduk dengan posisi kedua kaki terpentang lebar, telanjang seutuhnya dan memperlihatkan ereksi yang sungguh mendebarkan hati. Dina berada di lantai di antara pahanya, sedang sibuk menjilati batang ereksi luar biasa itu. Dia masih tetap memakai g-string biru kecilnya, tapi jemarinya terlihat jelas sedang sibuk juga di balik kain sutera tipis itu.<br />
<br />
Duduk di kursi yang bersebelahan dengan sofa itu, Johan, yang celana renangnya sudah turun hingga lututnya dan sedang sibuk mengocok batang penisnya sambil melihat adegan di hadapannya. Kiki terpaku di tangga sampai Dany menarik tangannya dan menuntunnya turun.<br />
<br />
Johan segera beranjak mengambil handuk saat Dany dan Kiki menghampiri mereka. Dia menawarkan minuman pada mereka, dan tentu saja kedua temannya menyambutnya dengan suka cita. Saat dia kembali dengan membawa vodka tonic, dia mendapati Dina sudah duduk diatas pangkuan Ahmad, menciumnya sebentar dan memintanya untuk memperlihatkan kejantanannya.<br />
<br />
“Belum pernah kulihat yang sebesar ini. Aku hanya… hanya ingin melihatnya.” Dina mengerjapkan matanya dengan mimik yang polos yang melumerkan hati Ahmad. Bagaimana mungkin dia menolaknya?<br />
<br />
Kemudian yang dia tahu, dia merasakan batang penisnya yang gemuk dan panjang sudah berada di dalam mulutnya dan Dina sedang menghisapnya menuju surga. Betapapun dia mencoba sebisanya, Dina tak mampu menampung batang kejantanan itu masuk seluruhnya ke dalam mulutnya. Ini terlalu besar dan panjang. Jadi kemudian dia mengeluarkannya, mengangkat tubuhnya sedikit hingga batang penis itu berada di antara belahan payudaranya yang sekal, lalu tersenyum manja padanya. “Pernah melakukannya?” tanyanya, sekali lagi dengan ekspresi kekanak-kanakan.<br />
<br />
“Hah?” tanyanya, tak mengira ini akan terjadi.<br />
<br />
“Seperti ini,” Dina tersenyum dengan nakal, tangannya berada di kedua sisi payudaranya dan menekannya bersamaan, menjepit batang itu diantara kedua bongkahan daging kenyal itu. Lidah Dina membantu melicinkan gerakannya, dan dia mulai menggesekkan payudaranya pada batang penis itu.<br />
<br />
“Ohhh,” rekasi Ahmad, kedua bola matanya melotot terpana menyaksikan apa yang dilakukan wanita ini padanya. Ahmad cukup berpengalaman, sudah banyak wanita yang tidur dengannya, tapi seks selalu terjadi setelah rangkaian kencan yang mesra. Dia selalu punya hasrat terpendam terhadap Dina dan selalu menghayalkannya, tapi belum pernah sekalipun hal seperti ini ada dalam fantasinya. Ketika kepala penis Ahmad muncul dari jepitan payudaranya, Dina menyambutnya dengan jilatan lidahnya, sekali, dan kembali melenyapkannya ke dalam hangatnya buah dadanya. Kepala Ahmad terhentak ke belakang dan menggeram.<br />
<br />
Kiki tak sanggup mempercayai apa yang disaksikannya. Dany membimbingnya menuju ke kursi di seberang Dina dan Ahmad, dia merasa pipinya memerah saat menyaksikan wanita ini memanjakan pasangannya menggunakan buah dadanya sendiri. Ini seperti sebuah film porno yang sering dia dengar. Ini membuatnya semakin terangsang. Dia rebahkan tubuhnya bersandar pada Dany. Kiki tak mampu menahannya lagi. Dia mencium bibir Dany dengan rakus sambil tangannya bergerak meraih penisnya yang mengeras, dan Kiki mengocoknya agar semakin bertambah keras.<br />
<br />
Johan harus memejamkan matanya untuk meredam ledakan orgasmenya saat menyaksikan Dina yang menjepit penis Ahmad di antara payudaranya, dan kemudian melihat Kiki dan Dany yang juga memulai adegannya sendiri. Ketika dia membuka matanya, Kiki sudah duduk diatas pangkuan Dany, dengan punggung yang menghadap ke arah Dany dan kedua tangan Dany meremas payudaranya. Tubuh keduanya kembali menyatu dan mulai bersetubuh lagi. Kiki terlihat sangat menawan saat sedang dibakar gairah. Jauh lebih cantik dari biasanya, termasuk di saat hari pernikahannya. Rambut sebahunya, terkuncir ke belakang, terlihat kusut dan basah. Sebagian menempel lekat pada dahi dan pipinya. Matanya setengah terbuka, giginya saling beradu keras dalam erangannya yang rendah, pelan dan berat. Dia mengayun berlawanan mengiringi hentakan Dany, dengan keras, layaknya seorang wanita yang sudah sangat lama tidak mendapatkan sentuhan pria.<br />
<br />
“Oh, YA!” Ahmad berteriak, saat spermanya menyembur. Dengan cepat Dina menangkapnya dengan mulut, membiarkan hanya sebuah gumpalan sperma yang lolos menghantam dagunya. Dia sangat menyukai rasa dari sperma pria, dan pria ini tak terkecuali.<br />
<br />
“Aku ingin keluar dalam mulut kamu,” bisik Dany di telinga Kiki. “Aku ingin merasakan bibirmu mengulum penisku saat kamu membuatku orgasme untuk yang kedua kali malam ini.” Kata-kata nakalnya membuat Kiki merasa jengah bercampur dengan birahinya yang semakin tinggi karenanya.<br />
<br />
Kiki mengeluarkan penis Dany dari dalam vaginanya, lalu memutar tubuhnya di antara paha Dany, dan memasukkan penis Dany yang basah oleh cairan madunya sendiri ke dalam mulutnya. Dia merasakan cairan madunya sendiri untuk yang kedua kalinya. Kali ini rasa itu membatnya bergairah. Hal ini sangatlah keliru! Benaknya menjerit dan lidahnya menjulur membasahi lidahnya dengan penuh rasa nikmat. Dia gunakan cairan vaginanya sendiri sebagai pelican, tangan kanannya mengocok seiring dengan kuluman bibirnya, sedang tangan kirinya dengan mesra menggenggam buah zakar Dany.<br />
<br />
Johan tak mempercayai semua yang tengah terjadi. Tak lama berselang adegan oral, adegan berikutnya langsung menyusul. Kiki tak membutuhkan waktu lama mengoral. Dany sudah berada di garis ketahanannya saat dia rasakan kepala penisnya menyentuh tenggorokan Kiki dan mulai masuk. “Ohhhh, fuck, baby! YEAAHH!”<br />
<br />
Dina mengorek sperma yang lepas dari tangkapannya tadi dan menghisapnya habis dari ujung jemarinya, sambil melirik nakal ke arah Johan. Pria muda ini terlihat sangat manis, duduk di sana dengan penis dalam genggaman tangannya, bingung menentukan adegan mana yang harus disaksikannya. Terasa sudah cukup lama sejak terakhir kali Dina melihat penisnya yang indah. Bagi Dina, itu adalah ukuran yang paling tepat untuknya, dan setiap kali dia bercinta dengan Johan itu adalah persetubuhan terbaik yang pernah didapatkannya.<br />
<br />
Johan melihat wanita berambut ikal panjang sampai punggung ini berdiri dan berjalan ke arahnya. Dina membetulkan g-string biru kecil yang melingkari pinggulnya dan Johan seketika membayangkan apakah wanita ini masih mencukur bersih vaginanya. Dina menghampirinya, duduk di sebelah kirinya dan dapat dirasakannya sesuatu yang berbeda yang akan segera dia ketahui.<br />
<br />
Perasaan Johan campur aduk saat menyaksikan Dina memuaskan Ahmad. Di satu sisi, dia merasa cemburu. Bagaimanapun juga Dina bukanlah miliknya dan dia tidak berhak merasa cemburu. Di sisi lainnya, dia merasakan ini sangat merangsang birahinya ketika menyaksikan Dina memuaskan sahabatnya.<br />
<br />
Johan tergetar akan keberadaan Dina yang merapat. Dapat dia rasakan kehangatan dari tubuh Dina yang hampir telanjang di dekatnya. “Kamu terabaikan,” kata Dina dengan suara jalang dan dalam. Tangannya menggenggam ereksi Johan, tepat di atas tangan Johan berada. “Kedua temanmu sudah bersenang-senang. Sekarang giliran tuan rumah.”<br />
<br />
Diturunkannya boxerg Johan dari kakinya hingga batas lutut. Sebelum Dina mulai mengulum penis Johan dengan mulutnya, entah kenapa, dia menoleh pada istri kakaknya Johan dan berkata, “Mau bantu?” dengan suaranya yang termanis.<br />
<br />
Kiki, yang sedang menatap penis Johan, melirik ke mata Johan, lalu kearah Dina, kembali lagi ke Johan, dan mengedip. “Dengan senang hati.”<br />
<br />
Tubuh telanjang Kiki mendekati Dina dan Johan. Birahi Johan semakin terbakar melihat selangkangan isteri kakanya yang dihiasi rambut kemaluan yang tercukur rapi mengecil ke bawah. Dia tak mengira kakak iparnya ini sebagai tipe wanita seperti ini. Dan lagi, dia tak pernah menyangka kakak iparnya adalah tipe wanita yang mau bersama dengan wanita lain memberikan oral seks padanya.<br />
<br />
Kedua wanita ini saling bergantian memanjakan penisnya. Saat yang satu mengulum batangnya, yang satunya lagi menjilati buah zakarnya. Kemudian, bagaikan kedua pikirannya saling terhubung, mereka bergantian posisi hampir tanpa jeda. Tehnik keduanya sangat berbeda, tapi ini jadi terasa menakjubkan. Bibir Kiki menciptakan jepitan cincin yang kencang melingkari batang penis Johan, sedangkan Dina menggunakan lidahnya untuk memberi kepuasan yang maksimal bagi Johan. Yang paling menggairahkan adalah menyaksikan tangan Dina membelai wanita berambut sebahu ini. Sejauh yang dia tahu, Dina belum pernah melakukan dengan wanita lain. Tapi kemudian, bukan berarti hal ini sama sekali mustahil.<br />
<br />
Johan sadar orgasmenya sudah dekat, dan kelihatannya Dina juga tahu akan hal itu. Dilepasnya batang penis Johan dari kuluman mulutnya, dan mencegah Kiki yang ingin ganti mengulum. Dia berbisik pada Kiki, “Maafkan aku, tapi aku benar benar ingin segera disetubuhi.” Tanpa berpikir panjang apa reaksinya, Dina mencium dengan lembut bibir wanita di hadapannya ini dan berdiri. Jemarinya bergerak ke tali pengikat g-stringnya, dengan perlahan diturunkannya, membuat dirinya telanjang tak beda dengan semua yang berada dalam ruangan ini.<br />
<br />
Johan sangat terkejut saat melihat ciuman singkat yang dilakukan oleh kedua wanita cantik ini dan membuatnya tak merespon langsung akan kecantikan dari wanita yang telanjang seutuhnya di hadapannya. Kulit putihnya terlihat indah dan Johan merasa senang melihat Dina tak mencukur habis rambut kemaluannya. Dia masih menyisakan segaris tebal rambut di atas bibir vaginanya yang tebal. Rambut itu terlihat sangat pendek seakan baru saja tumbuh, dan vulva yang membuka karena gairahnya dan seakan mengisyaratkan sudah benar-benar siap. Dina menaiki pangkuannya, menggosokkan payudaranya ke wajah Johan, dan mulai menurunkan pinggulnya pada batang terbaik yang pernah dia setubuhi. Tak ada halangan di pintu masuk, dan segera saja, bibir vaginanya yang sensitif bertemu dengan rambut ikal dari kemaluan Johan.<br />
<br />
Kiki memandang penis Johan memasuki vagina Dina dan sebuah getaran melandanya. Belum pernah dia menyaksikan pasangan lain melakukan hubungan seks di hadapannya, tidak sedekat ini! Ini sangat membakar gairahnya.<br />
<br />
Kiki menyapukan pandangnya ke sekitar. Dany sudah nggak ada, tapi Ahmad masih duduk di situ, sendirian di tengah sofa, memegangi batang penis terbesar yang pernah dilihat dalam hidupnya dengan tangannya. Ekspresinya seperti layaknya seorang anak kecil yang menatap mainan di balik kaca toko. Dia tak tahu mana yang harus di lihat, terlalu banyak pemandangan untuk direkam ingatannya. Kiki tertawa melihatnya, merasakan betapa naturalnya semua ini terjadi.<br />
<br />
Dia merangkak ke arah sofa dan meringkuk di sebelah Ahmad. “Apa yang kamu pikirkan?” bisiknya di telinga pria ini.<br />
<br />
Ahmad memikirkan sesuatu, tapi tak mampu mengucapkannya. Dia pandangi wanita cantik di sebelahnya ini, tak pernah sekalipun dalam hidupnya akan bisa melihat wanita seperti ini telanjang. Dia sangat cantik, sagat cerdas, terlalu berkelas baginya. Tapi disinilah dia berada sekarang, duduk dengan kaki melipat di bawahnya, payudaranya menekan erat lengannya dan tangannya yang mengelus kejantanannya.<br />
<br />
“Aku berpikir, apa yang sudah kulakukan hingga aku bisa menerima ini?’”<br />
<br />
Kiki tertawa pelan. “Kamu sudah memenangkan kontes ciuman,” jawabnya, dan perlahan mengangkat kepalanya, mendekatkan bibirnya pada pria muda ini. Mereka saling berciuman dengan mesra dan penuh gairah, membuat Kiki semakin bergairah dan terangsang. Sebuah ciuman selalu membuatnya terangsang, tapi belum pernah dia seterangsang ini hanya dengan sebuah ciuman sederhana saja.<br />
<br />
“Ohhh,” dia melenguh, merasakan jemari pria ini menelusuri bagian dalam pahanya, hingga pada belahan vaginanya. Dia hentikan ciuman ini untuk melepaskan erangannya, lalu dengan lapar kembali melumat bibir Ahmad. Nggak lagi ciuman singkat, dia membutuhkan ciuman yang lebih dalam seiring jari Ahmad yang mulai memasuki vaginanya yang basah.<br />
<br />
Kiki menjauh darinya dengan cepat, menatap matanya yang tajam. Mata itu penuh dengan hasrat dan birahi, dan tiba-tiba dia merasakan punya kekuatan yang besar. Dia yang mengendalikan di sini, seperti halnya Dina. Kembali dia merapatkan bibirnya, dia merebahkan tubuhnya kebelakang dan menarik Ahmad ke atasnya. Dengan sebelah kakinya menekuk dan sebelahnya bersandar pada sandaran sofa, dia benar-benar terbuka dan siap menyambutnya untuk menggantikan jari dengan batang penisnya yang seperti milik bintang film porno itu.<br />
<br />
Kiki membimbing batang penis besar itu ke arah vaginanya, membelah bibir vaginanya yang hangat. “Uhhhh!” erangnya, sedikit rasa sakit bercampur dengan kenikmatan, saat penisnya membelah dan mendorong dan mengisinya melebihi semua yang pernah dirasakan Kiki sebelumnya. Dia merasa rapat seperti perawan, dan itu membuat Kiki semakin gila oleh hasratnya. Ingin rasanya agar Ahmad menyentakkan dengan keras ke dalam vaginanya, tapi sadar jika Ahmad tak akan melakukan hal itu.<br />
<br />
Ahmad sangat berhati-hati dengan wanita menggiurkan di bawah tubuhnya ini. Dia selalu sabar jika berhubungan dengan seks. Dia tahu kalau dia lebih besar dari kebanyakan pria, dan dia merasa kalau itu adalah sebuah anugerah. Beberapa wanita merasa ngeri dengan ukuran penisnya. Yang lainnya berusaha memasukkannya, tapi mengatakan kalau itu terlalu menyakitkan. Dia hampir tak pernah mendapatkan oral seks. Karena terlalu besar.<br />
<br />
“Lebih keras,” kata Kiki disela geretakan giginya. Ahmad melihat ke bawah dan melihat ekspresi wajah Kiki yang diselimuti campuran antara kesakitan dan birahi. Ditekannya masuk lebih keras batang penisnya, menariknya sedikit, lalu mendorongnya masuk lebih ke dalam. “Lebih keras lagi,” perintahnya lagi, dan Ahmad mengulangi gerakan mengayunnya, hanya saja kali ini lebih cepat. Wajahnya mengisyaratkan rasa sakit, tapi Kiki mengerang nikmat, “Ohhhh, yesss!”<br />
<br />
“Ayo sayang, setubuhi aku seperti dalam semua mimpimu.” Suaranya terdengar berat dan menahan nafas.<br />
<br />
Ahmad memompa dengan lebih keras lagi dan Kiki memintanya lebih keras lagi. Ahmad menghentak hingga dia merasakan tulang selangkangannya menghantam rambut mungil di atas kelentitnya, dan Kiki menggeram. Mencengkeram erat batang penis didalam tubuhnya dengan dinding vaginanya, dia tersengal dan mengerang keras. “Yess! Oh fuck, rasanya sangaatt nik-mattt!” Ahmad semakin terpacu. Tak lagi dengan gerakan romantis yang lembut, yang biasanya dia lakukan saat berhubungan seks dengan wanita, tapi lebih cepat dan hentakan yang lebih keras dan kasar. Ditariknya separuh bagian dari batang penisnya sebelum menyentakkan masuk kembali didiringi erangan dari wanita di bawah tindihan tubuhnya ini. “Ya! Ya! YA!” Punggung Kiki terangkat melengkung ke atas, payudaranya terdorong ke depan, putingnya menonjol keras bagaikan sebuah berlian kecil.<br />
<br />
Ahmad merasa saat menyetubuhi tubuh Kiki sangat nikmat, dia merasa takut jika dia akan membuat wanita ini terluka tapi tak mampu menghentikan dirinya sendiri. Dia menyentaknya lebih keras dan jauh lebih keras lagi, yang semakin membuat Kiki mengerang bertambah keras. “Uh! Uh! UH! NGH! UH!” Seluruh tubuhnya terguncang ketika gelombang demi gelombang orgasme menggulungnya, membuat seluruh persendian tubuhnya terguyur kenikmatan dan rasa sakit dan birahi yang tak pernah terpuaskan. “Fuck, sayang… AK-KU… KELUAR SEKARANG! NGH! NGHHHH!”<br />
<br />
Mendengar kalimat ini keluar dari bibir isteri pria lain sudah lebih dari cukup baginya. Sebelah tangannya mencengkeram keras payudara wanita ini satunya lagi memegangi pinggulnya dan mengejang keras saat dia meledak di dalam rahim Kiki. “UHHH!” erangnya, kenikmatan ini hampir meledakkan jantungnya. Batang penisnya berdenyut tak terkendali di sepanjang dinding vagina lembut milik Kiki, yang membuat orgasme Kiki mencapai titik puncaknya.<br />
<br />
Kiki tak mampu menahannya lagi. Pandangannya kabur. Sekujur tubuhnya dipeluk kebahagiaan dari surga ke tujuh. Dapat dirasakannya semburan sperma Ahmad menyembur seakan aliran magma yang panas memenuhinya, mengisikan madu cintanya jauh ke dalam rahimnya yang sudah terikat dalam pernikahan. Ini terlalu berlebih! Dia kehabisan nafas. Tubuhnya seakan terhempas dan ditelan jauh kedalam sofa ini. Segalanya terasa pudar. Hal terakhir yang diingatnya sebelum tak sadarkan diri adalah betapa indahnya merasakan ‘terisi dengan penuh’.<br />
<br />
Ahmad rubuh menindih Kiki. Tubuh mereka lengket oleh keringat yang membasahi sekujur tubuh dan juga sofa ini. Ditariknya keluar batang penisnya dari vagina Kiki yang sekarang terlihat terbelah lebar dan lalu memelukya mesra. Tiba-tiba dia merasa sangat lelah, dan merasa sangat bahagia memeluk wanita ini dalam dekapannya. Tak ada tempat lain yang diinginkannya selain di sini.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Saat Kiki terbangun, dia berada sendirian di ruang tengah ini, sebuah selimut hangat menutupi tubuhnya. Sebuah lampu temaram menyinari ruangan ini. Dia nggak tahu jam berapa sekarang ini, kepalanya masih terasa pusing karena minuman yang dikonsumsinya sebelumnya.<br />
<br />
Dia bangkit, melilitkan selimut menutupi tubuh telanjangnya, dan merasakan sperma Ahmad meleleh turun di pahanya. Setengah tersenyum pada dirinya sendiri, mengingat persetubuhan yang dahsyat, dan kemudian melangkah pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.<br />
<br />
Membasuh wajahnya dengan air, Kiki bertanya pada dirinya, “Apa yang kamu lakukan, Ki? Kamu sudah menikah.” Dia sadar jika apa yang sudah diperbuatnya sebelumnya tadi sepenuhnya salah. Belum pernah dia menghianati Hendra atau pada semua kekasihnya sebelumnya, dan sekarang telah dia biarkan dua orang pria berejakulasi di dalam rahimnya… tanpa perlindungan… belum lagi dia juga telah berikan sebuah oral seks pada adik suaminya.<br />
<br />
Tapi untuk sebuah alasan yang aneh, dia tidak merasa begitu bersalah seperti yang dia kira seharusnya terasa. Hendra pergi sudah sebulan lamanya meninggalkan dirinya saat ini, suaminya juga yang sudah ‘memaksanya’ untuk datang kemari. Dia menggelengkan kepalanya, menatap matanya dalam pantulan cermin. Dia tahu bahwa untuk waktu sekarang ini, di tempatnya berdiri, dia tidak menyesali apa yang telah dilakukannya. Segalanya terasa menyenangkan. Ini adalah kesenangan terbesar yang pernah dialaminya tanpa kehadiran Hendra dalam dua tahun usia perkawinan mereka, dan tiga tahun masa pacaran mereka. Tidak termasuk mantan kekasihnya yang pernah bersamanya. Dia tidak akan melakukan hal ini lagi. Malam ini adalah malam yang unik, sangat menyenangkan, malam yang penuh dengan petualangan dan eksplorasi. Malam ini, dia bebaskan ‘gadis nakal’ dalam dirinya yang berperan. Besok, kembali pada perannya ‘gadis manis’ yang sudah menikah kembali.<br />
<br />
Dia berjalan menapaki tangga dan mengira semua orang sudah lelap dalam tidur, sebuah rintihan panjang keluar dari kamar tidur utama menunjukkan dugaannya salah.<br />
<br />
Kiki melangkah menuju satu-satunya pintu di depan tangga. Sedikit terbuka dan dia mengintip ke dalam. Dia kira nggak ada yang bisa membuatnya tersipu malu lagi, tapi setiap kali dia menyaksikan sendiri perilaku seksual yang baru, seakan api kembali ke wajahnya lagi. Dina sedang disetubuhi Dany dari belakang sedangkan mulutnya masih mengulum batang penis milik Johan. Mereka berada di atas ranjang ukuran King size. Kamar itu sendiri mempunyai jendela kaca besar yang mengelilingi hampir semua bagian, suara rintihan dan lenguhan pecinta yang mereguk kenikmatan memenuhi kamar ini.<br />
<br />
Johan menoleh dan melihat Kiki sedang berdiri di pintu masuk, sebuah selimut membungkus tubuh rampingnya. Dia tersenyum padanya, berharap Kiki tidak mempermasalahkan akan semua yang terjadi. Johan sebenarnya sangat menginginkan Kiki, tapi rasa hormatnya terhadap kakaknya membuatnya mengesampingkan kenikmatan itu. Tapi saat Kiki menjatuhkan selimut yang membungkus tubuhnya, lalu berjalan memasuki kamar ini dengan tubuh telanjang, dan mencium bibirnya dengan dalam, dia merasa dinding pendiriannya mulai retak.<br />
<br />
Kiki mendorongnya ke atas kasur dan menaiki kepalanya, menghadap membelakangi jadi dia bisa menyaksikan tubuh-tubuh telanjang yang saling ‘terkait’. Vaginanya serasa terbakar api dan dia membutuhkan sesuatu untuk meredakannya. Karena kedua penis yang tersedia sedang terpakai, dia memutuskan untuk melihat sebagus apa adik parnya dalam oral seks. Sebuah getaran yang sangat nakal menggetarkannya saat memikirkan hal tersebut.<br />
<br />
Dina melirik ke atas dan bertemu dengan mata Kiki. Dia tersenyum dengan mulut masih penuh terisi batang penis Johan dan mengedipkan mata pada Kiki. Dina sangat bahagia bertemu dengan Kiki, dan sangat gembira akan perubahan suasana yang terjadi malam ini. Semua ini tak akan terjadi jika isteri Hendra nggak berada di sini. Itu sudah pasti. Sesuatu tentang rasa percaya diri seorang wanita dan ledakan seksualitas memicu terjadinya pesta seks pada mereka semua<br />
<br />
Dilepaskannya mulutnya dari batang indah penis Johan dan memberi tanda pada Kiki dengan jarinya untuk bergabung dengannya. Kiki tersenyum pada wanita ini dan mendekatkan mulutnya pada penis Johan, membuatnya dalam posisi 69. Ini adalah posisi 69 bagi sejarah kehidupan seksual Kiki. Sementara itu, Dina bergerak ke buah zakar Johan yang terekspos, menjilatinya dengan lidahnya sebelum bergerak turun ke celah sensitif diantara lubang anus dan kantung buah zakarnya.<br />
<br />
Untuk kali yang kedua, Johan mendapatkan penisnya dilayani oleh dua orang wanita menawan. Hanya saja kali ini, wajahnya dipenuhi oleh vagina basahnya Kiki dan pantatnya yang indah.<br />
<br />
Saat Kiki tidak sedang mengulum batang penis Johan, posisinya yang nggak memungkinkannya untuk bergantian memanjakan buah zakar Johan, maka hanya membuatnya melihat saja Dina ganti yang mengulum penisnya yang penuh ke dalam mulutnya yang terlihat seksi. Kiki kira batang panjang itu tak mungkin mampu tertampung menghilang seluruhnya ke dalam mulut Dina yang berkilat basah, tapi ternyata itu dapat ditelan Dina seluruhnya, selalu. Dan saat giliran itu tiba padanya, Kiki berusaha untuk memasukkan batang penis ini kedalam mulutnya, tenggorokannya seluruhnya, dan dia dapat merasakan, lebih dari hanya mendengarkan, Johan mengerang di bawah tubuhnya.<br />
<br />
Dina harus menghentikan pelayanannya terhadap penis yang berbulu di hadapannya ketika Dany dengan lambat tapi mantap membawanya pada orgasme kecil. Dina kembali konsentrasi pada batang penis yang menghujamnya dari belakang, menyamakan irama ayunan pinggul Dany dan menghisapnya semakin ke dalam.<br />
<br />
Dany menyaksikan pesta di hadapannya sambil menyetubuhi Dina dari belakang. Dia selalu menikmati jalan masuk dari vaginanya Dina yang menyengkeram kejantanannya dengan erat ketika dia mengayunkan ke dalam tubuhnya. Dia harus berhati-hati untuk tidak menyemburkan spermanya saat menyaksikan kedua wanita ini bergantian melayani penis Johan bagaikan sebuah permen yang lezat. Dia berharap andaikan itu adalah penis miliknya.<br />
<br />
Dina mengeluarkan suara basah yang berisik saat mengoral pria. Dany menyukai suara itu dan kadang menjadi terangsang ketika mendengar orang lain yang ‘berisik saat menyantap hidangannya’. Dina tahu kalau oral seks yang basah adalah oral seks yang baik. Dany suka pada ekspresi takjub Kiki saat melihat wanita lain sedang mengoral adik iparnya. Kiki menjilat bibirnya sendiri dan Dany tahu kalau Kiki sedang menantikan gilirannya untuk menikmati batang daging yang lembut itu ke dalam mulutnya lagi.<br />
<br />
Dany menyaksikan kepala Dina bergerak naik turun bagaikan seorang yang profesional. Dina mengeluarkan mainannya dari mulutnya sepenuhnya, dan menatap tepat pada mata indah Kiki. Kiki tertawa kecil lalu tersenyum lebar, menggenggamkan tangannya pada batang keras yang berada tepat di bawah wajah Dina. Sebelum dia memasukkan kembali batang itu ke dalam mulutnya, wajah kedua wanita ini saling mendekat dan mencium satu sama lain. Ini terjadi begitu natural, hampir seperti tak mereka rencanakan.<br />
<br />
Para wanita memiringkan kepalanya masing-masing dan saling membuka mulut untuk satu sama lainnya, menikmati rasa manis saat lidah mereka saling melilit dan air liurnya bercampur. Saat itu semua terjadi, suara dalam kepala Kiki berteriak pada dirinya The, “Apa yang kamu lakukan?! Apa yang sedang kamu lakukan?!” Tapi itu sudah menjadi ‘suara bisu’ yang tak lagi di dengarnya, bahkan saat semua ini berawal. Bahkan, dia hanya mengikuti kemana alur ini menyeretnya masuk pada pesta ini, dan sekarang ini, melakukan sebuah French Kiss dengan satu-satunya wanita yang seksi selain dirinya di malam ini, di rumah ini, dan terjadi begitu saja secara alami dan sangat menggairahkan.<br />
<br />
Dany nggak mampu mempercayai apa yang dia lihat. Dina menaruh tangannya di pipi Kiki, membelainya dengan lembut saat mereka berciuman, penuh dengan gairah. Dany sering meminta agar Dina mempertimbangkan untuk membawa wanita lain dalam permainan cinta mereka. Dina selalu menggelengkan kepala tanda nggak setuju. Sekarang…<br />
<br />
Kedia wanita ini menghentikan ciuman mereka dan mulut Kiki berganti membungkus batang penis Johan. Dina menarik nafas dengan berat, benaknya kacau. Dia nggak pernah punya keinginan untuk melakukan hal tadi pada kegiatan seksual yang nyata. Bahkan sekarang, dia tidak merasa bahwa dirinya tertarik untuk jadi biseksual. Dia menikmati ciuman tadi, ya. Tapi itu tidak membuatnya mengkatagorikan dirinya sebagai seseorang yang lain. Baginya ini adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan di saat yang tepat.<br />
<br />
Johan nggak mampu menahannya lebih lama lagi. Penisnya sudah dioral lebih dari sepuluh menit, dan dia sudah berusaha sebisanya untuk menahan orgasmenya, ini sudah melampaui dari yang bisa ditahan oleh pria manapun. Dengan lidahnya yang masih terkubur dalam lembutnya bibir vagina Kiki, dia berejakulasi dalam salah satu mulut wanita ini. Dia nggak tahu pasti mulut siapa, tapi dia juga sudah nggak peduli lagi. Sepuluh menit berlalu dan itu adalah pengalaman terbaik.<br />
<br />
Kiki mulai merasakan orgasmenya mulai datang tak lama berselang setelah Johan, dan dia menggesekkan selangkangannya pada wajah Johan dan daging kenyalnya ke bibir dan hidung Johan. “Oh! Ohhh!” Kiki dapat mendengar erangannya sendiri.<br />
<br />
Johan keluar dengan hebatnya dalam mulut Dina. Dia menelan sebagian sperma itu, tapi menyisakan cukup untuk teman barunya. Kembali lagi, mulut kedua wanita ini saling merapat untuk sebuah ciuman penuh gairah, kali ini saling bertukar cairan sperma yang putih dan kental. Hal ini lebih dari cukup bagi Dany dan dia meledak, samar-samar sadar jika kedua wanita ini juga mengalami hal yang sama.<br />
<br />
Keempatnya rubuh saling bertindihan. Mereka merangkak dan menggerakkan tubuh lelah mereka untuk merebahkan kepala pada bantal, telanjang dan menatap langit-langit. Nafas berat, tersengal, hanya suara nafas yang memenuhi senyapnya kamar ini. Para pria rebah di kedua sisi ranjang, dengan para wanita diapit di tengahnya.<br />
<br />
Setelah beberapa menit beristirahat, Dina setengah bangkit dan bergerak menindih Kiki, tangannya membelai rambut Kiki sambil keduanya saling bertatapan. Para pria hanya menyaksikan dengan seksama, menahan nafas.<br />
<br />
“Belum pernah aku melakukan dengan…” Kiki memulai, tapi Dina dengan lembut memotongnya dengan “shhh…”<br />
<br />
Dia semakin merapat dan membisikkan, “Aku juga.” Saling memejamkan mata, kedua wanita ini berciuman lagi. Kali ini, ciuman yang perlahan, pada awalnya hanya sentuhan bibir dengan penuh rasa kewanitaan dan saling melumat lembut. Dan semakin bergerak cepat, mulut terbuka cukup untuk lidah mereka saling menyentuh dan menari. Posisi kepala mereka berganti, kedua bibir semakin masuk ke dalam untuk menyentuh bagian mulut mereka yang paling pribadi. Dengan cepat mereka saling berciuman layaknya dua orang kekasih, dan untuk pertama kalinya Dina mengeksplorasi wanita cantik ini. Jika sebelumnya Kiki menilai Ahmad adalah serang yang hebat ciumannya…<br />
<br />
Kiki nggak tahu apa yang tengah terjadi, tapi dia tahu kalau dia menyukai apapun ini. Ciuman antara wanitanya dengan Dina adalah ciuman yang paling erotis yang pernah dilakukannya dengan seorang manusia. Sekujur tubuhnya bergetar oleh kenikmatan dari erotisnya sebuah ciuman yang tabu. Dia merasakan sebuah tangan wanita yang kecil, nikmat, menelusuri badannya, bergerak naik ke arah payudaranya, ibu jari yang memainkan putingnya dengan penuh rasa nikmat.<br />
<br />
Kiki membawa tangan kirinya pada kepala Dina, menariknya lebih merapat untuk sebuah ciuman yang lebih mendalam. Tangannya yang satunya lagi mencengkeram payudara Dina, meresapi lembutnya kekenyalan daging wanita lain untuk pertama kalinya. Payudara Dina lebih kencang dibandingkan dengan miliknya, tapi kulitnya terasa luar biasa lembut.<br />
<br />
Jemari Dina bermain di tubuh wanita lain, menari di atas rambut di atas selangkangan wanita lain. Kiki melenguh dalam mulut Dina dan harus menghentikan lumatan bibir mereka. Mendengar reaksi dari seorang wanita lain karena rangsangannya mengirimkan sebuah kejangan kecil dalam vaginanya sendiri.<br />
<br />
Para pria menyaksikan saat kedua wanita ini saling bermain satu sama lain, mengeksplorasi tubuh lembut mereka dengan tangan dan, tak lama kemudian dengan mulut dan lidah mereka. Johan nggak bisa mempercayai kalau dia menyaksikan istri kakaknya menghisap puting wanita lain, mempermainkan dengan lidahnya yang panjang.<br />
<br />
Saat ciuman dan hisapan Dina mulai bergerak turun menyusuri lekukan tubuh Kiki menuju ke arah vaginanya yang terbakar, para pria hampir tidak bisa menguasai diri, mata isteri Hendra terpejam rapat rintihannya terdengar seperti. “Mmmmmm-uh! Ngh! Uh! Yyaaa…”<br />
<br />
Merasakan sentuhan pipi dari seorang wanita lain pada sisi bagian dalam dari pahanya adalah sebuah perasaan yang akan dialaminya, dan tidak pernah menyangka jika dia menyukainya. Sekarang, dia merasa nggak cukup hanya dengan semua ini. Dina pasti sudah berbohong saat mengatakan kalau dia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, karena semua yang dilakukannya membawa sebuah sensasi yang bahkan tidak dibayangkannya jika ini bisa tercipta dari sepasang bibir, sebuah lidah, dan kedua jari.<br />
<br />
Dina sendiri, di sisi yang lain, sudah sangat basah di antara pahanya saat dia memberi jilatan pada daging manis dan empuk milik teman wanitanya ini. Dia kini tahu kenapa pria suka pada vagina yang tercukur bersih. Dia dapat menarikan lidah bibirnya berulang-ulang di atas lembutnya keseluruhan bagian dari daging vagina, menghisap daging di sekitar kelentitnya untuk membawanya tinggi dan semakin tinggi. Dina menyentuh dan menjilat Kiki sangat tepat pada bagian di mana dia tahu kalu dia sendiri akan menyukainya, dan suara erotis yang keluar dari bibir Kiki serasa sebuah penghargaan untuk apa yang dilakukan kepadanya.<br />
<br />
“Oh Tuhan, Dina! Rasanya s-sangat en-naakk! Ya! Jilat vaginaku, sayang- ohhhhhh… Ya, ya, ya! Oh, lagi, yes! Uh, uhhhh!” ingin rasanya tangan Dina bergerak ke vaginanya sendiri, tapi ditahannya. Dia ingin memberikan perhatiannya 100% pada kekasih wanitanya ini, memanjakan kewanitaan Kiki dengan kedua tangannya saat lidahnya menari dan menyapu kelentitnya yang sensitivf.<br />
<br />
“Oh sayang, Dina, ohhhhh! Aku mau punyamu juga… aku ingin menjilat vaginamu! B-balikkan tubuhmu, kekasihku! Berputarlah… ohhhh… dan biarkan aku menjilatmu j-jugaa…”<br />
<br />
Para pria perlahan mulai megocok batang penisnya yang kembali mengeras, dengan mata yang terbuka lebar menyaksikan para wanita saat berputar mengatur posisinya untuk sebuah 69 yang sangat merangsang. Ini nggak nyata. Ini nggak mungkin terjadi! Tapi semuanya sedang terjadi.<br />
<br />
Merasakan untuk pertama kalinya rasa dari seorang wanita sangat menggoda. Dina terasa berbeda dibandingkan dirinya, tapi sama sekali bukan sebuah rasa yang buruk. Dari vagina yang tak berambut Dina terasa campuran rasa asin dari sperma milik Dany dengan sebuah rasa yang akrab tapi masih terasa asing. Secara perlahan Kiki menemukan iramanya, dan seperti halnya semua kejadian malam ini, dia melakukannya secara alami.<br />
<br />
Setiap kali, kedua wanita ini menarik kepalanya dari vagina masing-masing untuk melenguh, mengerang dan mengambil nafas. Saat itu terjadi, para pria disuguhi pemandangan yang erotis di hadapan mereka, dagu yang terlumuri oleh madu cinta masing-masing, sebelum kemudian saling menyelam kembali. Mereka saling memberi orgasme yang berkesinambungan sebelum akhirnya Dina bangkit dan berkata dalam suara bisikan yang bergetar lirih, “Johan… kenapa kamu nggak… ke belakangku dan-mmmm… masukkan… penismu yang indah itu ke dalam vaginaku… ohhhhh…”<br />
<br />
Dia melakukan seperti apa yang diperintahkan padanya, dirasakannya lidah Kiki menjilati sepanjang batang penisnya saat dia mengarahkan ke pintu masuk vagina Dina. Dany nggak mau menunggu untuk diminta melakukan hal yang sama pada wanita satunya yang sudah menikah, dan segera saja, keempatnya saling memainkan sebuah babak lagi dari malam yang penuh kenikmatan surgawi ini.<br />
<br />
Kiki menengadah ke atas dan melihat saat buah zakar adik iparnya menampari untaian kecil dari rambut di selangkangan Dina. Kiki menjilat dan menghisapi semua yang ada di hadapannya sambil menyaksikan batang penis Johan meluncur keluar masuk dalam vagina Dina, berkilat dank keras dan seakan sedang mengamuk. Dia sendiri merasakan penis Dany membelah bibir vaginanya untuk yang ketiga kalinya malam ini, dan dia merasa kalau tak lama lagi orgasmenya segera meledak.<br />
<br />
Bagaimana mungkin dia bisa kembali pada kehidupan perkawinannya?<br />
<br />
Dengan cepat, keempatnya mulai merasa sangat kelelahan dan tak satupun yang bisa melakukan sesuatu kecuali terlelap dalam tidur tidur yang nyenyak, saling berpelukan dengan telanjang antara lembutnya tubuh wanita dan kerasnya tubuh kekar pria.<br />
<br />
*****<br />
<br />
Kiki bangun pertama kali keesokan paginya dan menemukan dirinya meringkuk manja dalam pelukan hangat Johan. Kamar ini, yang dikelilingi sebagian besar oleh jendela dibanjiri oleh rasa hangat dari sinar mentari pagi yang baru terbit.<br />
<br />
Saat dia berbalik dalam pelukannya, mata Johan yang masih ngantuk mulai terbuka dengan malas dan kemudian tersenyum padanya. Kiki teringat semua kejadian semalam, dia tidak bercinta dengan pria ini, belum.<br />
<br />
Kiki mencium bibirnya dengan mesra dan berbisik, “Johan, terima kasih untuk yang semalam.” Dia berusaha hati-hati agar tidak membangunkan Dany dan Dina di sisi lain ranjang ini. “Rasanya… sangat indah dan manakjubkan.”<br />
<br />
Mereka saling berciuman lagi, dan tiba-tiba perasaan sedikit bersalah merasuki Kiki. Sekarang sudah pagi. Sekarang waktu untuk kembali ke kehidupannya yang normal sebagai seorang isteri yang setia dan mengabdi. Tapi hasratnya bercampur dengan kebimbangan dan itu terlalu berat untuk dihadapinya. Dia berbisik, “Kita tidak boleh menceritakan hal ini pada Hendra.”<br />
<br />
Johan, menganggapnya tentang kejadian pada malam sebelumnya, dan dia terkejut saat Kiki menggerakkan kakinya melewati tubuhnya dan kemudian menindihnya. Seakan takdir sudah digariskan, dia sudah ereksi dan siap untuk melaju, tubuhnya yang masih terasa pegal sudah jadi persoalan yang lain lagi. Dan tentu saja, semua itu sirna dalam sekejap begitu bidadari yang gemulai ini mulai merendahkan selangkangannya beserta vaginanya yang lembut dan sudah basah turun ke arah kerasnya batang kejantanannya.<br />
<br />
Johan mengerang dan tubuh Kiki bersandar ke depan, wajah bidadari ini hanya beberapa senti saja dari wajahnya, dan berbisik pelan, “Shhh…” sebelum memberinya sebuah ciuman ringan.<br />
<br />
Johan selalu menganggap kalau Hendra akan tetap sendiri selamanya. Karena dia mempunyai prinsip bahwa hidup membujang terlalu berharga untuk ditukar pada seorang wanita saja. Dan kemudian Kiki muncul dan mencuri hatinya. Dan baru sekarang dia benar-benar mengerti betapa sungguh wanita ini mampu menawan hatinya. Dia memiliki semangat hidup yang tinggi dan percaya diri yang tinggi untuk menjalani hidup ini dengan caranya dan itu tidak pernah menjadi memalukan karenanya… Dia cantik, lucu, cerdas, dan bercinta layaknya wanita panggilan seharga 1 milyar. Semua yang kamu impikan dari seorang wanita. Seandainya dirinya adalah Hendra, dia akan secepatnya berhenti dari pekerjaannya begitu perusahaannya mengirimnya dinas ke luar kota meskipun untuk dua hari saja.<br />
<br />
Menyadari betapa salahnya karena bersetubuh dengan isteri kakaknya sama sekali tidak mengurangi kenikmatan dalam melakukannya, malah nyatanya yang dirasakan adalah sebaliknya… Disamping rasa sakit karena ereksinya, dia merasa bersukur karena dia telah mengalami orgasme berulang kali semalam tadi karena sekarang, dia bisa merasakan kenikmatan tak terperi dari rasa vagina Kiki yang selembut beludru lebih lama lagi.<br />
<br />
Kedua insan ini berusaha bercinta dengan ‘tidak berisik’ sebisa mungkin, tapi tak lama kemudian Dina dan Dany mulai terbangun dari tidur lelapnya.<br />
<br />
Dina hanya berbaring saja di atas ranjang, dalam dekapan Dany, dan menyaksikan pemandangan indah dari dua pasang pecinta muda di depannya. Mata Kiki perlahan terpejam, kepalanya mendongak ke belakang untuk menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya. Tangannya bersandar pada dada Johan, dan tangan Johan memegangi pinggang langsing Kiki. Dina merasa mulai basah dan dia tersenyum saat merasakan bibir Dany menjalari samping leher dan bahunya. Dany mulai memasukinya dari belakang, dan keempat insan itu perlahan mulai saling bersetubuh. Pagi masih sangat dini…<br />
<br />
Kiki mendengar rintihan dari sisi lain ranjang ini. Dia menoleh dan bertemu dengan tatapan mata Dina. Buyar sudah ayunan dan goyangan pelan yang mereka lakukan dibalik selimut, dan Kiki tertawa pada dirinya sendiri. Dina sungguh terlihat cantik. Sinar matahari pagi yang menyorot dari jendela, menyinari rambut hitam legamnya yang panjang dan membuatnya berkilau indah. Setelah apa yang mereka lakukan semalam tadi, Kiki tahu bahwa Dina tak beda dengan dirinya.<br />
<br />
Dia merasa malu sendiri, memikirkan tentang itu semua, rasa dari vagina wanita lain sekilas melintas dalam benaknya. Dina, sepertinya dapat menebak apa yang dipikirkan oleh wanita di sampinya ini, dia berikan sebuah senyuman dan mengedipkan mata padanya, lalu pejamkan matanya dan berkonsentrasi pada batang penis yang keras di belakangnya.<br />
<br />
Irama percintaan pagi ini terasa berbeda jauh dengan persetubuhan liar semalam. Kiki mengayun pinggulnya naik turun pelan dan panjang, ingin benar benar diresapinya rasaka dari setiap mili batang penis adik iparnya di bawah tubuhnya. Serasa setiap gerakan dipenuhi rasa dahaga dan sayang. Di sisi lain dari ranjang ini tampak Dany yang mengayun Dina dari belakang.<br />
<br />
Kemesraan terasa memenuhi kamar ini, guyuran sinar matahari tampak semakin membuat tubuh-tubuh basah oleh keriangat terlihat indah tiap lekuknya menyilaukan. Irama keempat insan ini seiring, mendaki kenikmatan terakhir, mereka sadar ini adalah sesi terakhir untuk hari ini dan waktu tak lagi mau kompromi.<br />
<br />
Suara erangan, desahan, rintihan dari puncak kenikmatan yang sekali lagi direguk mereka kembali terdengar keluar lepas dari mulut mereka seiring dengan orgasme pertama dan terakhir dipagi ini. Ingin rasanya surga ini tak berujung tapi bagaimanapun juga waktu sudah menghadang. Setelah beberapa waktu beristirahat meredakan nafas yang memburu, mereka berjalan berangkulan menuju ke kamar mandi, suara kicau burung mengiringi langkah kaki mereka untuk membersihkan tubuh dari peluh dosa termanis, untuk kembali ke kehidupan masing-masing lagi…<br />
<br />
*****<br />
<br />
Di depan pintu keluar, keempatnya saling mengucapkan salam perpisahan. Kiki mencium kedua pipi Dany dan berkata, “Terima kasih untuk yang semalam. Aku… sangat bahagia karena kamu sangat bersedia tidur dengan seorang wanita yang sudah menikah.” Dany tertawa lepas oleh kiasan jujur tersebut, dan mengangguk membalas pernyataan terima kasih itu.<br />
<br />
Kemudian, Kiki memeluk Johan dan berkata, “Ingat, jangan pernah menyinggung hal sekecil apapun tentang ini lagi.”<br />
<br />
Johan pura-pura menutup resleting di bibirnya mengunci dan kemudian membuang jauh kuncinya. Kiki tertawa lepas karenanya, pura-pura ‘menangkap kembali kunci yang dibuang tadi’, dan ‘membuka’ mulut Dany. “Satu ciuman lagi untuk perpisahan?”<br />
<br />
Ciuman perpisahan Kiki sama bergairahnya dengan ciuman pertamanya, di sofa, sehari yang yang lalu.<br />
<br />
Ketika ciuman itu berakhir, mata mereka saling menatap untuk beberapa waktu yang terasa tak nyaman, kemudian dia ‘mengunci’ mulutnya kembali.<br />
<br />
Dina dan Dany asik sendiri dengan ciuman perpisahn mereka, dan Kiki harus memisahkan mereka. “Pulang bareng mobilku, kan?” tanyanya pada Dina.<br />
<br />
“Ya, kalau nggak merasa keberatan.”<br />
<br />
“Tidak sama sekali,” Kiki tersenyum. “Dengan senang hati.”<br />
<br />
Dina memberi Johan ciuman kecil di bibir dan bilang, “Ku telpon nanti.”<br />
<br />
Kemudian dalam perjalanan pulang hanya saling berdiam diri tanpa kata. Kedua wanita ini tahu apa yang akan diucapkan tapi saling menunggu. Akhirnya, Dina memecahkan kesunyian. “Hey, aku rasa, mungkin nanti kita bisa keluar bareng lagi… ke kafe atau hanya jalan-jalan ke mal.”<br />
<br />
“Kelihatannya menyenangkan,” jawab Kiki, berharap itu akan terdengar tulus.<br />
<br />
Dia terlihat kurang percaya. “Dengar, Kiki, aku sangat menyukaimu…”<br />
<br />
Kiki merona karenanya, dan baru saja dia akan mengucapkan sesuatu ketika Dina memotongnya: “Bukan, nggak seperti itu.” tawanya terdengar natural. “Maksudku, ya itu memang menyenangkan, tapi…” tawanya mulai terdengar sedikit nervous, dan dia menggelengkan kepala, “Tapi aku nggak bermaksud begitu. Maksudku… kamu adalah wanita pertama yang sangat ku inginkan jadi temanku. Dan… ku harap kejadian semalam tidak merusak hal tersebut.”<br />
<br />
Kiki menganggap sangat serius apa yang diucapkan oleh wanita ini. Akhirnya dia mengangguk. Dia percaya padanya. Dia tidak manangkap ada maksud tersembunyi dibalik ucapannya. Dan pada kenyataan sesungguhnya Kiki juga menyukai Dina.<br />
<br />
Sebenarnya Dina mulai merasakan air mata di matanya ketika wanita di depannya ini mengangguk, dan tiba-tiba sebuah beban yang berat terangkat dari bahunya. Dia merasa bebas dan dia mendapatkan seorang sahabat baru. Mereka saling bertukar nomer telpon sebelum sampai di apartemen Dina<br />
<br />
“Apa yang akan kamu lakukan pada Hendra?” Tanya Dina ketika mereka berhenti di depan pintu apartemennya.<br />
<br />
“Mungkin aku akan ceritakan padanya… suatu saat nanti. Tapi tidak saat ini. Dan kurasa, juga tidak untuk waktu dekat.”<br />
<br />
Dina mengangguk dan kedua wanita ini saling berpelukan. Lalu mata mereka saling bertemu dan gairah kembali menyala. Kiki menatap bibir Dina, yang hanya beberapa senti dari bibirnya, basah dan sedikit terbuka. Untuk beberapa saat yang Kiki inginkan sepenuhnya adalah merasakan bibir lembut itu pada bibirnya. Ciuman yang akan terjadi secara natural.<br />
<br />
Dan waktu berlalu lalu kedua wanita ini tertawa sendiri. “Ku telpon nanti,” kata Dina, keluar dari mobil dan berlari kecil menuju pintu depan apartemennya.<br />
<br />
Hendra menelpon dari hp tak lama setelah Anggie tiba dari apartemen Dina.<br />
<br />
“Apa aku membangunkanmu, sayang?” tanyanya. Sekarang baru jam 7 pagi.<br />
<br />
“Nggak. Aku sudah bangun dari tadi. Nggak bisa tidur semalam.”<br />
<br />
“Maafkan aku. Apa kamu sakit?”<br />
<br />
“Nggak… hanya butuh istirahat saja.”<br />
<br />
“Menyenangkan nggak sama adikku dan teman-temannya?”<br />
<br />
“Yah,” jawabnya, wajahnya memerah oleh rasa bersalah. “Aku senang kamu sudah memaksaku untuk pergi.”<br />
<br />
“Oh, aku nggak menyuruhmu melakukan apapun,” dia tertawa. Wajah Kiki sedikit merona. “Tapi aku senang kamu bisa menikmatinya. Mungkin kamu bisa keluar lebih sering lagi, sekarang kamu sudah menemukan kesenangan lain di luar rumah.” Oh, ironis.<br />
<br />
“Mungkin,” jawabnya dengan pikiran jauh berada entah dimana. “Tapi ku rasa perjalanannya sedikit terlalu jauh jaraknya.”<br />
<br />
“Ya, aku tahu maksudmu.” Dalam jedanya sejenak, yang memenuhi pikirannya hanyalah kenikmatan dari pesta seks yang telah dialaminya, dan bagaimana dia tidak akan mengulanginya lagi, tak akan pernah. “Hey, Kiki, coba tebak?”<br />
<br />
“Apa?”<br />
<br />
“Ini adalah perjalanan dinas ke luar kotaku yang terakhir kalinya!”<br />
<br />
“Benarkah?” Oh ku mohon, ya!<br />
<br />
“Benar. Aku katakan pada mereka kalau perjalanan-perjalanan dinas itu benar benar membuatku kecapaian. Ku katakan pada mereka aku akan berhenti dan keluar kalau mereka mengirimku ke luar kota lagi.”<br />
<br />
“Dan?”<br />
<br />
Dia tertawa. “Aku berhenti.”
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-9451004869746909792012-10-17T17:20:00.001-07:002012-10-17T19:04:10.450-07:00Alamat Salon Plus Plus Informasi mengenai: Alamat <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul: Alamat <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus</a> <br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;">Menantu Yang Menggiurkan</span> <br />
<br />
Frans, 56 tahun, dengan perutnya gendut yang kebanyakan minum bir, kepalanya mulai botak dan sudah menduda selama 10 tahun. Setelah rumahnya dijual untuk membayar hutang judinya, dia terpaksa datang dan menginap di rumah putranya yang berumur 28 beserta menantu perempuannya. Sekarang dia harus menghabiskan waktunya dengan pasangan muda tersebut sampai dia dapat menemukan sebuah rumah kontrakan untuknya.<br />
<br />
Diketuknya pintu depan dan Ester, menantu perempuannya yang berumur 24 tahun, muncul memakai celana pendek putih dan kemeja biru dengan hanya tiga kancing atasnya yang terpasang, memperlihatkan perutnya yang rata. Rambutnya yang berombak tergerai sampai bahunya dan mata indahnya terbelalak menatapnya.<br />
<br />
“Papi, aku pikir papi baru datang besok, mari masuk”, katanya sambil berbalik memberi Frans sebuah pemandangan yang indah dari pantatnya.<br />
<br />
Dengan tingginya yang 175 itu, dia terlihat sangat cantik. Dia mempunyai figur yang sempurna yang membuat lelaki manapun akan bersedia mati untuk dapat bercinta dengannya.<br />
<br />
“Johan masih di kantor, sebentar lagi pasti pulang.”<br />
<br />
“Kupikir aku hanya nggak mau ketinggalan bus”, kata Frans sambil duduk.<br />
<br />
“Nggak apa-apa”, jawab Ester, membungkuk ke depan untuk mengambil sebuah mug di atas meja kopi.<br />
<br />
Dengan hanya tiga kancing yang terpasang, itu memberi Frans sebuah pemandangan yang bagus akan payudaranya, kelihatan sempurna. Memperhatikan hal tersebut menjadikan Frans ereksi dengan cepat, dan dia harus lebih berhati-hati untuk menyembunyikan reaksi tubuhnnya. Ester duduk di sofa di depan Frans dan menyilangkan kakinya, memperlihatkan pahanya yang indah. Posisi duduknya yang demikian membuat pusarnya terlihat jelas ketika dia mulai bertanya pada Frans tentang perjalanannya dan bagaimana keadaannya.<br />
<br />
“Perjalanan yang melelahkan”, Frans menjawab sambil matanya menjelajahi dari kepala hingga kaki pada keindahan yang sedang duduk di depannya.<br />
<br />
Sudah lebih dari 5 tahun sejak Frans berhubungan seks untuk terakhir kalinya. Setelah isterinya meninggal, Frans sering mencari wanita panggilan. Tetapi hal itu semakin membuat hutangnya menumpuk, dan dia tidak mampu lagi untuk membayarnya. Ester menyadari kalau kemejanya memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya pada mertuanya, maka dia dengan cepat segera membetulkan kancing kemejanya.<br />
<br />
“Aku harus ke atas, mandi dan segera menyiapkan makan malam. Anggap saja rumah sendiri”, katanya sambil berjalan naik ke tangga.<br />
<br />
Mata Frans mengikuti pantat kencangnya yang bergoyang saat berjalan di atas tangga dan dia tahu bahwa dia memerlukan beberapa ‘format pelepasan’ dengan segera. Kemudian telepon berbunyi. Frans mengangkatnya.<br />
<br />
“Halo”<br />
<br />
“Hallo, ini papi ya?”, itu Johan.<br />
<br />
“Ya Jo”, jawab Frans.<br />
<br />
“Pi, aku khawatir harus meninggalkan papi untuk urusan bisnis dan mungkin nggak akan kembali sampai Senin. Ada keadaan darurat. Maafkan aku soal, ini tapi papi bisa kan bilang ini ke Ester, aku harus mengejar pesawat sekarang. Maafkan aku tapi aku akan telepon lagi nanti”. Mereka mengucapkan selamat jalan lalu menutup teleponnya.<br />
<br />
Frans memutuskan untuk menaruh koper-kopernya. Dia berjalan ke atas, melewati kamar tidur utama, terdengar suara orang yang sedang mandi. Frans menaruh koper-kopernya dan pelan-pelan membuka pintu kamar tidur itu lalu menyelinap masuk. Ada sepasang celana jeans berwarna biru di atas tempat tidur, dan sebuah atasan katun berwarna putih. Frans mengambil atasan itu dan menemukan sebuah pakaian dalam wanita dibawahnya. Ini sudah cukup. Diambilnya celana dalam itu, membuka resliting celananya, dan mulai menggosok kemaluannya dengan itu. Jantungnya berdebar mengetahui menantu perempuannya sedang berada di kamar mandi di sebelahnya selagi dia sedang memakai celana dalamnya untuk ‘format pelepasan’ dirinya. Dipercepatnya gerakannya sambil mencoba membayangkan seperti apa Ester saat di atas tempat tidur, dan bagaimana rasanya mendapatkan Ester bergerak naik turun pada penisnya.<br />
<br />
Frans hampir dekat dengan klimaksnya ketika dia mendengar suara dari kamar mandi berhenti. Dengan cepat Frans menaruh pakaian itu ke tempatnya semula dan keluar dari kamar itu. Dia menutup pintunya, tapi masih membiarkannya sedikit terbuka. Baru saja dia keluar, Ester muncul dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang membungkus tubuhnya. Frans bisa langsung orgasme hanya dengan melihatnya dalam balutan handuk itu, lalu dia tahu dia akan mendapatkan yang lebih baik lagi.<br />
<br />
Ester melepas handuknya, membiarkannya jatuh ke lantai, tidak mengetahui kalau mertuanya yang terangsang sedang mengintip tiap geraknya. Dia mendekat ke pintu, saat dia pertama kali melihatnya Frans memperoleh sebuah pemandangan yang sempurna dari pantat yang sangat indah itu. Kemudian Ester memutar tubuhnya yang semakin mempertunjukkan keindahannya. Vaginanya terlihat cantik sekali dihiasi sedikit rambut dan payudaranya kencang dan sempurna, seperti yang dibayangkan Frans. Dia mulai mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, membuat payudaranya sedikit tergoncang dari sisi ke sisi. Frans menurunkan salah satu kopernya dan menggunakan tangannya untuk mulai mengocok penisnya lagi. Ester yang selesai mengeringkan rambutnya, mengambil celana dalamnya dan membungkuk ke depan untuk memakainya.<br />
<br />
Saat melakukannya, Frans mendapatkan sebuah pemandangan yang jauh lebih baik dari pantatnya, dan dia tidak lagi mampu mengendalikan dirinya, dia bisa langsung masuk ke dalam sana dan menyetubuhinya dari belakang. Lubang anusnya yang berwarna merah muda terlihat sangat mengundang ketika pikiran Frans membayangkan apa Ester mengijinkan putranya memasukkan penisnya ke dalam lubang itu. Ketika dia membungkuk untuk memakai jeansnya, gravitasi mulai berpengaruh pada payudaranya. Penglihatan ini mengirim Frans ke garis akhir, saat dia menembakkan spermanya ke seluruh celana dalamnya. Pelan-pelan Frans mengemasi baarang-barangnya dan dengan cepat memasuki kamarnya sendiri untuk berganti pakaian.<br />
<br />
Sesudah makan malam, mereka berdua pergi ke ruang keluarga untuk bersantai.<br />
<br />
“Kenapa tidak kita buka sebotol wine. Aku menyimpannya untuk malam ini buat Johan tapi karena sekarang dia tidak pulang sampai hari Senin, kita bisa membukanya”, kata Ester sambil berjalan ke lemari es.<br />
<br />
“Ide yang bagus”, jawab Frans memperhatikan Ester membungkuk ke depan untuk mengambil botol wine. Ketika Ester mengambil gelas di atas rak, atasan putihnya tersingkap ke atas, memberi sebuah pandangan yang bagus dari tubuhnya. Atasannya menjadikan payudaranya terlihat lebih besar dan jeansnya menjadi sangat ketat, memperlihatkan lekukan tubuhnya. Frans tidak bisa menahannya lagi. Dia harus bisa mendapatkannya. Sebuah rencana mulai tersusun dalam otak mesumnya.<br />
<br />
Dua jam berbicara dan mulai mabuk saat alkohol mulai menunjukkan efeknya pada Ester. Dengan cepat topik pembicaraan mengarah pada pekerjaan dan bagaimana Ester sedang mengalami stress belakangan ini.<br />
<br />
“Kenapa kamu tidak mendekat kemari dan aku akan memijatmu”, tawar Frans. Ester dengan malas berkata ya dan pelan-pelan mendekat pada Frans dan berbalik pada punggungnya lalu tangan Frans mulai bekerja pada bahunya.<br />
<br />
“Oohh, ini sudah terasa agak baikan”, dia merintih.<br />
<br />
Frans tetap memijat bahunya ketika perasaan mendapatkan Ester mulai mengaliri tubuhnya, membuat penisnya mengeras. Mata Ester kini terpejam saat dia benar-benar mulai menikmati apa yang sedang dilakukan Frans pada bahunya. Pantatnya kini berada di atas penis Frans, membuat Frans ereksi penuh.<br />
<br />
“Oohh, aku tidak bisa percaya bagaimana leganya perasaan ini, papi sungguh baik”.<br />
<br />
“Ini keahlianku”, jawab Frans saat dia pelan-pelan mulai menggosokkan penisnya ke pantat Ester.<br />
<br />
Ester menyadari apa yang sedang terjadi. Dia tidak menghiraukan apa yang Frans lakukan dengan pijatannya yang mulai ‘salah’ itu. Dia sangat mencintai suaminya dan tidak pernah akan mengkhianati dia. Dan bayangan tidur dengan mertuanya sangat menjijikkannya. Dia meletakkan kedua tangannya pada kaki Frans saat mencoba untuk melepaskan dirinya dari penis Frans. Tapi dengan gerakan malasnya, hanya menyebabkannya menggerakkan pantatnya naik turun selagi dia menggunakan tangannya untuk menggosok paha Frans. Tahu-tahu dia merasa sangat bergairah, dan dia ingin Johan ada di sini agar dia bisa segera bercinta dengannya. Frans tahu dia telah mendapatkannya.<br />
<br />
“Ini mulai terasa nggak nyaman untuk aku, kenapa kita tidak pergi saja ke atas”, ajak Frans .<br />
<br />
“Baiklah, aku belum merasa lega benar, tapi sebentar saja ya, sebab aku nggak mau membuat papi lelah”.<br />
<br />
Ketika mereka memasuki kamar tidur, Frans menyuruhnya untuk membuka atasannya agar dia bisa menggosokkan lotion ke punggungnya. Dia setuju melepasnya dan dia memperlihatkan bra putihnya yang menahan payudaranya yang sekal. Gairahnya terlihat dengan puting susunya yang mengeras yang dengan jelas terlihat dari bahan bra itu. Apa yang Ester kenakan sekarang hanya bra dan jeans ketatnya, yang hampir tidak muat di pinggangnya. Ester rebah pada perutnya ketika Frans menempatkan dirinya di atas pantatnya.<br />
<br />
“Begini jadi lebih mudah untukku”, kata Frans saat dia dengan cepat melepaskan kemejanya dan mulai untuk menggosok pinggang dan punggung Ester bagian bawah. Alkohol telah berefek penuh pada Ester ketika dia memejamkan matanya dan mulai jatuh tertidur.<br />
<br />
“Oohh Johan”, dia mulai merintih.<br />
<br />
Frans tidak bisa mempercayainya. Di sinilah dia, setelah 5 tahun tanpa seks, di atas tubuh menantu perempuannya yang cantik dan masih muda dan yang dipikirnya dia adalah suaminya. Pelan-pelan dilepasnya celananya sendiri, dan membalikkan tubuh Ester. Frans pelan-pelan mencium perutnya yang rata saat dia mulai melepaskan jeans Ester dengan perlahan. Vagina Ester kini mulai basah saat dia bermimpi Johan menciumi tubuhnya. Dengan hati-hati Frans melepas jeansnya dan mulai menjalankan ciumannya ke atas pahanya. Ketika dia mencapai celana dalam yang menutupi vaginanya, dia menghirup bau harumnya, dan kemudian sedikit menarik ke samping kain celana dalam yang kecil itu dan mencium bibir vagina merah mudanya. Vaginanya lebih basah dari apa yang pernah Frans bayangkan. Ester menggerakkan salah satu tangannya untuk membelai payudaranya sendiri, sedang tangan yang lainnya membelai rambut Frans .<br />
<br />
“Oohh Johan”, dia merintih ketika sekarang Frans menggunakan lidahnya untuk menyelidiki vaginanya. Penisnya akan meledak saat dia mulai menjalankan ciumnya ke atas tubuhnya.<br />
<br />
“Jangan berhenti”, bisik Ester.<br />
<br />
Dia sekarang menggerakkan penisnya naik turun di gundukannya, merangsangnya. Hanya celana dalam putih kecil yang menghalanginya memasuki vaginanya. Frans lebih melebarkan paha Ester, dan kemudian mendorong celana dalam itu ke samping saat dia menempatkan ujung penisnya pada pintu masuknya. Pelan-pelan, di dorongnya masuk sedikit demi sedikit ketika Ester kembali mengeluarkan sebuah rintihan lembut. Sudah sekian lama dia menantikan sebuah persetubuhan yang panas, dan sekarang dia sedang dalam perjalanan ‘memasuki’ menantu perempuannya yang cantik. Dia menciumi lehernya saat menusukkan penisnya keluar masuk. Dia mulai meningkatkan kecepatannya, saat dia melepaskan branya. Frans mencengkeram kedua payudara itu dan menghisap puting susunya seperti bayi. Perasaan ini tiba-tiba membawa Ester kembali pada kenyataan saat dia membuka matanya. Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat. Mertuanya sedang berada di atas tubuhnya, mendorong keluar masuk ke vaginanya dengan gerakan yang mantap, dan yang paling buruk dari semua itu, dia membiarkannya terjadi begitu saja.<br />
<br />
Frans melihat matanya terbuka, maka dia memegang kaki Ester dan meletakkannya di atas bahunya dengan jari kakinya yang menunjuk lurus ke atas. Kini dia menyetubuhinya untuk segala miliknya yang berharga.<br />
<br />
“Oh tidak… hentikan… oh… Tuhan… kita nggak boleh… tolong.. ooohhh”, Ester berteriak. Payudaranya terguncang seperti sebuah gempa bumi ketika Frans menyetubuhinya layakanya seekor binatang.<br />
<br />
“Hentikan pi… ini nggak benar… oohh Tuhan”, Ester berteriak dengan pasrah. Frans melambat, dia menunduk untuk mencium bibir Ester. Lutut Ester kini berada di sebelah kepalanya sendiri saat dia menemukan dirinya malah membalas ciuman Frans. Sesuatu telah mengambil alihnya. Lidah mereka kini mengembara di dalam mulut masing-masing ketika mereka saling memeluk dengan erat. Frans menambah lagi kecepatannya dan keluar masuk lebih cepat dari sebelumnya, Ester semakin menekan punggungnya. Frans berguling dan Ester kini berada di atas, ‘menunggangi’ penis Frans .<br />
<br />
“Oh Tuhan, papi merobekku”, kata Ester ketika dia meningkat gerakannya.<br />
<br />
“Kamu sangat rapat, aku bertaruh Johan pasti kesulitan mengerjai kamu”, jawabnya.<br />
<br />
Ini adalah vagina yang paling rapat yang pernah Frans ‘kerjai’ setelah dia mengambil keperawanan isterinya. Dia meraih ke atas dan memegang payudaranya, meremasnya bersamaan lalu menghisap puting susunya lagi.<br />
<br />
“Tolong jangan keluar di dalam… oohh… papi nggak boleh keluar di dalam”.<br />
<br />
Ester kini menghempaskan Frans jadi gila. Mereka terus seperti ini sampai Frans merasa dia akan orgasme. Dia mulai menggosok beberapa cairan di lubang pantat Ester. Dia kemudian menyuruh Ester untuk berdiri pada lututnya saat dia bergerak ke belakangnya, dengan penisnya mengarah pada lubang pantatnya.<br />
<br />
“Nggak, punya papi terlalu besar, aku belum pernah melakukan ini, Tolong pi jangan”, Ester menghiba berusaha untuk lolos.<br />
<br />
Tetapi itu tidak cukup untuk Frans. Sambil memegangi pinggulnya, dengan satu dorongan besar dia melesakkan semuanya ke dalam pantat Ester.<br />
<br />
“Oohh Tuhan”, Ester menjerit, dia mencengkeram ujung tempat tidur dengan kedua tangannya.<br />
<br />
Frans mencabut pelan-pelan dan kemudian mendorong lagi dengan cepat. Payudaranya tergantung bebas, tergguncang ketika Frans mengayun dengan irama mantap.<br />
<br />
“Oohh papi entotin yang keras”.<br />
<br />
“Aku tahu kamu suka ini”, jawab Frans, dia mempercepat gerakannya.<br />
<br />
Ester tidak bisa percaya dia sedang menikmati sedang ‘dikerjai’ pantatnya oleh mertuanya.<br />
<br />
“Lebih keras”, Ester berteriak, Frans memegang payudaranya dan mulai menyetubuhinya sekeras yang dia mampu. Ditariknya bahu Ester ke atas mendekat dengannya dan menghisapi lehernya.<br />
<br />
“Aku akan keluar”, teriak Frans.<br />
<br />
“Tunggu aku “, jawabnya.<br />
<br />
Frans menggunakan salah satu tangannya untuk menggosok vaginanya, dan kemudian dia memasukkan dua jari dan mulai mengerjai vaginanya. Ester menjerit dengan perasaan nikmat sekarang saat dalam waktu yang bersamaan telepon berbunyi. Ester menjatuhkan kepalanya ke bantal ketika Frans mengangkat telepon, dengan satu tangan masih menggosok vaginanya.<br />
<br />
“Halo… Johan… ya dia menyambutku dengan sangat baik… ya aku akan memanggilnya, tunggu”, katanya saat dia menutup gagang telpon supaya Johan tidak bisa dengar suara jeritan orgasme istrinya.<br />
<br />
Dia bisa merasakan jarinya dilumuri cairan Ester. Dengan satu dorongan terakhir dia mulai menembakkan benihnya di dalam pantat Ester. Semprotan demi semprotan menembak di dalam pantat rapat Ester. Mereka berdua roboh ke tempat tidur, Frans di atas punggung Ester. Penisnya masih di dalam, satu tangan masih menggosok pelan vagina Ester yang terasa sakit, tangan yang lain meremas ringan payudaranya.<br />
<br />
“Halo Johan”, kata Ester mengangkat telepon. “Tidak, kita belum banyak melakukan kegiatan… jangan cemaskan kami, hanya tolong usahakan pulang cepat… aku mencintaimu”.<br />
<br />
Dia menutup dan menjatuhkan telepon itu. Mereka berbaring di sana selama lima menitan, Frans masih di atas, nafas keduanya berangsur reda. Frans mencabut jarinya yang berlumuran sperma dan menaruhnya ke mulut Ester. Dia menghisapnya hingga kering, dan kemudian bangun.<br />
<br />
“Aku pikir lebih baik papi keluar”, dia berkata dengan mata yang berkaca-kaca. Dia berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi itu. Rambutnya berantakan. Frans bisa lihat cairannya yang pelan-pelan menetes turun di pantatnya, dan menurun ke pahanya.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-88693513331911970752012-10-17T17:19:00.002-07:002012-10-17T19:21:57.095-07:00Salon Plus Plus Murah Artikel yang berjudul: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus Murah</a> <br />
sedang dalam proses perbaikan, setelah selesai kami diting segera mungkin saya posting kembali informasi yang berjudul: <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus </a>Murah trims, mohon maklum adanya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Mbak Ida Istri Pelayar</b></span><br />
<br />
Suatu sore ketika aku sedang di Delta plaza buat beli beberapa kebutuhan sehari-hariku dan kebutuhan mandi. Saat itu aku memasuki plaza itu dengan santainya karena aku memang tidak terburu-buru, dan aku memasuki salah satu swalayan disitu dan memilih-milih barang kebutuhanku, dan setelah selesai aku pergi ke kasir dan antri disitu.. Dan emang lumayan panjang antriannya karena malam minggu. Karena agak bosan antri maka aku tengok kanan kiri dan depan belakang kayak orang kampung. Ketika kuperhatiin di depanku ternyata seorang ibu-ibu yang membawa banyak belanjaan di keranjang belanjanya, dan nampaknya dia agak keberatan. Ketika kuperhatiin lebih lanjut ternyata dia lumayan menarik walaupun badannya agak over weight. Dari wajahnya kuperkirakan sekitar umur 35 tahun, tingginya sekitar 158 dan beratnya sekitar 65 kg. Kuperhatiin payudaranya sekitar 34C wah? Gede banget? Sampai terbayang pikiran kotor di otakku yang emang ngeres. Posisi dia yang berdiri agak menyamping jadi aku bisa puas memandanginya dari samping dan ketika dia menengokku (mungkin merasa di perhatiin) dan matanya bentrok dengan mataku dan dia tersenyum padaku hingga aku agak malu karena kepergok memandanginya sebegitu detail. Pada saat giliran wanita di depanku dia mengangkat barang-barang belanjaannya dan salah satu barang belanjaannya jatuh secara otomatis aku menangkapnya dan ternyata dia juga berusaha menangkap barang tersebut sehingga walaupun barang itu terpegang olehku ternyata terpegang juga oleh tangannya sehingga kami seolah-olah bergandengan tangan. “Maaf Mbak,” kataku agak malu karena menyentuh tangannya yang halus dan hangat itu. “Enggak apa-apa kok Dik, terima kasih telah membantu menangkap belanjaan saya yang jatuh” jawabnya sambil tersenyum. Kemudian dia melanjutkan aktifitasnya dengan kasir, setelah selesai semua dia keluar dan menoleh kepadaku sambil menganggukan kepalanya kepadaku dan bibirnya tersenuym manis. Dan akupun menganggukkan kepala sambil tersenyum. Setelah selesai belanja kemudian aku jalan agak santai menuju pintu keluar, ternyata di loby wanita itu masih berada di loby tersebut dan disampingnya banyak belanjaannya, kemudian aku lewat di depannya dengan cueknya dan pura-pura nggak mengenalinya. “Ech, Dik” kata wanita itu sambil mengejarku. “Iya Mbak, ada apa.. Ech.. Ini Mbak yang tadi yaa” kataku. “Iya Dik, adik mau Bantu Mbak nggak Dik” tanya wanita itu. “Kalau saya bisa membantu Mbak dengan senang hati saya Bantu Mbak. Och ya, nama saya Dony..” kataku sambil mengulurkan tanyaku. “Saya Ida,” kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya. “Apakah yang bisa saya Bantu Mbak” tanyaku. “Itu, barang-barang Mbak kan banyak jadi bingung bawanya ke mobil Mbak, jadi kalau bisa minta tolong ama Dik Dony buat bantuin Mbak angkat barang-barang Mbak ke mobil. Itupun kalau Dik Dony enggak keberatan” kata wanita itu sambil tersenyum tetapi tatapannya penuh permohonan. “Oh, gitu, kalau cuma gitu sih gampang soalnya barang-barang saya cuma dikit jadi enggak masalah kalau cuma Bantu Mbak” jawabku sambil mendekati barang belanjaan Mbak Ida. “Terima kasih sebelumnya lho Dik Dony, Mbak telah merepotkan” kata Mbak Ida agak kurang enak. “Enggak apa-apa kok Mbak biasa. O.. Ya.. Mobil Mbak di sebelah mana” tanyaku. “Disana itu” kata Mbak Ida sambil menunjuk mobil Suzuki baleno warna hitam metalik. Kemudian kami jalan bareng menuju ke mobil tersebut dan aku mengakat barang-barang belanjaan mabk Ida, lumayan berat sih, tapi demi Mbak yang menarik ini aku mau. Setelah meletakkan seluruh barang belanjaan Mbak Ida kemudian aku pamit pergi. “Terima kasih lho Dik Dony, telah bantuin Mbak. O.. Ya. Dik Dony rumahnya dimana” tanya Mbak Ida. “Rumah saya di jl. M” jawabku pendek sambil memandang tubuh Mbak Ida yang sexy itu. “Kalau gitu kita barengan aja pulangnya, soalnya Mbak rumah di perumahan G jadi kan dekat” ajak Mbak Ida. “Enggak usah Mbak ntar ngrepotin Mbak ajak” tolakku dengan halus. “Gak ngrepotin kok, Mbak malah senang kalau Dik Dony mau bareng ama Mbak soalnya jadi ada yang diajak ngobrol waktu nyetir” katanya sambil memintaku masuk ke mobil. Kemudian aku masuk dan setelah dijalan kami mengobrol banyak, ternyata Mbak Ida sudah punya suami dan seorang anak laki-laki berumur 4 tahun. Dia cerita bahwa suaminya seorang pelayar jadi pulangnya 6 bulan sekali bahkan terkadang setahun sekali dan dia tinggal dirumah dengan anak dan pembantunya. “Mampir ke rumah Mbak dulu ya Dik Dony, nanti biar Mbak anterin Dik Dony kalau sudah bawa barang-barang kerumah” kata Mbak Ida dan aku hanya mengangguk. Ketika memasuki gerbang rumahnya dan kulihat sebuah rumah yang sangat mewah. Dan akupun membawa barang-barang Mbak Ida ke dalam rumahnya, kemudian aku dipersilahkan duduk di ruang tamu. “Dik Dony mau minum apa” tanya Mbak Ida. “Enggak usah Mbak, lagian bentar lagi kan saya pulang” jawabku. “Minum dulu deh sambil kita ngobrol, Mbak sudah lama nggak ada teman ngobrol. Mau susu dingin” tanya Mbak Ida. “Boleh” jawabku singkat. “Sambil nunggu minuman Dik Dony nonton aja dulu” katanya Mbak Ida sambil mengambil remote TV dan menyerahkannya padaku dan kemudian dia pergi kebelakang untuk mengambil minum buatku. Ketika kuhidupkan TV ternyata otomatis ke dvd dan filmnya ternyata film semi porno. Cuek aja aku nonton, enggak kusadari ternyata Mbak Ida lama mengambil minuman dan akupun asyik nonton film semi porno tersebut. “Suka nonton gituan ya Dik,” tanya Mbak Ida mendadak sudah berada dibelakangku. Aku tersentak kaget dan malu, lalu kumatiin TV-nya. Kulihat Mbak Ida sudah ganti pakaiannya, sekarang mabk Ida memakai celana pendek dan you can see. Sehingga nampak pahanya yang putih mulus dan ternyata dia tIdak memakai bra sehingga nampak putingnya membayang di balik you can see nya tersebut. “Ech, enggak usah di matiin, Dik Dony kan sudah besar ngapain malu nonton gituan. Mbak juga suka kok nonton film gituan jadi baiknya kita ngobrol sambil nonton bareng” kata Mbak Ida. Lalu kuhidupkan lagi TV tersebut dan kami mengobrol sambil nonton film tersebut, ketika kuperhatiin ternyata nafas Mbak Ida nampak nggak teratur, nampaknya Mbak Ida sudah menahan hornynya. Dan Mbak Ida merapat ketubuhku sambil tangannya meremas tanganku. Kemudian dia berusaha menciumku dan aku berusaha menghindar. “Jangan Mbak” kataku. “Kenapa Dik, apa Mbak sudah terlalu tua sehingga nggak menarik lagi buat Dik Dony” kata Mbak Ida. “Bukan gitu Mbak, Mbak sih cantik dan sexy, lelaki mana seh yang enggak tertarik ama Mbak. Tapi kan Mbak sudah punya suami dan nanti kalau di lihat ama pembantu Mbak kan enggak enak,” jawabku. “Ah.. Suami Mbak sudah 8 bulan nggak pulang sehingga Mbak kesepian, Dik Dony mau kan nolong Mbak buat ilangin kesepian Mbak. Sedangkan pembantu Mbak sedang dilantai atas main-main ama anak Mbak” kata Mbak Ida. Tanpa menjawab kubalas ciuman Mbak Ida dengan lembut dan tanganku mulai bermain dibalik baju Mbak Ida sehingga tanganku bisa meremas-remas lembut payudara Mbak Ida yang besar dan sexy tersebut. Nafas Mbak Ida semakin nggak beraturan dan mulutnya mulai mendesis-desis ketika lIdahku sudah bermain di bagian leher dan telinga Mbak Ida. “Kita ke kamar Mbak yuk” kata Mbak Ida. Kemudian kami berjalan menuju kamar Mbak Ida. Sesampai di kamar Mbak Ida, Mbak Ida langsung menerkamku dan menciumiku, dan akupun nggak kalah sigapnya. Kuciumi seluhur leher Mbak Ida dan telinganya dan tak lupa lIdahku bermain di leher dan telinganya sedangkan tanganku meremas, mengelus payudara Mbak Ida dan semakin kebawah. Kemudian kubuka baju Mbak Ida, wah.. ternyata tubuhnya sangat sexy dengan sepasang payudara yang besar berukuran 34 C dan masih kencang dan nggak nampak kalau Mbak Ida pernah melahirkan seorang anak. Payudaranya yang mengacung ke atas dengan sepasang puting yang berwarna merah kehitaman. Kemudian kuciumin payudara Mbak Ida, kuisap putingnya dan kugigit-gigit kecil sehingga Mbak Ida mengluh dan mendesis menahan nikmatnya kenikmatan yang kuberikan. Kemudian setelah puas dengan payuadaranya kemudian kubuka celana pendek Mbak Ida, dan nampaklah sebuah lebah mungil yang indah dan ditumbuhi dengan bulu-bulu yang hitam dan halus. Kucium lembah tersebut sampai Mbak Ida tersentak kaget, aku nggak peduli, kemudian kujilati klitorisnya yang berwarna hitam kemerah-merahan. Mbak Ida menjerit-jerit menahan kenikmatan dan tak lama kemudian air mani Mbak Ida membanjir keuluar dari dalam liang vaginanya. Mbak Ida terkulai lemas. “Apa yang kamu lakukan sayang. Suami Mbak nggak pernah memperlakukan Mbak seperti ini. Dik Dony emang luar biasa” kata Mbak Ida. Kemudian aku melanjutkan lagi kegitatan lIdahku di sekitar leher dan telinga sedangkan kedua tanganku berada di kedua payudara Mbak Ida yang sangat sexy itu. Mbak Ida mulai menggeliat-geliatkan tubuhnya karena menahan kenikmatan yang tIdak tertahankan olehnya. Tangan Mbak Ida merengut bajuku hingga lepas dan kemudian membuka celana panjangku sehingga aku hanya memakai celana dalam saja. Mr P ku yang sudah tegang nongol dari celana dalamku karena emang Mr P-ku kalau sedang tegang selalu nongol dari balik celana dalam karena celana dalamku nggak muat buat menampung besar dan panjangnya Mr P-ku. Mbak Ida terbelalak melihat Mr P-ku yang nongol dari balik celana dalamku dan kemudian dia membuka celana dalamku sehingga rudal andalanku ngacung di depan mata Mbak Ida yang memandangnya dengan bengong. “Wah.. kok besar banget Dik Dony, punya suami Mbak aja enggak sebesar ini dan jauh lebih kceil” kata Mbak Ida sambil mengelus Mr. P ku. Kemudian lIdahku sudah bermain di payudara Mbak Ida dan Mbak Ida sudah menjerit-jerit keenakan dan tangannya mengocok-kocok rudalku. Kemudian aku mulai alihkan perhatianku ke Vagina Mbak Ida dan kujilati vagina Mbak Ida sehingga Mbak Ida seperti kejang-kejang menerima serangan lIdahku pada vaginanya. Kumasukkan lIdahku ke liang vagina Mbak Ida yang sudah banjir kembali itu. “Sudah donk sayang, jangan siksa Mbak. Cepat masukan punyamu sayang” kata Mbak Ida memohoin karena sudah nggak tahan menahan rangsangan yang kuberikan. Tanpa perintah dua kali kemudian kuarahkan rudahku ke liang vagina Mbak Ida, ternyata nggak bisa masuk, lalu ku gesek-gesekan kepala rudalku buat penetrasi supaya rudalku bisa masuk ke liang kemaluan Mbak Ida. Setelah kurasakan cukup penetrasinya kemudian kumasukan rudalku ke liang senggamanya. Kepala rudalku sudah masuk ke liang vaginanya ketika kucoba buat masukkan semuanya ternta nggak bisa masuk karena liang vagina Mbak Ida sangat sempit buat rudalku yang berukuran 17 cm dan berdiameter 4 cm. Lalu kukeluar masukan perlahan-lahan ke[ala rudalku dan kemudian kutekan agak paksa rudalku supaya masuk ke dalam liang vagina Mbak Ida. Kulihat wajah Mbak Ida meringis aku jadi nggak tega maka kuhentikan gerakan rudalku dan mulutku mulai beraksi lagi di seputar dada Mbak Ida sehingga Mbak Ida mendesah-desah keras. Lalu kucoba memasukan rudalku dan ternyata bisa masuk ¾ bagian dan kemudian kugerakan keluar masuk dan itu ternyata mebuat Mbak Ida kelimpungan dan mulutnya menjerit-jerit nikamat dan kepalanya di geleng-gelengkan kekiri dan ke kanan sedangkan tangannya mencengkeram pinggiran kasur. Lalu ketekan rudalku lebih keras hingga amblas ke liang vagina Mbak Ida dan sampai menyentuh dinding rahim Mbak Ida. Kemudian ku gerakan keluar masuk di liang vagina Mbak Ida, Mbak Ida berteriak-teaik keras ketika ku gerak-grwakkan rudalku dengan cepat dan tak lama kemudian kurasakan ada jepitan yang keras dari liang vagina Mbak Ida dan tubuh Mbak Ida mengejang dan terasalah semburan hangat pada kepala rudalku dari liang vagina Mbak Ida. Mbak Ida terkulai lemas setelah menikmati orgasmenya tersebut. Tanpa kucabut rudalku dari liang vagina Mbak Ida kemudian ku pelutk tubuh Mbak Ida yang montok dan kucium keningnya. “Hebat kamu Dik, aku baru sekali ini menikmati kenikmatan yang luar biasa” kata Mbak Ida sambil memandangku dengan kagum, karena aku belom keluar keringat sedikitpun. Setelah kurasakan Mbak Ida sudah agak pulih nafasnya kemudian ke genjot lagi rudalku dIdalam vagina Mbak Ida. Dan itu berlalu sampai ronde yang ke delapan dengan berbagai gaya yang kami lakukan. “Kok belum keluar juga sayang, Mbak sudah lemas nih, tolong donk Mbak sudah enggak kuat neh” kata Mbak Ida memintaku buat mengakhiri permainanku. Tanpa menjawab ku genjot lagi rudalku ke liang vagina Mbak Ida, Mbak Ida hanya bisa menjerit-jerit keenakan saja sambil menggeleng-gelengkan kepala karena sdudah lemas tubuhnya sehingga gerakkannya terbatas. “Mbak mau keluar lagi nih sayang” kata Mbak Ida. “Barengan yuk Mbak. Dony juga sudah mau keluar nih. Keluarin dimana” tanyaku sambil menahan nafas karena sudah menahan seluruh cairanku mengalir menuju rudalku. “Didalam saja” kata Mbak Ida sambil menggoyang-goyangkan pantatnya Kemudian ku genjot keluar masuk rudalku dengan cepat. “Oughh.. lebih cepat sayang. Mbak sudah mau keluar nih” kata Mbak Ida sambil tubuhnya tegang siap-siap merasakan orgasme yang ke sembilannya. Kemudian kurasakan liang vaginanya menyempit dan menjepit rudalku sehingga tak tertahankan lagi membanjir keluar seluruh cairan dari dalam tubuhku ke dalam liang vagina Mbak Ida. “Ouaghh..” jerit Mbak Ida keras, sambil kurasakan ada semprotan hangat di kepala rudalku dari liang vagina Mbak Ida sehingga liang Mbak Ida banjir dengan air mani kami berdua. Setelah agak lama kemudian kucabut rudalku dari liang vagina Mbak Ida. Lalu kepeluk tubuh Mbak Ida dan kucium jIdatnya dan kemudian aku berbaring disisi Mbak Ida untuk mengatur nafasku yang tak beraturan. Setelah mandi bareng (satu ronde lagi di kamar mandi) kemudian kami berpakain dan menuju ke ruang tamu. “Kamu panggil aja Mbak dengan nama Mbak lagian umur kita kan enggak beda jauh” kata Mbak Ida sambil mencium pipiku. “Iya Mbak. Aku sudah 25 tahun nih” kataku. “Kamu besok-besok masih mau kan main ama aku” kata Mbak Ida memulai biar lebih akrab. “Tentu saja sayang. Siapa sih yang enggak mau ama tubuh sexy dan wajah yang manis seperti ini. Emang Ida nggak takut ketauan” kataku. “Enggak donk. Orang disni sepi banget lagian anakku tidur di kamarnya sendiri jadi ada apa-apa di kamarku kan enggak bakal ketauan” kata Ida sambil mengedipkan mata. “Oke deh. Kalau begitu aku pulang ke kostku dulu yaa” kataku sambil berdiri. “Bentar. Kuantar kamu pulang” kata Mbak Ida sambil pergi mengambil kuci mobilnya. Begitulah sampai sekarang aku hampir tiap malam kerumah Mbak Ida buat memuaskan nafsu Mbak Ida yang lama nggak tersalurkan. Akupun sampai-sampai hampir nggak sempat mengunjungi pacarku.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-54715759227378944892012-10-17T17:18:00.002-07:002012-10-17T19:23:54.195-07:00Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi Untuk sementara waktu artikel tentang: Foto Cewek<a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/"> Salon Plus </a>Plus Mandi <br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang: Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus Mandi</a> <br />
trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Mantap</b></span><br />
<br />
Saya sekeluarga pernah tinggal di luar negeri selama 17 tahun dan sekarang kami sudah kembali ke Jakarta dan mempunyai tiga orang anak. Di bawah adalah cerita dari pengalaman seks saya dan istri saya dan ini benar-benar terjadi. Perkimpoian kita bisa dibilang sangat bahagia demikian juga dengan kehidupan seks kami. Kita berdua sangat menyukai dan menikmati hubungan seks. Sampai saat ini pun kami masih menikmati dan menyenanginya. Keinginan untuk mencoba hubungan seks selain dengan pasangan sendiri selalu muncul dalam pembicaraan kita berdua. Dan bilamana itu dilakukan ketika kita sedang senggama, akan menambah gairah dan semangat. Kita sering membayangkan bagaimana enaknya bila kita disenggama atau senggama dengan orang lain. Pada satu hari WR pulang dari jalan-jalan dan mengatakan bahwa dia ketemu dengan pria mix China Amerika yang sangat seksi. Saya memberanikan diri menanyakan apa dia tertarik dan ingin berhubungan badan dengan pria itu. Dia menjawab tentu mau dong. Akhirnya dia berhasil mengajak si pria tersebut ke rumah ketika saya sedang tugas keluar negeri. Saya sering bertugas keluar negeri untuk beberapa hari. Pada saat saya sampai di tempat tujuan saya, langsung saya telepon ke rumah dan menanyakan tentang rencana dia. Ceritanya nanti malam si pria akan datang sekitar jam 8 malam. Semalaman di hotel saya terpaksa bermain sendiri sampai keluar beberapa kali. Besoknya waktu saya sampai di rumah, langsung saya tanya tentang pria itu. Namanya Derrick. Kebetulan anak saya sedang tidur siang. Penis saya pada saat itu sudah sangat keras dan ingin cepat-cepat dimasukkan kevaginanya. Derrick datang sekitar jam 9 malam, anak lelaki kita sudah tidur. Mereka mengobrol di ruang tamu dan mulai saling meraba badan masing-masing. Derrick mulai mencium dan meremas payudara WR. Vagina WR sudah mulai basah dan terasa di celana dalamnya. WR menganjurkan pindah ke kamar tidur untuk lebih nyaman. Sesampainya di kamar, Derrick melepaskan baju WR dan bajunya sendiri. WR bilang bahwa badan Derrick berbau harum bayi, terlebih lebih di sekitar penisnya. Yang sangat disayangkan oleh WR adalah ukuran penis Derrick. Langsung saja oleh WR penis Derrick dihisap agar menjadi keras dan besar. Tetapi penisnya tetap saja kecil. Derrick mulai mencium payudara dan badan WR dan turun ke bawah ke paha, WR mengharapkan bahwa Derrick akan menjilat vagina dan kelentitnya. Tetapi Derrick ternyata hanya lewat saja. Kebetulan pada saat itu WR memakai pembalut wanita karena dia baru saja selesai mens, tetapi vaginanya sudah bersih. Hanya saja Derrick mungkin merasa jijik. Derrick kemudian naik ke atas dan mencoba memasukkan penisnya yang kecil ke vagina istriku. Sangat sulit untuk Derrick memasukkan penisnya karena ukuran yang kecil dan vagina WR yang sudah terlalu basah karena rangsangan dari dia. Setelah berhasil memasukkan penisnya ke dalam, dia hanya bisa mempompa beberapa kali sebelum akhirnya mengeluarkan penisnya dari vagina WR. Ia bilang mau ke kamar kecil dan akan kembali secepatnya. Pengalaman WR dengan Derrick ternyata tidak memuaskan dan dia belum sampai orgasme kemarin. Penis saya pada saat itu sudah sangat keras. Langsung saja saya memasukkan penisku ke vaginanya yang telah basah dan siap untuk disetubuhi. Tidak lama untuk membuat kita berdua keluar bersamaan. Walaupun penis Derrick kecil tapi pengalaman tersebut cukup untuk membuat kita berdua terangsang sebelum bersenggama. Satu bulan setelah berhubungan badan dengan Derrick, pada satu malam kita berdua sedang mendengarkan radio kesukaan kita, WR mengatakan bahwa suara penyiar laki-laki sangat seksi. Saya bertanya apa yang akan dia lakukan? Tanpa mengatakan apapun juga, dia menghubungi stasiun radio dan berbicara dengan penyiar yang namanya Rick. Saya tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi yang saya bisa lihat adalah WR sering sekali melipat pahanya. Setelah selesai berbicara, WR mendatangiku sambil berkata, Rick akan datang kira-kira 15 menit lagi. Saya merasa panik dan sangat terangsang. Sambil menunggu Rick datang, kita mulai memegang alat vital dan berciuman. Pikiran saya pada saat itu sangat bingung dan ada rasa cemburu. WR akan bermain cinta di depan mata saya. Tidak lama kemudian pintu diketuk dari luar. Saya bersembunyi di kamar anakku, dimana saya masih bisa melihat ke ruang tamu. Mereka berdua duduk di ruang makan dan saya hanya bisa mendengar suara mereka berbicara. Tidak lama kemudian mereka pindah ke ruang tamu dan duduk di sofa. Rick memeluk WR dan mulai menciumnya, pada saat bersaman tangannya bermain dengan payudara WR. Mata WR terpejam dan terlihat sangat menikmati apa yang dilakukan oleh Rick. Tangan WR mulai menggerayangi badan Rick dan mengelus-elus. Rick membuka baju atas WR dan mulai menghisap pentil payudara sambil memeras payudara yang lainnya. WR memeluk Rick dengan keras dan mulai memegang kepala dan mendorong ke arah payudaranya dengan lebih keras. Terdengar dia mendesah dan merintih-rintih kenikmatan. Tidak lama kemudian mereka berdua berjalan ke ruang tidur kita, sambil melihat kepadaku dan terseyum. Rick berbaring sambil menghisap payudara WR seperti anak bayi sedang menyusu. Setiap kali Rick ingin memegang vaginanya WR mendorong dan tidak mengijinkan Rick memegang vaginanya. Tangan WR terlihat menuju ke celana Rick yang pada saat itu memakai celana pendek. Tangannya langsung masuk dan terlihat meremas-remas penis Rick. Matanya tertutup dan menikmati hisapan Rick. WR kemudian melepaskan kancing celana Rick dan menurunkan celana ke bawah. Penis Rick dengan sendirinya keluar dan ukuran penisnya sangat besar, kira kira 13 inchi. Dengan diameter 3 inchi. Tangan WR terus meloco penis Rick dan semakin besar saja. Rick berusaha untuk memegang vaginanya tapi selalu disorong jauh. WR terus turun dan menjilat sambil mengulum penis Rick. Awalnya terlihat sangat sulit untuk dia memasukkan ke dalam mulutnya yang kecil. Penis Rick terlalu besar. Tapi dia berhasil juga mengulum walaupun tidak seluruhnya. Tidak lama kemudian Rick menarik WR ke atas dan menciumnya, tangan WR tidak berhenti mengocok penis Rick dan akhirnya sperma Rick keluar juga membasahi tempat tidur kita. Setelah itu Rick berpakaian dan pulang. Setelah dia pulang saya keluar dan mencium WR, terasa asin dan bau penis tetapi saya sudah terlalu terangsang untuk memikirkan lainnya. Saya memegang vaginanya dan basah sekali sampai licin sekali. Dia langsung menghisap penis saya dan menempatkan vaginanya ke mulut saya. Rasanya sangat nikmat menjilat vagina yang basah dan licin. Saya membayangkan bahwa hampir saja vagina ini dimasukin oleh penis yang sangat besar. WR mengatakan bahwa dia sebenarnya kaget juga melihat penis Rick yang sangat besar itu. Tiga hari kemudian, Rick menelepon ketika saya ada di rumah kira-kira jam satu siang. WR bilang kalau Rick mau datang ke rumah sebentar lagi dan dia minta ijin. Saya bilang silakan saja. WR bilang bahwa Rick akan datang kira-kira setengah jam lagi. Anak saya sedang tidur dan buru-buru kami siapkan kasur di ruang tamu untuk dipergunakan oleh mereka, ini agar saya bisa lihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh mereka berdua. Cd-nya saya lepaskan dan segera menjilat vagina WR. Dia sudah siap dan sangat basah karena siang ini dia akan mainkan oleh penis yang begitu besar. Penisku dijilat dengan sangat rakus. WR sangat pintar menghisap penis dan membuat laki-laki kenikmatan. Saya lalu memasukkan penis saya ke vaginanya dan mulai memompa. Vaginanya membuat suara yang sangat seksi. Bell rumah berbunyi dan saya buru-buru melepaskan penis saya dari vaginanya, dan bersembunyi di belakang pintu. Dari balik pintu saya bisa melihat kasur dengan jelas. Rick masuk dan langsung duduk di kasur. WR menjelaskan bahwa dia baru saja tidur dengan anak kita dan sekarang sudah dipindahkan ke kamar. Tentu suatu kebohongan yang sangat membantu. Rick tidak membuang waktu segera dia mencium WR dan meraba-raba badannya. Payudaranya diremas-remas dan baju disingkap, puting payudara sudah keras dan siap untuk dihisap. Baju WR dilepas dan langsung putingnya dihisap oleh Rick. Mata WR merem-melek kenikmatan. Kepalanya goyang ke kiri-kanan dan dia mendesah-desah yang cukup keras. Tangan Rick turun ke bawah dan melepaskan rok mini WR. Terlihat di CD-nya basah mungkin karena tadi dia sudah saya persiapkan. Tangannya menyingkapkan CD ke samping dan mulai bermain dengan kelentit WR. Jari lainnya mulai keluar masuk ke dalam vagina WR dan WR menggoyangkan pantatnya mengikuti jari Rick. CD WR dilepas agar dia dapat memegang dengan mudah, mulutnya langsung menjilat kelentit WR dan terdengar erangan yang sangat keras dari mulut WR. Rambut Rick diremas dan kepalanya ditekan ke vagina. Kedua kaki diangkat ke atas sehingga Rick mendapatkan pandangan yang jelas dari vagina WR. Tangan WR kemudian memegang penis Rick dan mulai meremas-remasnya. Rick memutar dan memasukkan penisnya ke mulut WR. Saya di dalam kamar bermain sendiri dan hampir keluar. Penis Rick masih lemas sehingga mudah masuk ke dalam mulut WR. Perlahan-lahan penisnya menjadi besar dan dia memompa penisnya ke dalam mulut WR. Rick kemudian berjongkok dan menempatkan dirinya di atas WR dengan penisnya digosok-gosokkan ke vagina WR. Pantat WR diangkat ke atas dan pahanya dibuka selebar-lebarnya. Terlihat vagina WR merekah, setelah menggosok untuk beberapa saat, Rick mencoba memasukkan penisnya ke lubang vagina WR. Saya khawatir kalau-kalau penisnya terlalu besar dan akan menyakitkan WR. Rick menekan perlahan-lahan dan mengeluarkan lagi. WR mengangkat pantatnya ingin memasukkan penisnya sekaligus. Saya rasa Rick berhati-hati agar tidak menyakiti WR. Pelan-pelan penis Rick masuk ke dalam vagina WR dan terlihat vagina WR menjadi sangat besar dan lebar. Kelihatannya Rick sulit untuk memasukkan seluruh penisnya ke dalam vagina WR karena penisnya tidak sekeras kemarin. WR terlihat menikmati penis Rick dan mengerang sangat keras, sampai-sampai aku takut membangunkan anak dan tetangga. Kemudian Rick mencabut penisnya yang basah oleh lendir WR dan dia sendiri dan memasukkan ke mulut WR. Rick meminta WR untuk menghisap penisnya. Saya tidak percaya bahwa Rick melakukan hal demikian, selama ini WR tidak mau menghisap penisku setelah masuk ke dalam vaginanya. WR dengan tenang menghisap penis Rick dan menjilatnya bersih. Ini adalah pertama kalinya dia menjilat cairan vaginanya sendiri. Memang vagina WR tidak bau sama sekali, dia sangat menjaga kebersihan vaginanya. Penis Rick menjadi keras dan dia melepaskan dari mulut WR dan memasukkan kembali ke vagina WR. Kali ini penisnya masuk dengan mudah ke dalam vagina WR. Seluruh penis hilang ke dalam vagina WR, saya tidak percaya bahwa dia bisa menerima penis sebesar itu. WR bergerak dengan keras mendorong pantatnya ke atas setiap kali Rick menekan penisnya. Terlihat dia sangat menikmati penis Rick. Kakinya melingkar di pinggang Rick. Dari kamar saya bisa melihat dengan jelas penis Rick keluar masuk vagina WR. Pemandangan yang sangat seksi. WR mengerang dengan keras, saya yakin bukan karena sakit tetapi karena kenikmatan. Mereka berguling-guling di atas kasur tanpa melepaskan penis dari vagina WR. Sepertinya ini adalah pertama kali Rick memasukan ke vagina yang kecil dan ketat. Rick mencabut penisnya dan mengangkat WR ke atas dan memakan vaginanya. WR memutar badannya dan menghisap penis Rick yang berlumuran dengan cairan dari penis dan vaginanya sendiri. WR kemudian memutar badannya dan memegang penis Rick dan memasukkan ke dalam vaginanya lagi. Sekarang WR berada di atas Rick. Tangan Rick terlihat mengelus punggung WR dan meremas pantatnya yang sekal. Sekali-kali terlihat tangan Rick memegang vagina WR dan mencari kelentitnya. Jari Rick terlihat di luar lubang pantat WR, dan membasahinya dengan cairan dari vagina. Setelah basah dia memasukkan jari tengah ke dalam lubang pantat WR, WR berhenti bergoyang dan melihat muka Rick. Dia tidak menolak sama sekali ketika Rick memasukkan jarinya ke lubang pantat. Jari Rick terlihat keluar masuk di pantat WR. WR kemudian mencium Rick dengan intense, aksi Rick memasukkan jari ke pantat membuat WR tambah terangsang. Ini adalah pertama kalinya dia dikerjain lubang pantatnya. Pemandangan yang sangat seksi, kedua lubang WR dimainkan. WR menggoyangkan pinggul dan pantatnya sambil menekan penis Rick, saya ingat kalau WR sangat pintar mengecilkan vaginanya waktu penis saya di dalam vaginanya. Aksi memeras penis terlihat berdampak besar pada Rick, penisnya keluar masuk dengan lebih cepat dan badan WR terangkat ke atas beberapa kali. Penisnya masuk seluruhnya ke dalam vagina WR yang kecil itu. WR mengalami kesulitan bertahan tetap di atas badan Rick. Yang menjaga agar dia tidak jatuh hanyalah vaginanya yang terpaku pada penis Rick yang besar dan panjang itu. Dengan dorongan yang keras dan sekaligus, Rick mengeluarkan spermanya di dalam vagina WR, WR mengerang dan menggeliat kenikmatan. Dia selalu mengatakan bahwa yang paling dia suka adalah ketika sperma keluar dari penis dan menembak dinding di dalam vaginanya. Rick terus menerus memompa vagina WR, seakan-akan ini adalah orgasme yang terpanjang yang pernah Rick alami. Akhirnya dia berhenti juga. Rick memeluk dan mencium WR sambil mengelus badannya. Ketika penisnya dicabut, terlihat sperma Rick mengalir keluar vagina WR. Dengan mempergunakan tissue, sperma Rick dibersihkan dari vagina luarnya. Rick membantu membersihkan vagina WR. Badan WR terlihat menggelinjang ketika jari Rick menyentuh vaginanya. Tak lama kemudian Rick pulang meninggalkan WR di kasur. Begitu Rick pulang, saya buru-buru keluar dan tiduran di sebelah WR, vaginanya sangat basah dan lembek. WR pergi ke kamar mandi membersihkan vaginanya. Sekeluarnya dari kamar mandi WR langsung menghisap dan menjilat penisku yang sudah sangat keras. Saya meminta WR untuk memberikan vaginanya kepadaku, dia memutar tubuhnya dan menempatkan vaginanya di mulut saya. Terlihat merah dan lembek dan basah. Tercium bekas penis di vagina WR, tetapi aku sudah tidak bisa menahan diri lagi. Kujilat dan minum dari vagina WR. Rasanya nikmat dan menggairahkan. WR menggosok dan menekan vaginanya ke muka saya membuat muka saya basah oleh cairan vaginanya. Vagina luarnya terlihat sangat merah dan sedikit bengkak, saya rasa karena baru saja dia dimaini oleh monster penis dengan keras. Saya meminta WR untuk memasukkan penis saya ke dalam vaginanya persis seperti apa yang dia lakukan bersama Rick. Sebelum saya keluar, saya menarik penis dan memasukkan ke dalam mulutnya, betapa enaknya rasa penisku, setelah keluar masuk vagina sekarang dihisap oleh mulut WR. Saya menarik WR dan menciumnya, saya bertanya kenapa dia mau menghisap penis Rick setelah masuk di vaginanya, WR bilang karena dia sudah terlalu terangsang. WR kemudian memintaku untuk bermain lagi karena tadi dia tidak keluar ketika Rick menyetubuhinya. WR mengatakan bahwa penis Rick adalah penis yang ternikmat yang pernah dia rasakan, sampai saat ini WR telah merasakan 6 penis, empat sebelum kita menikah, dua orang bule dan dua orang Indonesia. Penis Rick terasa sangat dalam dan menyentuh peranakannya. Vaginanya terasa sangat lebar saat ini tetapi sangat nikmat. Awalnya terasa sedikit sakit ketika Rick memasukkan kepala penisnya yang besar, seakan-akan merobek vaginanya. WR masih mengharapkan untuk setubuhi oleh Rick karena tadi penis Rick tidak begitu keras seperti malam pertama. Malam itu saya dan WR habis-habisan menjilat dan senggama sampai pagi. Karena tidak mendapatkan penis Rick yang keras, WR berniat untuk mencobanya lagi. Pada satu malam WR menelepon stasiun radio dan berbicara dengan Rick. WR mengatakan kepada Rick bahwa saya sedang tidak di rumah. Rick datang sekitar jam 9 malam, anak kita sudah tidur dan saya sudah siap di kamar untuk mengintip. Ruang tamu sudah dipersiapkan dengan lampu baca yang mengarah ke kasur. Sebelum Rick datang, saya sudah menghangatkan vagina WR dan membuatnya basah. Sedikit dari sperma saya tertinggal di dalam vaginanya. Penis saya diusapkannya keseluruh mukanya. Ketika Rick datang mereka seperti biasa berbicara sambil tiduran di kasur. Rick melepaskan baju WR dan mereka berdiri di lutut mereka. Bajunya dilepaskan dan langsung saja penisnya keluar dan terlihat sangat keras. WR mencium dan menjilat penis Rick yang sudah besar dan keras. Kuluman WR membuat Rick hampir saja mengeluarkan spermanya, erangan Rick sangat keras, sebelum sperma Rick keluar, WR mencabut dari mulutnya dan WR tidur telentang di atas kasur. Rick langsung turun dan menjilat vagina WR yang sudah basah oleh sperma saya. Saya bertanya apakah Rick merasakan dan mencium bau sperma di vagina WR? Rasanya hal itu bukan masalah untuk Rick, dia dengan lahapnya menjilat dan mengulum kelentit WR. Saya rasa sangat sulit untuk menemukan kelentit WR, kelentitnya sangat kecil tidak seperti kelentit wanita lainnya. Mungkin terpotong waktu WR disunat. WR menggapai penis Rick dan mulai meremas-remasnya. Terlihat cairan putih bening keluar dari penis Rick, WR mempergunakan cairan untuk meloco Rick. Gerakan tangan WR membuat Rick menggoyangkan pantatnya seakan-akan sedang memainkan vagina. Tiba-tiba Rick merubah posisi dan memasukkan penisnya langsung ke dalam vagina WR dalam satu gerakan yang sangat cepat. Gerakannya terlihat sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan. Mulai saat ini Rick bermain sama WR dengan sangat keras dan kasar. WR benar-benar dipergunakan sebagai objek seks. Saya sudah takut kalau-kalau Rick menyakiti WR, tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan WR ternyata WR menyukai dan menikmati apa yang dilakukan oleh Rick. Rick mencabut penisnya dan memasukkan ke dalam mulut WR sambil memegang belakang kepala WR, dia membantu WR naik turun sambil memasukkan penisnya kemulut. Rick kemudian berdiri dan mengangkat WR, mereka saling berpelukkan sambil berdiri. WR diangkat oleh Rick dan langsung memasukkan penisnya ke dalam vagina WR. Ini merek melakukan sambil berdiri. WR terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Rick. Kaki WR terlihat merangkul pinggang Rick, berat badannya disanggah oleh penis Rick. Rick berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium WR. Pantat WR terlihat merekah dan memberikan kemudahan bagi Rick untuk memasukkan jarinya ke lubang pantat WR. WR terlihat sangat menikmati coitus depan belakang. Pemandangan yang sangat seksi. Ketika Rick merasa capai, WR diturunkan dan Rick merebahkan diri di kasur. WR diangkat dan memasukkan penis Rick dari atas. Dari kamar saya bisa lihat penis Rick memaksa masuk ke dalam vagina WR yang kecil dan ketat. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Rick menyentuh paha WR. WR menoleh ke kamar dan tersenyum ke saya sambil mengeluarkan lidahnya. WR memompa penis Rick secara teratur, setiap kali penis Rick masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis Rick. Mereka melakukan posisi ini cukup lama. Kemudian Rick mendorong WR dan bertumpu pada lutut dan tangan. Rick akan bermain doggy style. Ini adalah posisi yang paling disukai oleh WR. Rick mempompa vagina WR dengan sangat keras dan dalam, semua penisnya amblas ke dalam vagina WR. Tangan Rick yang lain dimasukkan ke dalam lubang pantat. WR setengah berteriak dan sangat menikmati penis Rick. Badannya menjulur ke depan, Rick tidak mau melepaskan penisnya mengikuti arah badan WR. WR benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan. Rick mencapai payudara WR dan mulai meremas-remasnya. Tak lama kemudian Rick mencabut penisnya dan menjilat vagina WR dari belakang. Vagina WR dibersihkan oleh lidah Rick. WR direbahkan di kasur dan Rick memasukkan penisnya dari atas, tangan WR membantu memasukkan penis Rick ke vaginanya. Kaki WR diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Rick. Rick terus menerus memompa vagina WR. Badan WR yang kecil tenggelam ditutupi oleh badan Rick, yang terlihat oleh saya hanya pantat dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Rick. Kadang-kadang terlihat tangan WR meraba dan meremas pantat Rick, sekali-kali jarinya dimasukkan ke dalam pantat Rick. Gerakan Rick bertambah cepat dan cepat, dengan erangan yang cukup keras Rick mengeluarkan spermanya di dalam vagina WR. Rick kemudian merebahkan diri di samping WR tanpa melepaskan penisnya dari vagina WR. WR melihat ke saya dan memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat. Setelah Rick pulang, WR mencuci vaginanya dan meminta saya mengulang apa yang baru saja dilakukan oleh Rick. WR bilang bahwa dia belum keluar ketika Rick menyetubuhinya. Saya dengan senang hati memasukkan penis saya dan menjalankan tugas untuk membuat WR keluar. Penis Rick yang besar ternyata tidak dapat membuat WR keluar, mungkin terlalu besar. Cerita kami tidak berhenti di sini, WR masih sempat bersenggama dengan oomnya, dan kakak saya ketika saya berhubungan badan dengan istrinya, bekas pacarnya dan beberapa lagi yang tidak kalah menarik. Semua ini akan saya kirim segera.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-49714743630761480772012-10-17T17:17:00.002-07:002012-10-17T19:24:35.088-07:00Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus Artikel yang berjudul: Foto Payudara <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Cewek Salon Plus Plus</a> <br />
sedang dalam proses perbaikan, setelah selesai kami diting segera mungkin saya posting kembali informasi yang berjudul: Foto Payudara <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Cewek Salon Plus Plus</a> <br />
trims, mohon maklum adanya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Managerial Meeting</b></span> <br />
<br />
Kejadian ini berlangsung beberapa tahun yang lalu, waktu itu saya dipindahkan oleh manajemen ke Bandung untuk memimpin kantor cabang Bank di Bandung. Suatu hari, sore sekitar pukul 18.00 WIB menjelang malam sebelum pulang, saya ngobrol dengan operational manager saya di ruangan saya. Di kantor tinggal kami berdua, office boy dan para marketing sudah ijin pulang. Saya berdiri dengan badan merapat di badannya yang duduk di kursi sambil saya memandang ke arah jalan di luar. Saking dekatnya tak terasa kemaluan saya menempel ke lengan kanannya. Saya sejenak tertegun akan apa yang terjadi, tetapi dia kelihatannya suka dan cuek saja sambil sedikit senyum dikulum. Sedikit saya gambarkan operational manager saya yang seksi ini, saya tidak akan menyebutkan siapa namanya, saya tidak ingin dia menjadi malu karena sampai saat ini kami masih tetap berhubungan baik. Wajahnya cukup cantik, manis dengan senyum yang menggoda, dia memiliki tubuh yang mungil dengan rambut sebahu, kulitnya putih sekali karena dia orang Chinese, buah dadanya tidak begitu besar tapi sangat padat, bibirnya sangat sensual. Tiba-tiba tangannya memegang jari-jari tangan kanan saya lalu mengusapnya perlahan, lalu saya memandang wajah cantiknya, dia tersenyum. Saya ingin sekali memeluk tubuh mungilnya. Dengan perlahan saya menurunkan muka saya ke mukanya, saya sentuh bibir seksinya, saya cium dengan lembut, dengan penuh perasaan, lalu dia balas dengan melumat bibir saya dengan kuluman lidahnya yang menggairahkan sambil menarik dasi saya untuk lebih merapat ke badannya. Tangan sayapun mulai turun mengusap-usap buah dadanya, tangannya pun tidak mau kalah, batang kemaluan saya diusap-usap dan diurut-urut dengan lembut dari luar pantalon saya. Sebelum saya lebih bernafsu, saya kunci pintu, saya ingin take safe. Saya langsung memeluk dan menciumi seluruh muka dan lehernya begitu saya kunci pintu kantor saya. Dia mendesah dan mengerang nikmat tidak karuan. Ini yang saya sukai darinya, dia begitu expresive dan amat menikmati ciuman dan cumbuan saya. Dengan agresif dia membuka celana saya, lalu dia duduk sambil memasukkan penis saya ke dalam mulutnya dan menghisapnya perlahan-lahan lalu menariknya kembali sambil kedua bibirnya mengatupkan rapat di seputar batang kemaluan saya. Oooh, inilah yang saya paling sukai dari dia, pintar sekali mengulum kepunyaan saya. Saya tahu bahwa dia sangat mencintai saya, karenanya dia selalu memberikan yang terbaik untuk saya. Saya benar-benar sudah tidak tahan. Segera saya tarik badannya dan saya dudukkan di atas meja saya, kedua kakinya menjuntai ke kursi. Dia benar-benar pasrah waktu saya angkat rok mininya lalu saya tarik celana dalamnya, lalu saya lumat habis selangkangannya, “Aahh”, dia menjerit perlahan sambil menjambak rambut saya. Lebih kurang 10 menit saya melakukan foreplay lalu saya masukkan kemaluan saya ke dalam lubang cintanya. Pelan-pelan saya mulai menggoyang pantat saya maju mundur, diapun menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun mengikuti irama pantat saya, kaki kanannya saya angkat ke pundak saya sambil jari tangan kiri saya meremas-remas kedua buah dadanya. Lima menit kemudian dia mempercepat gerakannya sambil mendesah-desah, “Oohh.., Maass.., Maass.., nikmat Maass”, desahnya. Tiba-tiba kaki kanannya diturunkan, kemudian kedua kakinya dilingkarkan ke belakang pantat saya, lalu dia setengah bangun, tangan kanannya memegang leher saya, sedangkan tangan kirinya menopang badannya. Bibirnya menciumi dada saya lalu lidahnya menjilat-jilat puting dada saya. “aaghh Pak.., oohh.., Pak.., eennaakk paakk.., uughh”, begitulah rintihan dan lengguhan nikmatnya seirama dengan maju mundurnya pantat saya. Batang kemaluan saya terasa lebih besar setelah sekitar 20 menit menerobos dan membongkar habis kemaluannya yang merah dan menggairahkan. Saya merasakan bahwa lubang kemaluannya semakin basah namun pijatan-pijatan di dalam lubang kemaluannya semakin terasa getarannya. Lima menit kemudian dia bangun memeluk tubuh saya erat sekali sambil menciumi dagu saya, pantatnya bergetar hebat dengan kedua kakinya yang semakin erat melingkar di belakang pantat saya. “Ougghh.., hh.., Pak.., oohh.., Paak.., saya mau keluaar.., ooh.., oouuggh.., maauu keluuaarr.., sebentar lagi paak”, desahnya sambil terus mengerang-erang kenikmatan. Saya semakin bergairah dan menambah kecepatan maju mundurnya pantat saya. Tiba-tiba saya merasakan badannya menegang dan menggelepar-gelepar beberapa detik, dia sedang merasakan ejakulasi, saya kembali mempercepat gerakan pantat saya sambil saya peluk dia erat dan saya mendesah-desah dan membisikkan “Ahh.., kamu.., aagghh.., aaghh.., agghh.., kamu punya nikmat sekali sayang”, demikianlah kebiasaan kami bila bercinta, kami selalu saling apresiasi bila salah satu dari kami mencapai puncak kenikmatan. Badannya kembali mengejang kuat sambil bergetar hebat menikmati irama goyangan pantat saya serta dahsyatnya batang kemaluan saya. “aagghh.., Paak.., saya keluaarr Paak”, teriaknya. Bersamaan dengan telah mencapai puncak orgasme manager saya itu, maka saya tekan habis-habisan batang kemaluan saya hingga saya rasakan menyentuh dinding vaginanya. Nikmat sekali memang rasanya, saya tetap terus memaju mundurkan pantat saya, maklum saya termasuk pria yang butuh waktu lama bila bercinta. Apalagi kemaluan saya yang perkasa ini. Bagi anda para pembaca wanita, anda bisa membayangkan kemaluan saya seperti apa, kemaluan saya tidak begitu panjang tapi sangat keras sekali, sekitar 14 cm dengan diameter sekitar 3,8 cm, berwarna coklat sedikit pink dengan kepala kemaluan bundar menawan dan mengkilat. Banyak sekali wanita yang mengagumi kemaluan saya. Mereka umumnya selalu merasa exited dan ingin selalu mem-blowjob-nya. Sampai suatu ketika saya merasa bahwa saya akan mencapai puncak kenikmatan. Saya bisikkan bahwa saya mau keluarin di mulutnya. Dia tersenyum dan mengedipkan matanya pertanda setuju. Saya merasa sangat terangsang dan dihargai, lalu saya percepat gerakan batang kemaluan saya keluar masuk liang vaginanya yang kini terasa lebih sempit dan sedikit kering. Dia membisikkan kata-kata kenikmatan, “Ouugghh.., ough.., ough.., Paak.., “Pakk.., uuhh nikmat sekali punya bapaak.., saya mau kelluar lagii Paak”, teriaknya. Tiba-tiba badannya mengejang dan bergetar hebat beberapa saat, rupanya dia keluar untuk kedua kali. Saya mempercepat gerakan, 2 menit kemudian ketika saya sudah tidak tahan lagi, saya keluarkan batang kemaluan saya dari liang vaginanya, lalu dia langsung jongkok bersimpuh dan saya mulai meremas-remas rambut dan sedikit menjambaknya sebelum saya ejakulasi. Lalu.., “Cret.., cret.., crett.., crett”, saya muntahkan cairan sperma saya ke dalam mulut seksinya. Sebagian yang masuk ke dalam mulutnya langsung ditelan, sebagian lagi mengenai mata, hidung dan dagu serta turun mengenai buah dadanya. “Ugh nikmat sekali”. Kami lalu berpelukan sambil membisikkan kata-kata sayang, setelah kami berpakaian dan sama-sama merasa rapi, saya antarkan dia pulang ke rumahnya di kawasan Jl. Setia Budi sambil saling berjanji untuk melakukannya esok hari.<br />
<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-1579228163097785562012-10-17T17:13:00.002-07:002012-10-17T19:25:32.020-07:00Foto Cewek Salon Plus Plus Ml Informasi mengenai: Foto <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Cewek Salon Plus </a>Plus Ml<br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul: Foto<a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/"> Cewek Salon Plus Plus </a>Ml<br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang sobat-sobat cari kami ganti dengan cerita plus dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur sobat-sobat...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Mama Di Taman</b></span><br />
<br />
Mama saya, seperti kebanyakan wanita wanita lain, sangat senang dengan tanaman. Di usia nya yang separuh baya, hampir sebagian waktunya dihabiskan untuk mengurusi bunga-bunganya yang nyaris memenuhi seluruh halaman rumah kami yang luas. Setiap sore mama selalu berada di halaman belakang, terbungkuk - bungkuk merawat bunga-bunga kesayangannya. Jika liburan begini, biasanya sepanjang sore kubahiskan waktu untuk memperhatikan Mama. Terus terang, saya senang sekali mencuri - curi pandang pada gundukan payudaranya yang hampir menyembul dari belahan dasternya, pahanya yang sekali- sekali tersingkap jika Mama menungging, atau memeknya yang membayang dari celana dalamnya yang jelas terlihat sewaktu Mama berjongkok. Sewaktu waktu, dengan tidak sengaja, Mama membungkuk kearah ku yang lagi asyik duduk di gazebo. Kedua belah payudaranya yang tanpa beha hampir seluruhnya keluar dari leher dasternya. Kedua putting payudaranya jelas-jelas terlihat. Mungkin karena gerah, Mama tidak mengancingkan hampir separo kancing dasternya. Aku hanya bisa melongo, batang kontolku langsung ereksi, kalau nggak cepat cepat aku ngacir, mungkin Mama bisa melihat separo batang kontolku yang udah keluar dari pinggang celanaku. Suatu hari, aku benar benar ketiban rezeki. Nggak sengaja Mama memberikan tontonan yang membuatku terangsang berat. Seperti biasa aku sedang duduk duduk di gazebo, bertelanjang dada seperti biasa, aku hanya memakai blue jeans ketat kegemaranku. Sambil mengembalikan kesadaranku, maklum habis tidur siang, aku menemani Mama di halaman belakang. Sambil ngobrol mengenai acara wisudaku, Mama asyik dengan bunga-bunganya. Entah kenapa, mungkin karena keasyikan ngobrol, Mama nggak sengaja jongkok tepat di depan mataku. Walaupun sedikit tertutup dengan tumpukan pupuk, dan ranting ranting daun, aku jelas - jelas melihat gundukan memeknya, mulus tercukur tanpa satu helai rambut. Ya ampun, mungkin Mama lupa memakai celana dalam !!!. Kontan aku jadi terangsang luar biasa. Saking terpananya, aku nggak peduli lagi sama batang kontolku yang udah menerobos keluar, menjulang gagah sampai ke atas pusarku. Aku baru sadar sewaktu Mama terbelalak melihat kontolku. Jelas-jelas saja Mama kaget, saking panjangnya,kontolku kalo lagi ereksi bisa sampe ke ulu hati. Dengan wajah merah karena jengah, aku bangkit dan ngacir ke gudang belakang. Di tengah kegelapan ku buka resluiting jensku dan mulai mengocok kontolku. Tiba tiba pintu terbuka, membelakangai sinar matahari sore - Mama berdiri di pintu, tangan kanannya masih memegang sekop kecil. Mama menatap kontol raksasaku, dan jembutku yang lebat, kemudian menatap wajahku dan badanku yang kekar. Aku hanya bisa melongo, tanpa berusaha menghentikan kocokan ku. “Ya ampun !”, hanya itu yang keluar dari mulut Mama, entah apa yang dia maksudkan. Ku kocok sekali lagi kontolku, membiarkan Mama melihat kedua tanganku yang menggenggam erat pangkal dan ujung kontolku yang mulai memerah. Ku kocok lebih cepat lagi, sementara tangan kananku menarik celana dalamku ke bawah, biar Mama melihat kedua biji kontolku yang bergerak ke sana ke sini seirama kocokanku pada batang kontolku. Terpana oleh pemandangan di depan matanya, atau mungkin karena melihat ukuran kontolku yang super besar, Mama beranjak masuk sambil menutup pintu gudang di belakangnya. Mama mendekatiku sambil mulai melepas satu persatu kancing dasternya dan kemudian melepaskannya, benar ternyata Mama tidak memakai beha. Kedua bulatan tetek-nya benar- benar membuatku terangsang, walaupun sudah turun namun ukurannya hampir sebesar melon. Minimnya cahaya yang masuk ke gudang membuat kedua pentilnya tidak jelas terlihat warnanya. Mungkin coklat kehitaman. Aku hanya bisa berkata lirih , “Oh, Mama, tetek Mama benar- benar hot!!”. Dengan beberapa langkah, aku kedepan menyongsong Mama, sambil tanganku berusaha menggapai salah satu bulatan payudaranya. Sambil berjalan, kontolku tegak menjulang di udara. Aku benar - benar terangsang. Ku peluk pinggang Mama, mulutku terbuka dan lidahku menjulur keluar. Ujung lidahku akhirnya menyentuh pentil susu Mama yang besar dan kecoklatan. Astaga… kontolku serasa akan meledak. Tergesa gesa, Aku mengisap dan meremas teteknya yang lain dengan tanganku. Kontolku yang terjepit diantara perutku dan perut Mama tiba tiba mengeras lalu… cruttttttt cruttttttt crutttttttttt.. semprotan demi semprotan kontolku meledak menyemburkan cairan putih kental membasahi sebagian perut dan tetek Mama. Tanpa perubahan ekspresi, Mama dengan tenang menggenggam batang kontolku dan meremas ujung nya, cairan maniku keluar lagi membasahi telapak tangannya. Di sela sela kenikmatan yang kurasakan aku hanya bisa menatap ke bawah, air maniku membasahi seluruh tangan dan lengan Mama, beberapa semprotan jatuh ke pangkal paha Mama. Masih di tengah keremangan gudang, tanpa banyak kata-kata, Mama meraih tanganku dan menggosok-gosokan ke memeknya. Terasa gatal tanganku sewaktu telapak tanganku bergesekan dengan permukaan memeknya yang dipenuhi bulu-bulu pendek. Seumur hidupku baru kali inilah akud dapat melihat memek Mama dari dekat. Belum ada lima menit, aku keluar lagi, kali ini air maniku menyemprot tepat di permukaan memeknya. Kali ini Mama memandangku sambil tersenyum. Aku jadi salah tingkah. Walaupun sudah dua kali aku keluar, batang kontolku masih keras, bahkan semakin keras saja, agak sakit jadinya. Mama semakin membuatku terangsang dengan belaian-belaian tanganku pada memek dan kedua buah payudaranya. Aku membungkuk ke depan dan mulai mengulum tetek Mama sementara tanganku yang lain meremas remas tetek yang lain. Membelai dan memencet pentilnya yang mengeras. Kedua tangan Mama menggenggam batang kontolku dan aku mendorong ke memeknya Di tengah desisan-nya Mama melenguh ketika ujung kontolku menyentuh memeknya. Di tariknya tanganku ke dalam. Mama kemudian duduk di bibir bak mandi dan kemudian mengangkang-kan pahanya. Ku himpitkan badanku ke tubuh Mama, wajahku ku susupkan dicelah kedua bukit payudaranya. Ku hisap yang satu.. kemudian yang lain. Tangan Mama lagi lagi mencengkram batang penisku dan kemudian mendorongnya masuk ke dalam memeknya. Kurasakan hangat dan basah, dan kemudian kudorong dengan pinggulku, hampir setengahnya, kemudian kurasakan sudah tidak bisa masuk lagi. “Sshh…egh..!” Mama mendesis. Aku mulai memompa kontolku keluar dan masuk, mulutku tetap mengulum kedua teteknya bergantian. Semakin lama semakin cepat aku memompa, dan kemudian terasa aku akan keluar lagi. Mama mulai ikut memompa, menyambut tusukkan-ku. Menggelinjang dan mengerang. Tidak berapa lama kemudian Mama mengerang agak keras, dan aku bisa merasakan badannya tergetar sewaktu ia berteriak tertahan. Batang Kontolku kemudian menjadi semakin basah saat cairan hangat dan kental keluar dari memeknya. Aku masih terus bertahan memompa, dan kemudian, sewaktu aku merasa akan keluar, kudekap pantat Mama erat-erat dan ku benamkan batang kontolku sedalam dalamnya. Kontolku kemudian meledak, semprotan demi semprotan air mani keluar, jauh didalam memek Mama. Separuh orgasme, kutarik keluar dan kukocok, air mani keluar lagi membasahi tetek Mama. Kugosok - gosokkan ujung penisku di kedua pentil nya yang membesar. Kemudian kutekan kedua bulatan payudara Mama dan menyusupkan batang kontolku di celah antara keduanya. Kugosok gosok kan terus sampai air maniku berhenti keluar. Mama tersenyum, dagu, leher dan dada Mama penuh dengan air maniku. Entah berapa banyak air mani yang kusemprotkan waktu itu. Pada semprotan yang terakhir, aku melenguh keras. Takut jika ada yang mendengar..Mama mendekap kepalaku di dadanya. Setelah itu kukenakan blue jeansku, sambil tersenyum malu aku keluar dari gudang itu. Sewaktu menutup pintu kulihat Mama mengguyur tubuhnya dan mulai menyabuni pangkal pahanya. Sungguh sexy dan aku terangsang lagi. “Mandi berdua dengan Mama ? Wow !” pikirku. Aku masuk lagi ke dalam. Mama melihatku mengunci pintu dan tersenyum kearahku penuh arti.<br />
<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-9632766331608706692012-10-17T17:12:00.007-07:002012-10-17T19:26:23.766-07:00Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum Informasi mengenai: Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus Mesum</a> <br />
yang sobat-sobat cari dalam proses pengeditan, setelah artikel akurat, benar, dan tepat akan kami tayangkan kembali informasi yang berjudul :Foto Cewek<a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/"> Salon Plus Plus Mesum</a> <br />
mohon maklum atas ketidaknyamanan ini, trims.<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Malam Yang Terasa Panjang</b></span> <br />
<br />
Kisah ini terjadi kira-kira 2 tahun yang lalu. Saat itu aku masih kuliah. Aku sedang sendirian di rumah, karena orang tuaku sedang pergi ke luar kota menghadiri sebuah acara. Sebenarnya, aku sudah sering ditinggal sendirian di rumah. Tetapi entah mengapa, malam itu aku merasa sangat kesepian. Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya aku memutuskan untuk menelpon pacarku, Fredi, dan memintanya untuk menemaniku. Dia pun menyetujuinya bahkan berencana untuk menginap. Satu jam kemudian, dia datang. Kami mengobrol sejenak. Karena malam itu adalah malam minggu, maka kami berencana untuk pergi nonton. Satu hal yang tidak mungkin kulakukan saat orang tuaku ada di rumah. Pukul 21:00 kami keluar, namun kami tidak langsung menuju gedung bioskop, melainkan mencari makan dulu. Setelah itu, kami memesan tiket. Bioskop yang kami kunjungi ini dekat dengan rumahku, dan tidak terlalu ramai walau malam minggu sekalipun. Jadi kami dapat bebas memilih tempat duduk. Seperti biasa, kami memilih tempat duduk favorit kami. Barisan tengah, dekat tembok. Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya film pun dimulai. Pada mulanya, kami hanya saling berpegangan tangan dan sesekali tangannya membelai wajahku. Ketika film sudah setengah jalan, ada adegan dimana pemainnya melakukan hubungan badan (yang kemudian disensor). Aku meliriknya, dia terlihat acuh tak acuh, namun tiba-tiba kurasakan tangannya mulai bergerak ke arah rokku. Saat itu aku memakai rok selutut, sehingga tangannya dengan mudah berhasil menyelinap ke baliknya dan membelai pahaku. Darahku mulai berdesir. Tanganku pun mulai bergerak membelai daerah selangkangannya. Kami melakukan hal itu selama beberapa saat, hingga akhirnya aku berkata, “Mas, jangan di sini.” Dia mengamati wajahku. Kemudian menghentikan aktivitasnya. Film telah selesai, dan kami telah berada di rumah. Setelah mengunci semua pintu dan mematikan lampu, aku pun naik ke lantai 2 menuju kamarku. Kulihat Fredi sedang di kamar mandi. Aku mengganti bajuku dengan baju tidur yang berbentuk daster, dan bergantian dengan Fredi masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Ketika aku kembali ke kamar, Fredi sedang tidur di tempat tidurku hanya memakai celana pendek, entah dia sudah benar-benar tidur atau belum. Ketika sedang menyisir rambutku, kurasakan sebuah tangan memeluk pinggangku dari belakang. Ternyata Fredi. Dia sudah berdiri di belakangku sambil menciumi rambutku. “Rambutmu wangi Dik, baru keramas ya..?” katanya lembut dekat dengan kupingku. Aku pun mengangguk. Dia menyibakkan rambutku dan menciumi tengkukku. Tengkukku merupakan daerah sensitifku, dan perlakuannya itu membuatku terangsang. Kubalikkan badanku menghadapnya, dan langsung menyambut bibirnya. Kami berciuman dengan penuh nafsu dan tangannya mulai masuk ke balik dasterku, meremas pantatku. Tanganku mulai menelusuri punggungnya ke arah bawah, hingga aku bisa meraih celananya dan langsung kulepaskan berikut celana dalamnya. Kuremas batang kemaluannya yang sudah mengeras. Dia melepas bibirnya dari bibirku dan mulai melepas pakaianku, mulai dari daster sampai BH-ku dengan cepat dilepaskannya, hingga tinggal celana dalam saja yang melekat di tubuhku. Lalu dia membopong dan membaringkan tubuhku di atas tempat tidur. Setelah memposisikan tubuhnya di atas tubuhku, kami mulai berciuman lagi. Namun kali ini, ciumannya tidak hanya pada satu tempat. Lidahnya menelusuri seluruh bagian tubuhku, wajah, leher, dada, perut. Setelah menjilati perutku, dia menuju ke arah payudaraku. Dijilatinya daerah sekitar puting susuku, sementara tangannya meremas-remas payudaraku yang lain. Lidahnya mulai mempermainkan puting susuku, lalu kadang-kadang dia menggigit atau menghisapnya dalam-dalam. Aku mendesah keenakan sambil meremas rambutnya yang lebat. Setelah puas dengan yang di sebelah kiri, dia pun pindah melahap payudaraku yang sebelah kanan. Setelah itu lidahnya menelusuri perutku lagi, namun begitu sampai di celana dalamku, dia langsung menggigitnya dan menariknya hingga lepas. Dilebarkannya kedua kakiku dan dengan gerakan yang pasti dia membenamkan kepalanya di antara kedua kakiku itu. Pertama, dia menjilati klitorisku, membuatku menggelinjang menahan rasa geli. Kemudian lidahnya digerakkan menuju bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Lidahnya dengan pasti menyusup ke dalam lubang senggamaku, sementara tangannya terus meremas kedua payudaraku. Desahan-desahan terus keluar dari mulutku, “Oh.. ah.. enak sekali Mas.. ooh..!” Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang akan keluar, “Maas, aku mau keluar..!” Mendengar teriakanku ini, dia semakin bernafsu mempermainkan liang senggamaku dengan lidahnya. Lalu aku merasa tubuhku menegang diiringi rasa nikmat yang luar biasa, dan tanpa sadar kepalanya yang berada di antara pahaku kujepit. Dia menunggu orgasmeku lewat, dan setelah aku tenang dia berbisik di telingaku, “Gimana rasanya..?” “Enak sekali Mas..,” aku menjawab sambil tersenyum. “Aku juga ingin merasakannya..,” dia berkata membalas senyumanku. Posisi kami sudah berbalik. Sekarang dia sudah berbaring di bawahku. Aku mulai dengan menciumi bibirnya, wajahnya, lalu turun ke leher, dada dan perut. Kuraba batang kejantanannya yang masih mengeras dan dengan perlahan kuarahkan ke mulutku. Kujilati perlahan batang kemaluan itu, dan setelah seluruh permukaannya basah, aku pun memasukkannya ke dalam mulutku. Bagiku, ukuran batang kemaluannya termasuk besar, sehingga aku harus membuka mulutku lebar-lebar agar seluruhnya bisa masuk. Kukocok batang kemaluannya dengan mulutku, dan sesekali kuhisap. Aku mendengar lenguhannya setiap kali batangnya kuhisap, “Wow.. ooh.. oohh..” Mendengar lenguhannya itu, aku semakin bernafsu. Kupercepat kocokanku dan lebih sering lagi kuhisap. Tidak berapa lama, dia mengalami ejakulasi. Kurasakan air maninya di mulutku, yang kemudian langsung kutelan semuanya. Kuperhatikan wajahnya, dia nampak seperti kesakitan, namun setelah selesai, dia menarik nafas. Dia berkata, “Terima kasih, sungguh nikmat sekali.” Aku membalas dengan mencium lembut bibirnya, lalu berbaring di sebelahnya. Kami berdiam diri sejenak. Namun tidak berapa lama, tangan kami mulai meraba-raba lagi. Dia meraba bibir kemaluanku, sedangkan aku meraba batang kejantanannya. Bibir kami saling berpagutan, hingga kurasakan batang kejantanannya kembali menegang dan liang senggamaku mulai basah. Kemudian dia berguling ke atasku, kali ini batang kejantanannya digesek-gesekkan ke bibir kemaluanku. Bibir kami masih tetap berpagutan. Tangannya mulai membimbing batang kemaluannya menuju ke lubang senggamaku. Aku mulai merasa batang kejantanannya perlahan-lahan masuk. Perlu diketahui, bahwa walaupun kami sudah sering berhubungan atau bercinta dan bercumbu, namun saya masih perawan. Hal ini memang belum pernah terjadi sebelumnya, karena memang keadaan diantara kami yang tidak memungkinkan kami untuk bertindak ke hal yang lebih. Tetapi apa yang kami lakukan saat ini benar-benar merupakan kesempatan buat kami merasakan sensasi hubungan seks yang sebenarnya, selayaknya seorang suami yang mencumbu istri tersayangnya. Dia memandang wajahku, dan ketika melihatku tersenyum, dia mulai menggerakkan batang kejantanannya keluar masuk, walaupun baru bagian kepalanya saja yang sudah masuk ke dalam liang keperawananku. Rasanya enak tetapi sekaligus juga geli. Kulihat dia pun menikmatinya. Tiba-tiba dia berhenti dan bertanya, “Apa kamu mau melakukannya..?” Aku memandangnya, aku berpikir bahwa aku sudah berpacaran dengannya lebih dari 4 tahun dan aku memang menginginkannya. Aku pun menjawab mantap, “Ya Mas, ayo lakukan..!” Perlahan dia mulai mendorong batang kemlauannya masuk, namun tiap kali aku meringis kesakitan, dia berhenti, lalu mulai lagi hingga akhirnya batang kejantanannya benar-benar terbenam di dalam liang keperawananku. Aku merasa kemaluanku begitu penuh hingga aku tidak dapat merasakan gerakan ototnya lagi. Namun dia justru berkata, “Aaah, enak sekali pijatanmu Dik..!” sambil menikmati penetrasinya yang sukses dia lakukan. Saya yang saat itu dilingkupi perasaan sakit karena baru pertama kalinya ditembus oleh batang kejantanan lelaki. Tetapi perasaan itu tidak lama kurasakan, karena sebentar kemudian kurasakan kenikmatan setelah melihat wajahnya yang begitu kusuka. Setelah diam sesaat, dia mulai menggenjot batang kejantanannya keluar masuk liangku yang saat itu sudah tidak lagi perawan. Tiba-tiba dia menarik badanku ke pinggir tempat tidur hingga dia sekarang dalam posisi berdiri. Dia kembali menggenjot, dan dia membasahi jarinya dengan ludah lalu mengusapkannya ke klitorisku. Aku menggelinjang hebat. Rasanya nikmat sekali. Aku mulai meremas-remas payudaraku, namun kemudian dia menepis tanganku dan dengan penuh nafsu melahap payudaraku. Aku merasakan sensasi yang sangat hebat. Batang kejantanannya ada di dalam liang senggamaku, tangannya mengusap-usap klitorisku dan mulutnya menghisap payudaraku. “Ooohh.. enak Sayang.., ooh.. sungguh nikmat..!” erangku. “Aku juga Sayang.., kita keluarkan bersamaan yah..?” katanya ditengah-tengah permainan seks yang kami lakukan. Setelah melakukannya dengan posisi yang sama selama kurang lebih 10 menit, kami pun mencapai orgasme secara bersamaan. Dan kemudian tergeletak lemas karena kelelahan. Saat itu sudah pagi, namun kami tidur dengan lelap hingga hari menjelang sore. Tamat<br />
<br />
<br />
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4909412840409796370.post-64726345908225622322012-10-17T17:11:00.002-07:002012-10-17T19:27:06.232-07:00Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik Untuk sementara waktu artikel tentang: Foto Cewek <a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/">Salon Plus Plus </a>Cantik <br />
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog. setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali artikel tentang: Foto Cewek<a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/"> Salon Plus Plus </a>Cantik <br />
trims sebelumnya<br />
<br />
Untuk sementara waktu informasi yang rekan-rekan cari kami ganti dengan cerita dewasa dibawah ini ya... semoga ceritanya bisa menghibur rekan-rekan...<br />
<br />
<span style="font-size: x-large;"><b>Liarnya Wanita Setengah Baya</b></span><br />
<br />
Sebut saja namanya Debbie umur 35 tahun dan Lucy 33 tahun. Seperti yang sudah-sudah, aku mengenal sosok Debbie dari seringnya aku online sebagai chatter. Aku bisa menilai, Debbie adalah sosok yang hot dalam bercinta. Dengan ciri-ciri 170/65, berdada sintal, berpinggul sexy dan kelihatan sekali dia adalah seorang wanita yang suka sekali senam sehingga badannya terasa padat berisi. Itu semua aku ketahui setelah dia kirim aku foto dan aku tahu kalau dia penganut sex bebas juga dengan para karyawan-karyawan yang ada di surabaya, itupun aku ketahui setelah Debbie banyak cerita tentang kehiduapn sexnya. Singkat cerita, kita janjian untuk ketemuan, dengan catatan dia harus bawa teman karena menurut dia, tidak pernah ada acara copy darat sendirian. Dan gilanya lagi dia sudah booking hotel, saat acara ketemuan nanti. Itu karena supaya dia tidak ketahuan suaminya, dia pilih Hotel. Karena menurut Debbie, Hotel adalah tempat yang paling aman. Sesuai dengan hari yang sudah dibicarakan bersama, akhirnya aku bergegas meluncur menuju hotel yang dia booking. Setelah di depan hotel, aku berusaha menelpon dia untuk menanyakan di kamar nomor berapa. “Hallo Dandy, kamu ada dimana” tanya Debbie. “Aku sudah di depan lobby, Mbak Debbie di kamar no. Berapa?”aku berusaha mencari tahu. “Naik aja lift ke lantai 3, terus cari nomor 326,” suara Debbie dengan jelas. “Ok Mbak, aku segera naik,” jawabku. “Ok aku tunggu,” suara Debbie dengan ceria. Setelah aku tutup celluler ku, bergegas aku menuju kamar yang disebut oleh Debbie. “Tok-tok-tok” aku mengetuk pintu yag betuliskan nomor 326. Setelah pintu terbuka, aku sedikit terpana dengan tubuh Debbie yang tinggi semampai. ” Dandy ngapain bengong, masuk dong,” sambil menggapai lenganku. Sesampai di dalam kamar, ternyata benar Debbie bersama dengan temannya, sesuai dengan janji dia. “Dandy” aku ulurkan tanganku. “Dandy, ini temenku Lucy” Debbie mengenalkan temannya dan sambari begitu, si Lucy bangkit dari duduknya langsung menyalami aku. Keadaan berikutnya memang sedikit kaku karena aku juga kikuk, mengingat dalam kamar itu ada kami bertiga. Seandainya cuman berdua dengan Debbie aku lebih berani. “Dandy, kamu nggak seperti di foto deh, sepertinya kamu lebih berisi” Debbie membuka omongannya. “Jangan-jangan yang difoto bukan kamu” tuduh Debbie. “Tidak kok Mbak, itu memang foto Dandy,” aku coba membela diri. “Dy, kata Debbie kamu jago banget ya.. Ngesexnya?” tanya Lucy. Pertanyaan itu bagaikan menghantam dadaku. Deg! jantungku terasa berhenti sekian detik. “Mmm anu biasa kok Mbak,” jawabku gugup. “Nggak apa-apa kok Dan, santai aja Lucy sama kok seperti Debbie” hibur Debby. Pembicaraan semakin menjurus ke arah yang berbau sex, kedua wanita sebaya ini aku tafsir merupakan wanita-wanita yang doyan banget ngesex. Aku sempat memutar otak dengan keadaan ini dan bertanya dalam hati, suami mereka itu gimana kok ‘menelantarkan’ istri-istri sexy begini. Apalagi Lucy, sepertinya membiarkan mataku melihat bongkahan paha mulus di balik rok mininya. Sesekali dia merubah posisi duduknya tanpa harus riskan dengan aku yang duduk di depannya. Disaat aku melamun tentang khayalan aku, tiba-tiba Debbie sudah berada di pangkuan aku, jantungku berdetak semakin kencang. “Dy, buktikan omongan kamu di chatting selama ini,” pinta Debbie sambil menempelkan dadanya ke muka wajahku. Aroma parfumnya yang begitu membangkitkan gairahku mengusik adik kecilku yang menghentak-hentak dinding CD-ku. “Mbak” belum sempat aku selesaikan jawaban itu, bibir Debbie yang tipis segera melumat bibirku. Aku sedikit gugup menerima serangang yang mendadak ini. Tetapi aku berusaha mengontrol keadaan aku. Disaat bibir Debbie sedang asyik menikmati bbibirku, tanganku yang nakal mulai mengelus punggung wanita paruh baya tersebut. Dengan kemahiran gigiku, aku melepas kancing blus belahan rendah yang ada pada dada Debbie. Sampai akhirnya 4 kancing atas blus Debbie terbuka, dan mulailah aku bisa mengusasi keadaan. Dengan belaian yang halus dan penuh perasaan, jari-jemariku mulai membuka pengait kancing BH Debbie. Dengan sedikit sentuhan, ‘tess’ BH Debbie yang berwarna hitam terbuka. Dan muncullah 2 bukit yang masih kencang didepan mukaku lengkap dengan sepasang puntingnya yang memerah. Aku bisa membaca apa yang sedang terjadi pada diri Debbie, dengan jilatan maut lidahku membuatnya merintih, “Ughh, geli sayang” Jilatan lidahku yang mendarat di puting Debbie, membuat wanita itu menggeliat tidak beraturan. Karena Debbie masih menggunakan baju kantor (baca: rok mini). Tanganku semakin berani untuk mengelus pahanya yang putih mulus. Sesekali tubuhnya yang sintal bergoyang dipangkuan aku dan sekitar 15 menit aku di posisi itu, semua inderaku bekerja sesuai fungsi masing-masing. Disaat aku sedang melakukan foreplay, Lucy masih duduk di tempatnya semula. Akan tetapi sekarang kedua kakinya yang jenjang dibuka lebar sedangkan tangannya meremas buah dadanya sendiri “Mm.. ” sesekali Lucy merintih, mendesah melihat adegan Debbie dengan aku. Setelah 25 menit, aku mencoba menyandarkan tubuh Debbie ke dinding kamar. Posisi ini sangat menguntungkan aku untuk mulai menikmati setiap cm tubuh Debbie. Aku lumat bibir Debbie, kemudian turun ke lehernya dan berlanjut ke buah dadanya yang sintal. Aku menjongkokkan tubuhku untuk menjilati puser Debbie. “Akhh.. Dy, beri aku janjimu sayang.. Ughh,” lidahku mulai nakal menjelajahi perut Debbie. Sampai akhirnya aku mencium aroma bunga di lubang surga Debbie. Tanpa melepas CD yang dipakai, aku segera memainkan lidahku diatas kemaluannya. Dan bersamaan dengan itu kepala Debbie menggeleng kekanan-kekiri, seperti iklan sampho clear yang lagi berketombe di diskotik. Dengan sentuhan perlahan, aku melepas Debbie, karena posisinya berdiri sangat mudah sekali melepas CD warna putih berenda yang dikenakan. Tanganku berusaha membuka kedua kaki Debbie yang masih menggunakan sepatu hak tingginya. Sehingga memudahkan lidahku untuk mengocok lubang kewanitaanya. “Srupp.. Srupp, crek.. Crek” lidahku mulai menghujam vagina Debbie. “Dy, kamu memang asyik.. Geli sekali.. Ooohh” Debbie merintih panjang saat lidahku mulai, mengulum, menjilat dan menghisap clitorisnya yang sudah mulai membesar dan berwarna merah. Aku mulai merasakan sesuatu akan meletup dalam diri Debbie. Dengan segala pengetahuan aku dalam ilmu bercinta, aku angkat satu kaki Debbie keatas pangkuan pundakku sehingga lidahku bisa leluasa menikmati cairan yang mulai meleleh di lubang surgawinya. Dengan posisi berdiri kaki satu, aku semakin mempercepat jilatan lidahku, sampai akhirnya Debbie tidak kuasa membendung orgasmenya. “Dy, aku keluar.. Aakkhh” bersamaan dengan itu pula cairan kental muncrat ke wajahku. Dan diisaat aku masih bingung untuk membasuh wajahku tiba-tiba dari belakang Lucy mengangkatku sambil berkata “Dy, sekarang giliranku”. Rupanya Lucy dari awal sudah memainkan jarinya diatas clitorisnya sambil menonton adegan antara aku dengan Debbie. Terbukti Lucy tidak lagi menggunakan CD yang tadi dikenakannya. Lucy membungkukkan badannya ke bibir meja, sehingga belahan merah pada selangkangannya terlihat jelas dari belakang. Bagaikan segerombolan tawon yang melihat madu, lidahkan langsung menari-nari di lubang kemaluan Lucy. “Dy, enak.. Sekali sayang.. Akhh” Lucy merintih. Dengan posisi aku duduk di lantai menghadap selangkangan Lucy, yang membuka lebar pahanya. Memudahkan aku beroperasi secara maksimal untuk menekan lidahku lebih dalam, sedangkan tanganku meremas pantat Lucy yang sexy. Disaat aku sedang asyik menikmati lubang vagina Lucy, tiba-tiba Debbie sudah memereteli celanaku. Sehingga adikku yang berukuran 16 cm kurang dikit dan mempunyai bentuk yang sedikit bengkok ke kiri, menyembul keluar setelah sekian menit dipenjara oleh CD ketatku merk crocodille. “Waow Dandy, gila banget besar sekali sayang.. Mmm” selanjutnya tidak ada suara lagi karena penisku sudah dilahap oleh mulut Debbie yang rakus. Aku merasakan betapa pandainya lidah Debbie menari di batang kemaluanku. Sesekali aku melepas kulumanku di vagina Lucy, karena merasakan kenikmatan permainan oral dari mulut Debbie. Lucy sudah mulai bocor pertahanannya dan berkata sambil mendesah, “Dandy.. Aku.. Aku.. Mau.. Kelu.. Arr.. Aahh,” tangan Lucy yang tadinya beroperasi dibuah dadanya sekarang menekan kepalaku dalam-dalam pada selangkangannya, seolah memohon jangan dilepas isapan fantastis itu. Untuk yang kedua kalinya wajahku belepotan oleh cairan wanita sebaya yang keluar dari lubang surgawi mereka. Disaat aku sedang membasuh wajahku yang penuh cairan, tiba-tiba Debbie menarik lenganku, hingga badanku berdiri. “Dy, aku ingin style berdiri,” ajak Debbie sambil menarik tanganku untuk mengikuti dia berdiri. Sambil bersandar di dinding, aku langsung mengarahkan adik kecilku dari bawah. Sehingga posisi berdiri tersebut sempurna sekali, dan itupun ditambah posisi Debbie yang masih belum melepas sepatu hak tingginya. Karena dengan demikian posisi Debbie lebih tinggi dari posisi aku berdiri. “Bless” suara adik kecilku menembus belahan kecil diselangkangan Debbie “Dy, enakk bangett.. Punyamu ” erangan Debbie. Gerakan maju mundurku semakin mentok di pangkal vagina Debbie, hal itu disebabkan karena pantat Debbie ditahan oleh dinding. “Crekk.. Crekk.. Sslleepp” suara penisku menghujam keluar masuk dalam lubang vagina Debbie. Buatku, Debbie termasuk orang yang bisa megimbangi permainan sex. Buktinya dengan posisi sulit seperti itu, dia juga sedikit mendoyongkan tubuhnya ke dinding sehingga batang penisku benar-benar masuk semua. Keadaan ini berlangsung sampai akhirnya di menit ke 45, Debbie berteriak “Dyy.. Ampun.. Aku.. Mau.. Kelu.. Ar lagi.. Gila” rintih Debbie. Tubuh Debbie mendekapku erat-erat seolah tidak mau lepas dari batang penisku yang masih menancap lubang surgawinya. Dan sedetik kemudian tubuh Debbie merosot ke bawah dengan lunglai. Aku berjalan menghampiri Lucy yang sedang menyandarkan tangannya untuk melihat keluar jendela. Kesempatan itu tidak aku sia-siakan, sambil memeluk dia dari belakang, penisku yang masih kencang menerobos liang vagina Lucy sehingga membuat dia terpekik. “Aaowww.. Dy kamu nakal deh, aku masih capek.. Uuughh” aku tidak mempedulikan erangannya. Seraya meremas buah dadanya yang kencang dari belakang, pinggulku mulai bergerak maju mundur. Posisi seperti ini benar-benar membuat aku melayang, lubang Lucy yang sedikit sempit dan seret dibanding punya Debbie. Dan hal itu membuat aku lebih bernafsu untuk menyetubuhinya. Itu wajar karena Lucy belum punya anak walaupun sudah menikah beberapa tahun. Selang beberapa menit, “Dyy.. Aku nggak tahann.. Gila banget punya kamu terasa masuk sampai ulu hatiku.. Aaugghh,” rintih Lucy panjang, sambil tetap menggoyang pinggulnya. Dengan posisi setengah nungging dengan berdiri, memudahkan aku untuk memasukan penisku secara maksimal. “Ughh.. Mbak.. Asyik banget punya Mbak” desah kenikmatanku untuk memuji kedua wanita itu sering keluar dalam mulutku. “Dy.. Ampunn.. Aku.. Akkhh” Lucy merintih panjang. Lucy merapatkan pahanya sehingga penisku terasa tersedot ke dalam semua. Gila, terasa copot penisku dibuatnya. Karena hebatnya permainan itu hingga tak terasa dinginnya AC yang ada dalam kamar itu. Aku coba mengambil segelas air es di kulkas, Debbie yang tadi terkulai menarik tanganku.
<br />
JANGAN LUPA LIHAT INFORMASI DIBAWAH INI JUGA YA SOB... ADA CERITA DEWASANYA JUGA LO....<br />
<br />
<br />
<ul class="posts">
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-montok.html">Salon Plus Plus Tante Montok</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/10-foto-cewek-salon-plus-plus.html">10 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-seksi.html">Salon Plus Plus Tante Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/9-foto-cewek-salon-plus-plus.html">9 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-mahasiswi.html">Salon Plus Plus Mahasiswi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/8-foto-cewek-salon-plus-plus.html">8 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-tante-tante.html">Salon Plus Plus Tante Tante</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/6-foto-cewek-salon-plus-plus.html">6 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/blog-salon-plus-plus.html">Blog Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/5-foto-cewek-salon-plus-plus.html">5 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/website-cewek-salon-plus-plus.html">Website Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/4-foto-cewek-salon-plus-plus.html">4 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3-foto-cewek-salon-plus-plus.html">3 Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/3gp-salon-plus-plus.html">3gp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/video-salon-plus-plus.html">Video Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/ym-salon-plus-plus.html">Ym Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/twitter-salon-plus-plus.html">Twitter Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/facebook-salon-plus-plus.html">Facebook Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/alamat-salon-plus-plus.html">Alamat Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/salon-plus-plus-murah.html">Salon Plus Plus Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mandi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mandi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-payudara-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Payudara Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-ml.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Ml</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-mesum.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Mesum</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-cantik.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Cantik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-langsing.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Langsing</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bohay.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bohay</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-kerja-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Kerja Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-memek-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Memek Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-body-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Body Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-toket-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Toket Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-bahenol.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Bahenol</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus-seksi.html">Foto Cewek Salon Plus Plus Seksi</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/foto-cewek-salon-plus-plus.html">Foto Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/cewek-cakep-salon-plus-plus.html">Cewek Cakep Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-telp-salon-plus-plus.html">No Telp Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/no-hp-cewek-salon-plus-plus.html">No Hp Cewek Salon Plus Plus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-terbaik.html">Informasi Salon Plus Plus Terbaik</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-murah.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Murah</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus-paling-bagus.html">Informasi Salon Plus Plus Paling Bagus</a></li>
<li><a href="http://salonplusplus69.blogspot.com/2012/10/informasi-salon-plus-plus.html">Informasi Salon Plus Plus</a></li>
</ul>
Gareng.. renghttp://www.blogger.com/profile/13825534554152506051noreply@blogger.com0